Adara Relief – Istanbul. Ada yang berbeda dalam konferensi international aktivis Baitul Maqdis yang diselenggarakan di Turki untuk kesepuluh kalinya di tahun 2018 ini. Hotel Pulman di Istanbul yang biasanya mampu menampung para peserta, pada tahun ini tidak mampu menampung banyaknya peserta yang datang dari berbagai belahan dunia. Tim delegasi Adara beserta para peserta lainnya akhirnya menginap di hotel Radisson Blue.
Dalam pidato sambutan pembuka acara konferensi Kamis (11/10) lalu, Syekh Sami Al Khotib perwakilan delegasi asal Libanon mengatakan, “Selagi kamar-kamar hotel Pullman tidak mencukupi peserta konferensi, sehingga panitia harus menyewa hotel tambahan, ini berarti kota Al Quds akan baik-baik saja.”
“Umat saat ini sedang tertidur, tetapi ia akan terbangun. Zionis berusaha membentuk generasi baru Palestina berkarakter Yahudi dengan mengganti kurikulum pendidikan. Tetapi yang terjadi justru meletusnya intifadah di tahun 1980. Saat zionis menyangka sudah mampu menguasai umat ini, meletuslah intifadah Al Aqsa di tahun 2015. Umat ini tidak akan mati. Perjuangan ini bukan hanya milik bangsa Palestina. Tapi perjuangan ini adalah perjuangan umat, bagi kemerdekaan Palestina,” sambungnya.
“Saat zionis menyangka telah menang, para pemuda Palestina dan pemuda Islam bangkit, bagaikan Musa yang dibesarkan di istana Firaun. Inilah seruan agar umat bersatu memperjuangkan palestina. Seruan agar umat ‘Laailahaillah’ bersatu. Karena salah satu konsekuensi dari kalimat tauhid adalah bersatu melindungi tempat-tempat suci umat Islam dari musuh-musuh Islam,” demikian tutur beliau penuh semangat.
Adapun delegasi dari Indonesia diwakili oleh Wildan Hakim, M.A. yang merupakan Ketua lembaga NGO pembela Palestina yang bernama “Pesona Al Quds” dan pimpinan pondok pesantren Nurul Fikri Boarding School. Dalam sambutannya beliau menyatakan, “Permasalahan Palestina adalah persoalan utama umat ini. Namun sayangnya belum mendapatkan perhatian dan usaha yang maksimal. Padahal janji Allah bagi kemenangan umat ini adalah kebenaran yang tak terbantahkan. Bukan sebuah utopia.”
“Indonesia berada jauh di ujung timur dunia. Meskipun demikian, letaknya yang berada di ujung dunia tidak menjadikaan peran Indonesia dalam perjuangan (Palestina -red) terabaikan. Karena satu pukulan tidak akan jitu mencapai sasaran, melainkan karena dilakukan oleh ujung tangan. Perhatian dan sumbangsihnya dalam memperjuangkan kemerdekaan masjid Al Aqsa nampak nyata, meski bencana alam berupa gempa tsunami dan gunung meletus terus datang silih berganti, (saat ini tengah -red) krisis ekonomi, juga menjadi ajang perebutan kepentingan berbagai pihak. Semua sepakat untuk menghancurkan Islam dan umat Islam. Meski demikian bangsa indonesia tidak melupakan kewajibannya untuk membela palestina serta masjid Al Aqsa,” sambungnya.
Meski acara yang berlangsung ditujukan untuk membela Palestina, namun delegasi Adara banyak mendapatkan pertanyaan dari para peserta konferensi mengenai kondisi para korban gempa dan tsunami yg melanda tanah air. Mereka menyampaikan ucapan bela sungkawa dan juga keprihatinan terhadap kondisi yang menimpa Indonesia saat ini.
Dalam setiap kesempatan berkenalan dan berbincang-bincang dengan para peserta konferensi, begitu mereka mengetahui delegasi Adara berasal dari Indonesia, hal tersebut kerap mereka lontarkan. Bahkan dalam kesempatan lain, beberapa warga Palestina yg kebetulan berada di Indonesia ikut terjun langsung membantu dengan memberikan donasi untuk para korban bencana alam di Indonesia.
(Hasanah)