Adara Relief – Jakarta. Perjuangan dan ketegaran perempuan Al Quds untuk menjaga kesucian Al Aqsa merupakan hal yang signifikan dalam bagian kemerdekaan Palestina.
Adalah gerakan “Kita Semua Maryam” yang sedang digaungkan saat ini ditujukan untuk mendukung perjuangan para perempuan Al Quds. Gerakan ini juga
dimaksudkan untuk mengungkap realita penderitaan perempuan-perempuan Al-Quds dan mengupayakan terciptanya empati dunia dengan mendukung keteguhan mereka.
Selai itu, Gerakan ini juga bertujuan agar kedzaliman terhadap perempuan-perempuan Baitul Maqdis dihentikan. Asosiasi Kebudayaan Internasional Al-Quds (UKEAD) Turki dan Kedutaan Besar Turki di Qatar menginisiasi gerakan “Bantu Perempuan Baitul Maqdis” ini dan akan diliris dalam bahasa Arab, Inggris dan Turki pada 28 Januari mendatang hingga 8 Maret 2019 yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional.
Selain didukung oleh lembaga-lembaga internasional, gerakan ini juga diikuti oleh bebagai lembaga kemasyarakatan (LSM), lembaga-lembaga politik resmi serta tokoh-tokoh politik. Kedepannya akan dilakukan sejumlah kegiatan untuk mempopulerkan kegiatan inu dan juga peliputan media massa di berbagai negara.
Berawal dari Istanbul, Aisyah Gul Baig pimpinan UKEAD, yang juga merupakan juru bicara gerakan “Kita Semua Maryam”, mengatakan kepada Al Jazeera.net bahwa gerakan yang berlangsung dari kota Istanbul adalah bentuk solidaritas dan dukungan bagi perempuan Al-Quds yang memiliki kesabaran dalam menghadapi berbagai jenis penderitaan terberat.
Gerakan ini juga menolak berbagai bentuk tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh penjajah Israel terhadap kesucian perempuana Al Quds setiap harinya.
Gerakan ini akan diresmikan melalui konferensi pers oleh UKEAD (sponsor utama gerakan) pada 28 Januari mendatang di Istanbul. Sebanyak enam juru bicara yang ditunjuk akan berbicara mengenai gerakan ini dalam bahasa Arab, Inggris, Turki dan Prancis untuk peliputan gerakan dalam berbagai media.
Masyarakat yang mendukung gerakan ini dapat menggunakan tagar #weareallmarry (#كلنا_مريم ) sebagai bagian dari empati untuk berdiri bersama perempuan yang tertindas di berbagai belahan dunia.
Gerakan ini juga berkeinginan untuk mengakhiri kezaliman di dunia. Mereka meyakini bahwa perdamaian dunia akan tercapai dengan dimulai dari adanya perdamaian di Al Quds.
Karena itu mereka berdiri bersama perempuan Baitul Maqdis, yang mengalami penderitaan yang sama dialami oleh Ibunda Maryam AS. Maryam sosok yang menggambarkan realitas perempuan Al-Quds kini, yang mengalami berbagai jenis penderitaan terberat, karena mereka mengikuti nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mereka yakini tanpa bergeming.
Maryam dilahirkan di Al-Quds. Ia dinadzarkan ibunya untuk menjadi pelayan Masjid Al-Aqsa. Mihrab-mihrab di Al-Quds amat mengenalnya. Ia begitu akrab dengan jalanan serta rumah-rumah di Yerussalem (Al-Quds). Cintanya amat dalam pada setiap batu di dalamnya. Ia mencintai Al Quds dan Al Quds mencintainya. Adalah kewajiban baginya mempertahankan Al Quds dari kedzaliman penjajah.
Adapaun UKEAD (Asosiasi Kebudayaan Internasional Al-Quds) sebagai inisiator gerakan ini didirikan pada tahun 2017 yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara kebudayaan Al Quds dengan nilai-nilai kemanusiaan serta dampaknya secara nasional maupun internasional.
UKEAD percaya bahwa perdamaian dunia dimulai dari Al Quds. Inilah sebab dipilihnya Al Quds sebagai logo resmi.
Lembaga telah menuliskan berbagai artikel tentang kondisi perempuan Al Quds. Hal ini ditujukan untuk memberikan penyadaran akan realita yang dialami oleh perempuan Al Quds.
Raudhah Mubarak Al Amiri dari Kementerian Kebudayaan Qatar juga berpartisipasi dalam gerakan #weareallmary mengatakan bahwa gerakan ini penting dan berpengaruh bagi mereka yang peduli urusan perempuan yang tertindas di berbagai belahan dunia. Tidak hanya yang menimpa perempuan di Yerusalem, tetapi faktanya bahwa persoalan perempuan Palestina bagian dari persoalan perempuan yang ada di dunia.
Dalam pernyataannya kepada Al-Jazeera.net ia mengatakan bahwa gerakan “Kita Semua Maryam” tidak hanya mewakili perempuan Yerusalem, tetapi juga seluruh perempuan Palestina dan perempuan Arab yang mengalami penderitaan, penindasan dan penganiayaan
Luasnya jangkauan geografis gerakan menguatkan penyebarannya. Pengambilan Ibunda Maryam sebagai ikon sangat sesuai dengan penderitaan perempuan masa kini. Seluruh dunia ikut berpartisipasi termasuk parlemen, lembaga pendidikan dan kebudayaan. Al-Amiri percaya bahwa tagar #weareallmarry atau #kitasemuamaryam adalah investasi media sosial modern, yang tercepat dan paling luas di dunia.
Pilihan periode waktu untuk gerakan ‘we are all mary” adalah pilihan yang tepat. karena merupakan musim yang stabil dan bukan musim liburan. “Saya mendukung dan menyemangati sepenuh hati saya,” uangkapnya.
Menurutnya, menjadi hebatnya perempuan pada umumnya dan perempuan Palestina khususnya, karena mereka menghadapi penjajah yang menindas dan menakutkan, merenggut dari mereka hak terendah mereka, adalah kewajiban dan tugas utama.
Sementara itu menurut Israa Mohammad Sholeh, koordinator inisiatif “Kita Semua Maryam” di Qatar yang tumbuh besar di lingkungan yang penuh penderitaan, dia tahu betul apa artinya hidup di bawah kebijakan penjajahan dan penindasan yang dipraktekkan terhadapnya tanpa bisa melakukan apa-apa. Di mana bahkan tidak ada seorangpun yang mendukungnya meski dengan satu kata saja.
Israa adalah wakil UKEAD di Turki mengatakan pada Al-Jazeera.net, ”Apa yang membuat saya begitu antusias adalah untuk menjaga kesadaran bangsa Arab secara khusus dan juga seluruh dunia, tentang persoalan ini. Juga untuk menginformasikan berita dengan benar, di saat penjajah melakukan berbagai propaganda dan serta meluruskan pemberitaan yang tidak benar,” kata Israa.
Ia menyerukan kepada semua yang tertarik untuk mendukung gerakan “Kita Semua Maryam” melalui rekaman video pendek dengan menyuarakan teriakan, dukungan bagi perempuan Al-Quds “Kita Semua Maryam” menyebutkan nama dan negaranya dan mengirimkannya pada halaman halaman gerakan di media social Twitter, Facebook dan instagram ” We Are All Mary”.
Sumber : www.aljazeera.net