Laporan terbaru mengungkap bahwa Israel telah menggunakan sekitar 105.000 ton bahan peledak di Jalur Gaza, setara dengan 620.000 serangan udara. Dari jumlah tersebut, 19.200 ton merupakan sisa bahan berbahaya yang menimbulkan ancaman jangka panjang bagi warga sipil dan sektor pertanian.
Pasukan pendudukan Israel juga dilaporkan mengoperasikan 25 robot peledak setiap hari di Kota Gaza, masing-masing membawa sekitar tujuh ton bahan peledak yang digunakan untuk menghancurkan infrastruktur dan bangunan.
Pertahanan Sipil Gaza mencatat kehilangan 140 personel selama bertugas, sementara 355 lainnya terluka, sebagian mengalami cedera berulang. Selain itu, 31 anggota diculik oleh pasukan Israel dan hanya 11 orang yang telah dibebaskan.
Pertahan Sipil Gaza juga menyatakan bahwa Israel juga menutupi serangan terhadap tim Pertahanan Sipil di Rafah, termasuk penghancuran dua kendaraan pemadam dan satu ambulans, serta serangan drone langsung ke stasiun Pertahanan Sipil di Applied College.
Kondisi para pekerja di lapangan semakin memburuk. Sekitar 150 anggota Pertahanan Sipil dilaporkan mengalami kelelahan fisik akibat kelaparan dan kekurangan gizi parah, yang menghambat kemampuan mereka menjalankan tugas penyelamatan.
Sementara itu, operasi Pertahanan Sipil di Gaza utara sepenuhnya terhenti akibat invasi darat dan penghancuran fasilitas, termasuk penangkapan direktur wilayah serta terbunuhnya para deputi. Aktivitas operasional juga lumpuh hingga 95% di Rafah, 80% di Khan Yunis, 85% di Kota Gaza, dan 25% di wilayah tengah.
Kerusakan fasilitas yang tercatat meliputi:
14 stasiun hancur total dan 3 lainnya rusak sebagian.
Hancur total: 13 mobil pemadam, 1 kendaraan penyelamat, 3 unit tanggap darurat, 6 truk tangki air, 2 tangga hidrolik, 10 ambulans, dan 13 kendaraan administrasi.
Meski dalam kondisi terbatas, beberapa unit berhasil diperbaiki dan dioperasikan kembali, termasuk 13 kendaraan pemadam dan penyelamat, 3 truk tangki air, serta 6 ambulans. Namun, seluruhnya tetap menjadi target serangan berulang, dengan sedikitnya 50 serangan langsung maupun tidak langsung.
Hingga kini, Pertahanan Sipil sepenuhnya dilarang beroperasi di sebagian besar wilayah Rafah dan Gaza utara, memperparah krisis kemanusiaan dan menghambat upaya penyelamatan warga yang tertimpa reruntuhan atau terperangkap di zona perang.
Sumber: palinfo