Jumlah tawanan Palestina di Tepi Barat telah meningkat menjadi 7.060 sejak 7 Oktober, menyusul penangkapan 20 warga Palestina oleh tentara Israel, kata kelompok urusan tawanan pada Sabtu (17/2).
“Tentara Israel menangkap setidaknya 20 warga Tepi Barat dalam 24 jam terakhir, termasuk seorang wanita dari Nablus, mantan tawanan, dan anggota keluarga seorang syuhada Al-Quds (Yerusalem),” kata Komisi Urusan Tawanan dan Masyarakat Tawanan Palestina dalam pernyataan bersama.
Sebagian besar penangkapan, menurut pernyataan itu, terjadi di Hebron, Ramallah, Al-Quds, Nablus, Jenin, dan Salfit. Kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa Israel memperlihatkan tindakan penyiksaan berskala besar, seperti pemukulan brutal, ancaman terhadap tawanan dan keluarga mereka, selain tindakan sabotase dan perusakan yang meluas di rumah warga, serta penyitaan (perampasan) uang dan kendaraan.
Jumlah tawanan Palestina yang ditahan di penjara Israel melebihi 9.000 orang, termasuk 3.484 tawanan administratif dan 606 diklasifikasikan sebagai “pejuang non-reguler,” yang merupakan tawanan dari Gaza, menurut data hingga akhir Januari dari kedua kelompok tersebut.
Penahanan administratif adalah hukuman penjara berdasarkan perintah militer Israel atas tuduhan ancaman keamanan tanpa surat dakwaan, yang dapat diperpanjang selama enam bulan dan sering kali tidak diketahui kapan perpanjangan tersebut akan berhenti.
Dalam melihat situasi yang terjadi di Tepi Barat, Josep Borrell, selaku perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri, mengatakan pada Konferensi Keamanan di Munich, Jerman bahwa solusi politik yang komprehensif tidak dapat dicapai jika hanya fokus ke Gaza, sebab Tepi Barat juga perlu dibahas.
“Ya, kita harus mengakhiri perang di Gaza, tapi belum ada yang berbicara banyak tentang Tepi Barat,” katanya.
“Sebelumnya, angkanya sudah sangat tinggi, dan jika sekarang badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) harus berhenti memberikan dukungan kepada rakyat Palestina di Tepi Barat, kita mungkin akan menghadapi ledakan yang lebih besar,” tegas Borrell.
Borrell juga menyerukan dukungan terhadap inisiatif negara Arab dan menambahkan bahwa “tanpa prospek yang jelas bagi rakyat Palestina, perdamaian di Timur Tengah tidak akan terwujud, dan keamanan Israel tidak akan terjamin hanya dengan cara militer,” kata Borell.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa tersebut juga mengingatkan bahwa ia baru-baru ini mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyerukan Israel untuk menghindari tindakan militer terhadap wilayah yang sangat padat penduduk, yaitu Rafah, tempat lebih dari 1,5 juta orang didorong ke perbatasan antara Gaza dengan Mesir.
sumber:
https://www.middleeastmonitor.com
https://www.middleeastmonitor.com
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini