Gelombang kekerasan oleh pemukim ilegal Israel kembali melanda Tepi Barat yang diduduki. Dalam dua hari terakhir, sedikitnya 25 warga Palestina, termasuk sejumlah jurnalis, mengalami luka-luka akibat serangan brutal yang terjadi di berbagai wilayah, dari Nablus hingga Al-Quds bagian timur (Yerusalem Timur).
Pada Sabtu (8/11), pemukim Israel menyerang warga dan jurnalis di Beita, selatan Nablus, dekat Jabal Qamas. Menurut sumber lokal, sedikitnya 17 warga Palestina terluka, termasuk lima jurnalis yang mengalami patah tulang dan memar. Rekaman dari lokasi memperlihatkan pemukim bersenjata memukul warga sipil dan kru media.
Himpunan Jurnalis Palestina mengecam keras serangan itu dan menyebutnya sebagai kejahatan perang yang bertujuan membungkam pers Palestina. Para jurnalis yang terluka diidentifikasi sebagai Ranin Sawaftah, Mohammad Al-Atrash, Louay Saeed, Nasser Ishtayeh, dan Nael Bouytel. Organisasi tersebut juga telah menghubungi Federasi Jurnalis Internasional dan lembaga hak asasi manusia global untuk menuntut perlindungan bagi jurnalis Palestina serta menindak pelaku penyerangan.
Kekerasan juga merebak di wilayah lain. Di Tel Ma’in, timur Yatta, Al-Khalil (Hebron) bagian selatan, pemukim menyerbu kawasan permukiman dan menyerang warga. Kantor Berita Palestina (WAFA) melaporkan bahwa setelah serangan itu, tentara Israel menggerebek wilayah tersebut, menculik beberapa warga Palestina, dan memukuli mereka.
Sementara di Jenin, pemukim dengan perlindungan militer menyerang rumah dan lahan warga di Desa Raba. Di Lembah Yordan bagian utara, pemukim juga menyerbu beberapa desa, berusaha melarang penggembala menggiring ternak, bahkan mencoba mencuri hewan ternak milik warga.
Pada Ahad (9/11), kekerasan berlanjut. Delapan warga Palestina terluka dalam serangan pemukim ilegal di Tepi Barat dan Al-Quds bagian timur (Yerusalem Timur). Menurut organisasi Al-Baidar yang membawahi persoalan kelompok pedalaman (Badui/Bedouin), pemukim menyerang komunitas Al-Arara, di utara Al-Quds, dengan batu dan tongkat, melukai tujuh warga serta membakar rumah kontainer yang mereka tempati.
“Pelanggaran yang terus berlanjut ini mengancam stabilitas dan keberadaan masyarakat di tanah mereka sendiri, serta membuka jalan bagi pemindahan paksa,” tegas Al-Baidar.
Serangan serupa juga terjadi di Desa Umm al-Khair, Al-Khalil bagian selatan, ketika warga tengah bekerja di lahan mereka. Seorang pemuda Palestina menderita luka di wajah dan kepala sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), pada bulan Oktober saja tercatat 264 serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina–jumlah serangan bulanan tertinggi sejak pemantauan dimulai pada 2006. Kekerasan ini menyebabkan kematian, luka-luka, dan kerusakan properti, dengan rata-rata delapan serangan per hari.
Sejak 2006, PBB telah mencatat lebih dari 9.600 serangan pemukim, termasuk sekitar 1.500 pada tahun 2025, atau sekitar 15 persen dari total keseluruhan. Data dari Komisi Perlawanan Tembok dan Permukiman Palestina juga menunjukkan bahwa pada Oktober saja, tentara Israel dan pemukim ilegal melakukan 766 serangan terhadap warga, rumah, dan sumber penghidupan di seluruh Tepi Barat. Kekerasan ini terjadi di tengah ekspansi agresif permukiman Israel yang terus mempersempit wilayah Palestina.
Mahkamah Internasional (ICJ) pada Juli 2024 menyatakan bahwa pendudukan Israel atas wilayah Palestina adalah ilegal, dan menyerukan evakuasi seluruh permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Sejak agresi Israel di Gaza dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 1.069 warga Palestina di Tepi Barat telah dibunuh, dan lebih dari 10.300 orang lainnya terluka akibat kombinasi serangan militer dan kekerasan pemukim. Lebih dari 20.000 warga Palestina telah diculik, termasuk 1.600 anak-anak.
PBB memperingatkan bahwa meningkatnya kekerasan pemukim, yang sering berlangsung di bawah perlindungan militer Israel, merupakan bagian dari kampanye sistematis untuk mengusir warga Palestina dan membungkam media yang berusaha mendokumentasikan kejahatan tersebut.
![Pemandangan rumah keluarga Palestina yang rusak akibat pembakaran oleh pemukim Israel di desa Abu Falah dekat Ramallah, Tepi Barat, pada 8 November 2025. [Issam Rimawi – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251108-39650591-39650581-ISRAELI_SETTLERS_BURN_DOWN_A_PALESTINIAN_FAMILYS_HOUSE_IN_RAMALLAH-750x375.webp)

![Anak-anak Palestina di kamp pengungsian di Lebanon sedang fokus menghafal Al Quran meski di tengah berbagai keterbatasan dan tantangan [Dok. Penyaluran Program HAQ Adara, 2025]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/10/Sequence-02.00_03_37_45.Still012-120x86.png)

![Federasi Israel mengklaim bahwa penolakan masuk tersebut menciptakan “situasi diskriminasi" [Sumber: The New Arab]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/10/5-120x86.jpeg)



