Ada 4 lapis wilayah amal bagi setiap muslim. Lapis pertama adalah amal terkait hubungan langsung dengan Allah SWT. Di lapis inilah kebanyakan orang menyangka ia telah cukup beragama.
Lapis kedua adalah wialayah amal seseorang terkait kerabat dekatnya termasuk tetangga atau rekan kerjanya. Seringkali kesalahpahaman di lapis pertama membuat seorang muslim lupa. Padahal sedikit saja hak kerabat, tetangga atau rekan kerja terabaikan bisa fatal akibatnya. Ingat kisah wanita yang rajin beribadah di zaman Rasul SAW namun dikabarkan sebagai ahli neraka karena sering menyakiti orang-orang di lapis kedua wilayah amal ini.
Lapis ketiga dalam wilayah amal selanjutnya adalah amalan terkait masyarakat yang lebih luas dari lapis kedua. Di sini setiap muslim perlu lebih jeli membagi kadar amal. Karena sering kali setiap kita mengambil porsi wilayah amal pertama atau kedua jauh lebih besar sehingga tidak menyisakan kadar yang seharusnya untuk wilayah amal di lapis ketiga ini. Berfikir bahwa urusan masyarakat sekitar bukan bagian dari amal wajib atau bahkan tidak menjadikannya bagian dari dien bisa menjadi sebab tercabutnya keberkahan bagi semua tak terkecuali atas orang shalih sekalipun. Ingat kisah Bani Israil yang mengabaikan kepedulian terhadap masyarakat dan ayat berikut :
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya.[al-Anfâl/8l:25]
Dan di wilayah amal lapis terakhir, akan kita dapati betapa Allah SWT menyaring siapa yang terbaik di antara hamba-hambaNya. Karena tidak banyak yang mengerti bahwa bekerja untuk kemashlahatan Umat, menunaikan tanggung jawab Umat serta mengemban amanah yang seharusnya dipikul Umat adalah dien itu sesungguhnya. Lapis amal pertama, kedua dan ketiga hakikatnya adalah rangkaian yang akan diwujudkan dalam lapis amal terakhir agar dien ini berwujud utuh sebagai rahmatan lil’alamin.
Di wilayah inilah kita diingatkan, karena tak banyak muslim sadar dan betapa tarikan kepentingan individu hatta untuk kepentingan ibadah ritual amat sangat kuat menarik seorang muslim untuk mengabaikan amanah Umat.
Maka tak heran betapa butuh banyak pengungkit yang kembali patah dan patah lagi untuk menyadarkan umat, bahwa titik esensial persoalan umat kini adalah karena Amanah Masjid Al-Aqsa yang tergadai. Amanah besar Umat Islam yang tergerus kepentingan wilayah-wilayah amal yang seharusnya menjadi amunisi di wilayah amal terberat.
Adakah kita dapat menjawab kemana buah amal-amal shalih kita. Bukankah setiap amal shalih adalah energi baru bagi amal-amal yang lebih besar yang menuntut banyak pengorbanan. Karena Allah SWT menginginkan kita menjadi rahmatan lil’alamin. Lalu mengapa rahmat itu kita reguk sendiri saja di ruang-ruang ibadah pribadi kita.
Catatan Taujih Dr. Amal Khalifa untuk Pengurus Adara Relief International
7 Mei 2018