Adara Relief Internasional melakukan audiensi dengan Universitas Islam Nadhlatul Ulama (UNISNU), Jepara. Acara yang berlangsung pada hari ahad 23 September 2017 pukul 11.00 – 12.30 itu dihadiri oleh mahasiswa dan sejumlah dosen UNISNU.
Audiensi tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Adara Relief International Hj. Nurjanah Hulwani, S.Ag., M.A. Bersama beliau hadir pula dr. Amal Khalifa yang merupakan dokter berkebangsaan Mesir yang telah meneliti tentang al-Quds selama 20 tahun dan Abdul Muthalib seniman ukir kayu Jepara yang ikut membuat replika mimbar di masjid al-Aqsa.
Sebagai pembicara pembuka, ustadzah Nurjanah mengapresiasi keterlibatan Abdul Muthalib beserta 4 rekan lainnya dalam pembuatan mimbar Nurudin Zanki atau yang dikenal dengan mimbar Shalahuddin telah mengharumkan nama bangsa Indonesia.
Bapak Thalib beserta rekan-rekannya atas jasa-jasanya tersebut juga telah meninggalkan jejak-jejak keberkahan di masjid al-Aqsa. Sehingga menurut ketua Adara Jepara tidak hanya cantik karena ukirannya, namun berkah dengan adanya mimbar al-Aqsa
Adapun dr. Amal dalam audiensi tersebut menuturkan mengenai keberkahan dan keutamaan al-Aqsa. Beliau juga menyinggung mengenai akar permasalahan al-Aqsa adalah permasalahan akidah. Bukan yang lain. Tidak pula soal konflik perebutan kekuasaan.
Zionis yahudi juga tidak pernah berhenti untuk berusaha mengokupasi al-Aqsa dengan berbagai cara agar impian mereka tercapai. Yakni membuat Haikal Sulaiman diatasnya.
Tak lupa ia memotivasi kita sebagai umat Islam untuk tidak berhenti memperjuangkan A
al-Aqsa dari cengkraman zionis, sehingga kita dapat shalat di dalamnya sebagai pemenang, bukan turis.
Sedangkan pak Thalib yang merupakan panggilan akrab dari Abdul Muthalib pada kesempatan tersebut berbagi kisah perjalanannya dalam membangun replika mimbar Masjidil Aqsa.
Ia menceritakan mengenai banyak hal yang tidak ia rencanakan dan sangka sehingga bisa terpilih saat audisi seniman yang diprakarsai raja Yordania.
Mimbar Nurudin Zanki atau yang lebih dikenal dengan mimbar Shalahuddin ikut terbakar di tahun 1969. Hal ini terjadi karena adanya seorang yahudi berkebangsaan Australia yang membakar masjid al-Qibly. Meski masjid hanya terbakar seperempat bagian, namun mimbar terbakar habis.
Oleh karenanya raja Yordania Abdullah bin Husein II memprakarsai pembuatan replika mimbar masjid tersebut. Pembuatan replika mimbar ini sendiri berlangsung selama empat tahun (2003-2007).
Kepada mahasiswa pak Thalib pun berpesan agar terus mencari ilmu dan mengaplikasikannya dengan tekun dan ikhlas. Sebab bagi seorang muslim itu adalah modal utama yang dapat membuat hasil kerja tidak hanya berimbas pada kemuliaan agama kita tapi juga kebaikan nama bangsa.
Terbukti pak Thalib yang meski hanya lulusan Tsanawiyah, namun karena keikhlasan dan keprofesionalannya dalam bekerja, kini ia menjadi seorang seniman yang banyak menginspirasi orang lain.