Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso mengingatkan makin banyak anak yang kini terkena diabetes hingga hipertensi. Padahal, mulanya penyakit ini hanya menyerang kelompok usia dewasa. Hal ini dipicu kebiasaan atau pola makan junk food hingga jenis makanan tinggi gula dan lemak yang berisiko tinggi memicu peradangan. Akibatnya, obesitas hingga risiko penyakit tidak menular lainnya banyak mengintai anak.
“Junk food sangat tinggi gula dan inflamatif. Anak-anak sekarang itu sudah banyak yang kena hipertensi, diabetes melitus tipe II karena ini,” terang dr Piprim saat konferensi pers Selasa (17/1). “Jadi pesan saya solusinya kembali ke makanan alami real food, seperti banyak sayuran, rebus-rebusan. Antara kentang rebus, kentang goreng, dan keripik saja misalnya, jauh berbeda indeks gulanya, sementara snack anak kita di minimarket tinggi lemak dan gula,” terang dia.
Hipertensi merupakan salah satu kondisi ketika tekanan darah berada di 130/80 mmHg atau lebih. Jika tidak ditangani dengan tepat, hipertensi dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang lebih buruk. Sementara diabetes melitus (DM) terbagi ke dalam dua jenis, yaitu tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 terjadi karena penyakit autoimun yang menyebabkan pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Sementara itu, DM tipe 2 muncul sebagai efek dari pola makan tidak sehat karena tidak bisa mengontrol asupan gula yang masuk dalam tubuh.
Di usia muda, kebanyakan orang cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat. Sebagai contoh, banyak anak muda yang lebih menyukai fast food dan makanan-makanan manis seperti donat, kue, hingga minuman boba dibandingkan mengkonsumsi makanan sehat. Jika kebiasaan tersebut tidak diubah maka bisa menderita diabetes melitus pada usia muda.
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Muzal Kadim SpA(K) menyebut persoalan junk food memicu diabetes hingga obesitas juga terjadi di banyak negara termasuk Amerika Serikat. Junk food disebutnya tidak memicu kondisi akut tetapi berpengaruh ke penyakit yang mengganggu metabolisme tubuh. Kondisi itu juga dinamai sindrom metabolik. “Kelainan ini biasanya muncul saat sudah dewasa atau tua, nah mirisnya sekarang jadi semakin muda, karena konsumsi makanan yang kurang baik,” jelas dia.
Sindrom metabolik ditandai dengan meningkatnya gula darah, tekanan darah tinggi, dan kolesterol, serta kelebihan lemak di sekitar pinggang. Sebuah diagnosis sindrom metabolik termasuk di antaranya indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi, sebuah pengukuran berat seseorang relatif terhadap tinggi badannya. Seseorang dengan indeks massa tubuh yang tinggi dan gejala-gejala metabolik lainnya beresiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung dan diabetes. Tidak heran apabila penyakit-penyakit terkait sindrom metabolik kini banyak dialami usia muda, bahkan remaja.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini