Al-Quds – Di depan Al-Aqsha, tepatnya di dekat gerbang Silsilah, ibu-ibu berdiri menantang kesombongan pasukan bersenjata. Dengan keteguhan dan sholawat mereka menghadang gerombolan pemukim Zionis yang berupaya menodai pelataran Al-Aqsha.
Sementara itu, kepolisian Zionis sejak dua pecan lalu, melarang 40 ibu-ibu Al-Aqsha masuk Al-Aqsha, terutama yang termasuk dalam daftar hitam yang dibagikan di seluruh pintu Al-Aqsha. Daftar tersebut menjelaskan, bahwa semua nama yang tertera di sana tidak diperbolehkan masuk Al-Aqsha. Mekanya sejak kebijakan itu diambil hingga sekarang para ibu Palestina senantiasa berkumpul di gerbang Al-Aqsha. Mereka menuntut diperbolehkan masuk, disamping berupaya menghadang serbuan para pemukim yang biasanya keluar lewat pintu Silsilah.
Perjuangan Melawan Daftar Hitam
Salah seorang jama’ah wanita Al-Aqsha, Najah Abu Zinah (51 tahun), seorang pengajar di dalam masjid menceritakan pada pusta Infopalestina, “Saya adalah penduduk asli Al-Quds, saya dilahirkan berdampingan dengan Al-Aqsha. Setiap hari saya dating ke masjid. Sejak empat tahun lalu, saya berprofesi sebagai pengajar di serambi masjid Al-Aqsha. Tak pernah seharipun berpisah dengan Al-Aqsha. Jika suatu ketika saya dilarang masuk, maka aku senantiasa berdiri di depan gerbangnya dan bertahan di sana.
Ia sendiri sangat kaget namanya masuk ke dalam daftar hitam yang tidak boleh masuk masjid Al-Aqsha yang ditempelkan tentara Zionis di semua pintu masuk. Ada sekitar 40 perempuan warga Al-Quds yang dilarang masuk oleh pemerintah Zionis, terutama di saat para pemukim Zionis menyerbu memasuki Al-Aqsha. Tatkala seorang polisi memberitahukan padaku bahwa aku termasuk dari salah satu yang dilarang masuk ke Al-Aqsha. Aku sangat kaget, mengingat profesiku sebagai pengajar di dalam masjid Al-Aqsha. Padahal aku hanyalah pengajar pelajaran agama, seperti aqidah dan siroh nabi.
Ia menambahkan, sejak pagi-pagi setelah namaku termasuk ke dalam daftar nama yang dilarang masuk, aku berangkat ke sana di dekat Silsilah. Sejak dua pecan terakhir, areal ini dipenuhi orang-orang dengan wajah tegang, dimana keamanan Zionis dengan kebuasaanya, memukuli mencaci bahkan menembakan senjata gas air mata dan suara kepada para ibu-ibu dan wanita.
Abu Zinah berpendapat, penghadangan dan deportasi ini, tidak hanya terjadi pada hari-hari besar yahudi saja. Bahkan pemerintah Zionis berupaya menjauhkan semua jama’ah kaum muslimin dari Al-Aqsh, agar dapat leluasa mengotori dan menodai kesucian Al-Aqsha. Bahkan dari anak-anak kecil saja, Israel berupaya menjauhkanya.
Konspirasi Media
Abu Zinah menuturkan, Masjid Al-Aqsha menghadapi konspirasi besar. Terbukti sejumlah media diperbolehkan masuk Al-Aqsha selama beberapa hari, namun, buktinya para ibu Palestina tetap terhalang masuk Al-Aqsha. Mereka ingin mengatakan, pada dunia, bahwa Al-Aqsha sebagaimana biasa. Tidak ada kejadian apa-apa. Tidak ada pembagian Al-Aqsha secara waktu dan yang lainya. Ia mengisyaratkan, pembagian ini hanya terpada pada para aktivis Al-Aqsha saja. (asy/Infopalestina.com)