• Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic
Kamis, Maret 23, 2023
  • Login
No Result
View All Result
Donasi Sekarang
Adara Relief International
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
    • Gabung Relawan
    • Gerai Adara
  • Program
    • Adara for Children
    • Adara for Woman
    • Adara for Humanity
    • Penyaluran
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Humanitarian Report
    • Palestina dalam Gambar
    • AdaStory
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
    • Gabung Relawan
    • Gerai Adara
  • Program
    • Adara for Children
    • Adara for Woman
    • Adara for Humanity
    • Penyaluran
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Humanitarian Report
    • Palestina dalam Gambar
    • AdaStory
No Result
View All Result
Adara Relief International
No Result
View All Result
Home Artikel

Huwwara, Tanah Putih yang Telah Memerah

by Adara Relief International
Maret 17, 2023
in Artikel, Sorotan
Reading Time: 5 mins read
0 0
0
Huwwara, Tanah Putih yang Telah Memerah
28
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on Telegram
“Kami tetap tinggal di sini tanpa pernah berpikir untuk pergi”
Saeed Ahmed, penduduk Huwwara

Huwwara adalah nama salah satu kota di Tepi Barat yang menghubungkan Kota Ramallah dan Nablus di Palestina. Berasal dari bahasa Arab (حوّر) yang artinya ‘memutihkan’, nama Huwwara merujuk pada jenis tanah berwarna putih di daerah tersebut yang menjadi tempat tumbuhnya pohon zaitun dengan subur, menandai sejarah panjang kota tersebut. Sebagai kota yang menjadi penghubung antara dua kota besar di Palestina, jalan raya Huwwara tidak pernah sepi, baik oleh penduduk Palestina yang berkendara ke desa-desa terdekat, maupun oleh pemukim yang hendak menuju ke permukiman ilegal yang terletak di Tepi Barat Utara, tentunya dengan perlindungan dari tentara Israel.

Baca Juga

Penolakan Timnas Israel 60 Tahun yang Lalu: Relevansi dan Kontroversi dalam Sejarah Sepakbola Hari Ini

Menyoal Kedatangan Timnas U-20 Israel ke Indonesia, Benarkah Tidak Ada Kaitannya antara Olahraga dengan Politik?

Baru-baru ini, penduduk Huwwara berduka. Pada 26 Februari 2023, sekelompok pemukim ilegal Israel menyerbu kota sembari melemparkan batu ke arah warga, perumahan, kendaraan, dan properti mereka. Sameh Aqtesh (37), salah seorang penduduk Huwwara yang merupakan ayah dari 5 orang anak ditembak mati dalam serangan tersebut. Sebanyak 400 orang dilaporkan terluka dalam serangan tersebut, termasuk enam anak-anak yang terluka akibat terkena lemparan batu para pemukim, salah satunya terluka di bagian kepala.

Anak-anak Palestina berdiri di depan poster wajah Sameh Aqtesh yang terbunuh dalam pembantaian Huwwara (MEE)

Kesaksian anak Palestina tentang pembantaian di Huwwara

Moeen Dmeidi, Walikota Huwwara, mengatakan bahwa serangan para pemukim di kota berlangsung sekitar satu setengah jam. Serangan tersebut dilaporkan mengakibatkan 30 rumah dan kendaraan milik penduduk rusak akibat amukan para pemukim. Selain serangan pemukim, para penduduk juga harus menghadapi serangan tentara Israel yang alih-alih menetralkan situasi, malah justru memperburuk kondisi. Tentara Israel membantu penyerangan para pemukim dengan menembakkan gas air mata, kemudian menari-nari bersama para pemukim yang mereka katakan merupakan cara untuk merayakan Hari Raya Yahudi Purim.

Mobil-mobil milik penduduk Palestina yang hancur saat pembantaian di Huwwara (MEE)

Video tentara Israel menari bersama pemukim di Huwwara

Sebelumnya, pada Minggu pagi, Wakil Kepala Dewan Regional Samaria, Davidi Ben Zion, telah menyerukan agar Huwwara yang merupakan tempat menetap bagi 7.000 penduduk, dihancurkan tanpa ampun. “Di sini, di Huwwara, darah anak-anak kami tumpah di jalanan. Huwwara harus dimusnahkan hari ini. Cukup berbicara tentang membangun dan memperkuat permukiman. Balas dendam terhadap yang hilang harus dilakukan sekarang, tidak ada ruang untuk belas kasihan,” katanya dalam sebuah postingan di Twitter.

Serangan di Kota Huwwara pada Februari 2023 ini bukanlah yang pertama, pun bukan menjadi yang terakhir terjadi di kota tersebut, maupun di Tepi Barat secara umum. Sudah sejak lama, penduduk Huwwara harus “bertarung” melawan para pemukim dan tentara Israel yang menduduki tanah mereka. Mayoritas populasi Huwwara bergantung pada pertanian sebagai sumber mata pencaharian, sebagian juga ada yang menjual emas dan logam mulia ke Nablus dan Ramallah. Kehadiran pemukim yang merebut lahan pertanian dan menyerang penduduk yang sedang bekerja tak jarang menimbulkan perlawanan selama bertahun-tahun. Sungguh ironi, mengingat Huwwara adalah salah satu kota yang memiliki lahan pertanian terbesar di Palestina, tetapi penduduknya tak bisa menikmati karena gangguan pemukim ilegal Israel.

Saeed Ahmed, salah satu penduduk Huwwara, mengatakan bahwa menetap di Huwwara tidaklah sama dengan menetap di kota-kota lain. Ia menggambarkan Huwwara sebagai kota yang “tidak biasa”, karena rumah-rumah di sana telah menjadi saksi perjuangan penduduknya untuk terus menetap meski kondisi sangat sulit.

“Ayah saya adalah seorang petani dan menyarankan kami untuk mengikuti jejaknya, tetapi sekarang kami tidak dapat mencapai tanah kami. Kami hanya bisa melihatnya dari jauh, tetapi tidak dapat mendekatinya,” kata Ahmed. “Sekarang para pemukim datang ke rumah kami dan membakarnya, tapi kami bersikeras untuk kembali setiap saat untuk merebut kembali hidup kami.” Demikian Ahmed menceritakan perjuangannya untuk bertahan hidup di Huwwara. “Kami tetap tinggal di sini tanpa pernah berpikir untuk pergi.” tegasnya.

Seorang petani Palestina dihadang oleh tentara Israel di Huwwara (MEE)

Raed Muqadi, peneliti di Pusat Penelitian Tanah mengatakan bahwa meskipun Huwwara memiliki luas 8.000 dunam, area yang tersedia bagi penduduk Palestina untuk membangun rumah tidak lebih dari 1.000 dunam. Hal tersebut disebabkan karena 75 persen tanah Huwwara telah diklasifikasikan sebagai area C, yang artinya merupakan wilayah yang berada di bawah kendali penuh militer Israel.

Muqadi menjelaskan bahwa sebelum perang Arab-Israel 1967, jalan utama Huwwara adalah jalan tanah yang digunakan tentara Yordania untuk mencapai markasnya di dataran. Setelah perang, tentara pendudukan Israel merebut kamp militer dan mengubahnya menjadi markasnya sendiri. Israel kemudian mendirikan tempat pelatihan bagi tentara di 17 dunam (1,7 hektar) tanah yang disita dari kota dan desa tetangga Awarta di sekitar Huwwara. “Sejak saat itu, tentara Israel terus mengganggu penduduk Huwwara yang bekerja di pertanian,” kata Muqadi.

Pada tahun 1970-an, tentara Israel melebarkan dan membuka jalan tanah di tengah kota, tetapi bukan untuk kepentingan penduduk Palestina. Pembangunan itu bertujuan agar para pemukim dapat menggunakannya untuk mencapai permukiman mereka, terutama Yitzhar dan Bracha, yang dibangun di atas 1.100 dunam tanah Huwwara. Pembangunan permukiman dan jalanan khusus pemukim membuat penduduk Huwwara tidak lagi mengenali kota mereka, karena penduduk asli Huwwara dilarang untuk melintasi jalan khusus pemukim, membangun rumah, membuka toko, maupun mengakses lahan pertanian milik mereka, dan hal tersebut terus berlangsung hingga detik ini.

Huwwara dan permukiman-permukiman ilegal di sekitarnya (B’Tselem)

Huwwara, sebagaimana kota-kota lainnya di Tepi Barat dan di Palestina pada umumnya, telah menjadi korban serangan para pemukim dan tentara Israel selama bertahun-tahun. Menurut badan kemanusiaan PBB, OCHA, telah terjadi 59 serangan pemukim di Tepi Barat sejak awal tahun hingga awal Maret 2023, 18 di antaranya merupakan serangan besar yang memakan korban jiwa. Sedangkan pada tahun sebelumnya, OCHA mendokumentasikan 622 serangan sejak awal hingga akhir tahun 2022.

Serangan di Huwwara bukanlah serangan yang pertama, dan bukan serangan terakhir yang terjadi di bumi Palestina. Pencurian tanah, penggusuran rumah, pengusiran paksa, pembantaian, dan rangkaian kejahatan kemanusiaan lainnya yang berlangsung bertahun-tahun di tanah Palestina tidak pernah membuat penduduknya menyerah. Sebaliknya, penduduk Palestina semakin kuat menggerakkan perlawanan dan mengokohkan pertahanan. Tujuan mereka bukan hanya sekedar untuk mempertahankan tanah kelahiran, tapi untuk menunjukkan kepada dunia: selama penjajahan masih berlangsung, selama itu pula penduduk Palestina akan terus melawan.

 

Salsabila Safitri, S.Hum.

Penulis merupakan Relawan Departemen Penelitian dan Pengembangan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan sarjana jurusan Sastra Arab, FIB UI.

 

Sumber:

https://www.middleeasteye.net/news/palestine-huwwara-town-olives-gold-traders-stolen-lands

https://www.middleeasteye.net/news/israel-palestine-settler-rampage-huwwara-children-among-injured

https://www.middleeasteye.net/news/palestine-israel-settlers-rampage-soldiers-stood-by

https://www.aljazeera.com/opinions/2023/3/14/israel-was-built-on-burned-palestinian-villages

https://www.timesofisrael.com/settlers-said-to-rampage-in-huwara-after-deadly-attack-set-fire-to-cars-and-homes/

***

Kunjungi situs resmi Adara Relief International

Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.

Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini

Baca juga artikel terbaru, klik di sini

Free Email Updates
We respect your privacy.
Tags: ArtikelPalestinaPenyerbuanSerangan
ShareTweetSendShare
Previous Post

Walidah, Kehilangan Tangan dan Anak Dalam Gendongan Akibat Gempa Turki

Next Post

KNPI: Penolakan Tim Sepakbola Israel U-20 Karena Persoalan Eksistensi

Adara Relief International

Adara Relief International

Related Posts

Penolakan Timnas Israel 60 Tahun yang Lalu: Relevansi dan Kontroversi dalam Sejarah Sepakbola Hari Ini
Artikel

Penolakan Timnas Israel 60 Tahun yang Lalu: Relevansi dan Kontroversi dalam Sejarah Sepakbola Hari Ini

by Adara Relief International
Maret 16, 2023
0

Piala dunia U-20 FIFA 2023 merupakan salah satu ajang pertandingan sepakbola dunia ke-23 yang pada tahun ini yang akan diadakan...

Read more
Menyoal Kedatangan Timnas U-20 Israel ke Indonesia, Benarkah Tidak Ada Kaitannya antara Olahraga dengan Politik?

Menyoal Kedatangan Timnas U-20 Israel ke Indonesia, Benarkah Tidak Ada Kaitannya antara Olahraga dengan Politik?

Maret 16, 2023
Mohammad Natsir dan Pandangannya tentang Masalah Palestina

Mohammad Natsir dan Pandangannya tentang Masalah Palestina

Maret 21, 2023
Bolehkah Memanfaatkan Uang Riba Untuk Kepentingan Umum?

Bolehkah Memanfaatkan Uang Riba Untuk Kepentingan Umum?

Maret 15, 2023
Wawancara Eksklusif Direktur Adara, Sri Vira Chandra dengan Aktivis Kemanusiaan Palestina

Miko Peled: Mantan Zionis yang Berbalik Mendukung Kemerdekaan Palestina

Maret 14, 2023
Palestina dalam Gambar, Februari 2023

Palestina dalam Gambar, Februari 2023

Maret 13, 2023
Next Post
KNPI: Penolakan Tim Sepakbola Israel U-20 Karena Persoalan Eksistensi

KNPI: Penolakan Tim Sepakbola Israel U-20 Karena Persoalan Eksistensi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TRENDING PEKAN INI

  • Inspiratif, Sosok Ayah Hebat yang Rela Berjuang Keras untuk Anaknya yang Istimewa

    Inspiratif, Sosok Ayah Hebat yang Rela Berjuang Keras untuk Anaknya yang Istimewa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Boikot Kurma Israel! Ini Daftar Mereknya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 835 Tahun Pembebasan Baitul Maqdis, Al-Quds Menanti Shalahuddin Selanjutnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Masjid Al Qibli

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Kedatangan Timnas U-20 Israel ke Indonesia, Benarkah Tidak Ada Kaitannya antara Olahraga dengan Politik?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing

Company Profile - Adara Relief International

Company Profile - Adara Relief International

00:03:01

“Wonderful Children for Wonderful Family”

00:00:46

Bantuan Halaqah Tatsbit Al-Quran untuk Pengungsian Palestina

00:02:04

Bantuan Halaqah Tahfidz Al-Quran di Pengungsian Palestina

00:01:10

STRONG 'WHY' TO LIGHT UP AL-AQSA

02:04:05
Telegram Instagram Facebook Twitter Youtube Whatsapp

Klik untuk dapatkan update info terbaru

  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Sosial Media
  • Donasi

Yayasan Adara Relief Internasional


GrahaQu Lt.2,
Jl. Warung Buncit Raya Loka Indah No.1,
Desa/Kelurahan Kalibata, Kec. Pancoran
Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12740
Indonesia

© 2022 Adara Relief International

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
    • Gabung Relawan
    • Gerai Adara
  • Program
    • Adara for Children
    • Adara for Woman
    • Adara for Humanity
    • Penyaluran
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Humanitarian Report
    • Palestina dalam Gambar
    • AdaStory
Donasi Sekarang

© 2022 Adara Relief International

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist