Assalamualaikum Ustadzah Eva. Saya Dila dari Jakarta, ingin menanyakan permasalah mengenai fiqih shaum.
1. Apakah diperbolehkan untuk mendobel niat antara puasa sunnah dengan puasa qadha (puasa untuk mengganti puasa ramadhan yang ditinggalkan karena udzur)?
2. Bagaimanakah cara meng-qadha puasa ramadhan di masa lalu yang jumlahnya terlupa? (karena di masa muda belum ada kesadaran untuk meng-qadha puasa. Namun saat ini sudah timbul kesadaran untuk membayar hutanh puasa, namun tidak mengetahui jumlah pasti puasa yang harus dbayar).
Terima kasih ustadzah Eva.
….
….
Wassalamualaikum
Dear ibu Dila, berikut uraian saya mengenai pertanyaan dari ibu :
1. Hukum tasyrik (penyekutuan) dalam niat antara niat melakukan yang wajib dengan yang sunnah dalam puasa hukumnya adalah terbagi menjadi empat disesuaikan dengan konstruksi pekerjaan yang dilakukan :
a. Jika bentuk ibadah tersebut mempunyai waktu bersamaan maka hukumnya sah untuk kedua-duanya. Contohnya, niat mandi janabah yang digabung dengan mandi sholat ‘ied, maka dua-duanya sah.
b. Jika bentuk ibadah tersebut adalah ibadah yang hanya boleh dilakukan dalam satu tahun hanya satu ibadah saja dan tidak boleh dua ibadah, maka hukumnya yang sah adalah yang wajib, sedangkan yang sunnah tidak sah. Seperti haji fardhu (pertama kali) dengan haji sunnah (kali kedua), maka yang sah adalah haji yang fardhu.
c. Jika bentuk ibadah tersebut, yang wajib ternyata kurang syaratnya dan yang sunah tidak memerlukan syarat syarat formal, maka hukumnya sah yang sunnah bukan yang wajib. Contohnya adalah niat zakat dan niat sedekah. Jika harta yang dikeluarkan belum mencukupi digunakan sebagai zakat, maka yang sah adalah yang sedekah bukan yang zakat.
d. Jika ibadah tersebut mempunyai rukun yang sama dalam niat, maka hukum ibadah kedua-duanya tidak sah. Misalnya, orang yang sholat masbuq lalu bertakbir dengan niat dua takbirotul ihram dan niat takbir intiqol (takbir yang diucapkan dalam perpindahan rukun). Maka kedua-duanya tidak sah, sebab takbiratulihrom merupakan rukun dalam sholat fardhu dan sholat sunnah.
Sehingga untuk ibadah puasa, jika niatnya puasa wajib dan puasa sunnah disatukan, maka bisa ikut hukum yang poin a yaitu sah untuk kedua ibadahnyanya. Oleh karenanya, jika meniatkan berpuasa dalam waktu yang bersamaan seperti qodho puasa Ramadhan di bulan syawal atau dihari senin dan kamis sekaligus berniat puasa sunnah, maka hukum ibadah kedua-duanya sah.
Namun bisa juga masuk hukum poin D. Sehingga kedua puasanya sama-sama menjadi tidak sah. Karena keduanya memiliki rukun yang sama, sehingga tidak boleh disatukan.
Untuk menyatukan dua pendapat tersebut, alangkah baiknya jika puasa qodho Ramadhan diniatkan sendiri tanpa digabung dengan yang sunnah. Hal ini ditujukan agar puasa wajib yang kita lakukan bisa sah dihadapan Allah. Aamiiin
2. Adapun mengenai qodho puasa Ramadhan, jika seorang muslim/ah sudah baligh usianya maka diwajibkan puasa dibulan Ramadhan sehingga bagi siapa saja yang meninggalkannya dengan sengaja padahal sehat walafiat, maka hukumnya wajib menqodhonya dihari yang lain. Dan jika seseorang lupa dengan jumlah puasa yang ia tinggalkan, maka membayar qodho-nya dengan seingatnya saja lalu. Adapun jika hutang puasa tersebut tidak dibayar beberapa tahun lamanya, maka ulama sepakat untuk menghukuminya dengan fidyah memberi makan setiap hari satu orang miskin atau dengan mengeluarkan satu liter beras setiap harinya. Sehingga orang tersebut selain wajib bayar qodho puasanya, juga wajib membayar fidyah. Wallahu’alam