Sejarah Hari Amnesti Internasional
Amnesty International Day, atau Hari Amnesti Internasional, diperingati pada tanggal 28 Mei setiap tahun. Hari Amnesti Internasional adalah perayaan tahunan karya Amnesty International dan komitmennya untuk melindungi hak asasi manusia di seluruh dunia. Hari ini didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hak asasi manusia dan upaya global untuk melindungi individu dari pelanggaran hak asasi.
Hari Amnesti Internasional pertama kali diperingati pada 1961, ketika seorang pengacara Inggris bernama Peter Benenson menerbitkan artikel berjudul “The Forgotten Prisoners” di surat kabar The Observer. Artikel ini mengkritik penahanan dua mahasiswa Portugis yang dipenjara karena bersulang untuk merayakan kebebasan dari rezim diktator Antonio de Oliveira Salazar.
Benenson kemudian menyerukan pembebasan para tahanan yang dipenjara karena keyakinan atau pendapat politik mereka, yang kemudian dikenal sebagai “Prisoners of Conscience”. Gerakan ini segera mendapatkan dukungan internasional dan berkembang menjadi organisasi Amnesty International, yang hingga hari ini terus berjuang untuk membela hak asasi manusia di seluruh dunia.

Amnesty International sendiri merupakan organisasi internasional non-pemerintah yang mendukung gerakan HAM global. Mereka melakukan kampanye, advokasi, riset, dan memobilisasi publik untuk mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia, menghentikan penyiksaan, dan melindungi hak-hak asasi manusia yang dilanggar. Amnesty International berfungsi untuk memastikan dan mengadvokasikan hak untuk kebebasan berekspresi, berserikat, berkumpul, dan berpendapat. Amnesty international juga membahas dan memperjuangkan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Pada awalnya, organisasi ini berfokus pada pembebasan tahanan politik. Namun, seiring berjalannya waktu, Amnesty berkembang untuk menegakkan seluruh spektrum hak asasi manusia. Amnesty International kini melindungi dan memberdayakan masyarakat dalam berbagai isu, seperti penghapusan hukuman mati, perlindungan hak-hak seksual dan reproduksi, memerangi diskriminasi, serta membela hak-hak pengungsi dan migran.
Amnesty awalnya berbasis di London, kemudian memperlebar sayap dan membuka kantor di berbagai negara. Kantor pusat utama mulai didirikan di kota-kota di Afrika, Asia-Pasifik, Eropa Tengah, Eropa Timur, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Kantor utama berfungsi sebagai tempat untuk melakukan penyelidikan, kampanye, dan komunikasi. Kantor regional pun dibangun untuk memperkuat kerja, dapat menanggapi suatu kejadian dengan cepat, dan memperlancar komunikasi dengan kantor pusat. Kini, Amnesty memiliki kantor regional di lebih dari 70 negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, Amnesty International didirikan pada 2017 dengan meluncurkan 9 Agenda HAM sebagai fokus kampanye mereka. Berbagai tantangan hak asasi manusia di Indonesia, seperti diskriminasi terhadap minoritas agama, gender, dan orientasi seksual serta kriminalisasi terhadap warga yang menyampaikan pendapatnya secara damai, menjadi perhatian utama Amnesty.
Amnesty International Indonesia aktif dalam berkampanye dan melakukan advokasi bersama mitra serta partisipasi publik untuk meningkatkan penegakan hak asasi manusia di Indonesia. Organisasi ini berkolaborasi dengan para pembela HAM, korban, keluarga korban, serta organisasi sejenis untuk mendesak pemangku kepentingan agar memenuhi hak asasi manusia dan menuntut penyelesaian pelanggaran.
Tahun ini, tema peringatan Hari Amnesti Internasional 2024 adalah “Membangun Dunia yang Lebih Adil dan Manusiawi”. Tema ini mencerminkan kebutuhan mendesak untuk menghadapi ketidakadilan yang terus berlangsung dan membangun sistem yang lebih inklusif serta menghormati martabat setiap individu. Beberapa fokus utama pada tahun ini meliputi penghapusan penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi. Amnesty International terus berupaya untuk mengakhiri praktik penyiksaan yang masih terjadi di banyak negara.
Tahun 2024, Hari Amnesti Internasional akan difokuskan pada kampanye untuk memperkuat konvensi internasional dan memastikan penegakan hukum yang lebih efektif terhadap pelaku penyiksaan. Hari Amnesti Internasional bukan hanya peringatan, tetapi juga seruan untuk aksi nyata dalam memperjuangkan hak asasi manusia di seluruh dunia.
Hari Amnesti Internasional di Tengah Kecamuk Agresi

Peringatan Hari Amnesti Internasional pada tahun ini berlangsung di tengah huru-hara agresi di Jalur Gaza yang telah berlangsung selama lebih dari 230 hari atau delapan bulan. Pada peringatan Hari Amnesti Internasional yang jatuh pada tanggal 28 Mei 2024, Aljazeera melaporkan bahwa sejak awal agresi pada 7 Oktober 2023, Zionis telah membunuh 36.096 warga Palestina di Jalur Gaza, termasuk lebih dari 15.000 anak-anak, sedangkan 10.000 lainnya masih dinyatakan hilang. Serangan Zionis Israel juga mengakibatkan 81.136 warga Palestina luka-luka, baik cedera ringan hingga luka berat.
Dalam laporannya yang diterbitkan melalui laman resminya pada 28 Mei 2024, Amnesty International juga mengungkapkan buruknya situasi kemanusiaan di Gaza akibat agresi. Amnesty melaporkan bahwa serangan Israel terhadap kamp pengungsian dekat fasilitas bantuan PBB di Rafah telah membunuh puluhan orang, termasuk anak-anak, dan melukai lebih banyak warga sipil.
Di tengah kondisi yang terus memburuk, badan-badan bantuan sekarang khawatir akan melonjaknya angka kematian akibat kelaparan, penyakit, dan tidak adanya bantuan medis. Penghalang sistematis di titik-titik penyeberangan yang dikuasai Israel, meningkatnya serangan, dan pemadaman telekomunikasi yang berkepanjangan telah mengurangi jumlah bantuan yang masuk ke Gaza, termasuk kebutuhan pokok seperti makanan, bahan bakar, dan pasokan medis. Ini membuat masuknya bantuan ke Gaza mencapai titik terendah dalam tujuh bulan terakhir, menurut 20 Lembaga bantuan kemanusiaan.
Doctors Without Borders, salah satu penyedia bantuan kemanusiaan dan medis terbesar di Gaza, bahkan mengungkapkan bahwa mereka tidak dapat menyalurkan pasokan apa pun ke Gaza sejak 6 Mei. Kurangnya pasokan air bersih membuat pasien di Gaza berisiko tinggi tertular penyakit. Kondisi ini diperburuk dengan peralatan desalinasi dan pompa yang hampir selalu ditolak oleh Israel untuk memasuki Gaza.

Baru-baru ini, dalam waktu kurang dari tiga minggu, hampir satu juta warga Palestina dilaporkan telah mengungsi ke daerah-daerah padat penduduk yang tidak memiliki sarana untuk mendukung kehidupan manusia. Mereka terpaksa mengungsi untuk menghindari serangan bertubi-tubi Israel, meskipun pada kenyataannya, tidak ada tempat yang aman dari serangan Israel di Gaza saat ini.
Sistem kesehatan Gaza juga telah diruntuhkan secara sistematis. Hampir setiap rumah sakit di Gaza telah menerima ‘perintah evakuasi’, berada di bawah pengepungan Israel, atau akan segera kehabisan bahan bakar dan pasokan medis. Rumah sakit terbesar di Rafah, Abu Yousef al-Najjar, baru-baru ini terpaksa ditutup menyusul ‘perintah evakuasi’ yang dikeluarkan Israel sehingga saat ini tidak ada rumah sakit di Gaza utara yang dapat diakses. Pekerja medis di seluruh Gaza mengatakan bahwa pasien meninggal setiap hari karena kekurangan pasokan medis, sementara dokter, perawat, dan pekerja kesehatan lainnya terus menjadi sasaran serangan Israel atau terpaksa mengungsi untuk menyelamatkan diri.
Save the Children juga menambahkan laporan mengenai kacaunya situasi di Gaza bagi pertumbuhan anak-anak. Mereka melaporkan bahwa anak-anak tidak lagi dapat dievakuasi secara medis dari Gaza, membuat mereka tidak memiliki pilihan selain berjuang untuk mengatasi kengerian yang mereka hadapi setiap hari akibat kehilangan keluarga dan orang-orang terkasih. Organisasi tersebut mengungkapkan bahwa anak-anak Gaza sangat membutuhkan dukungan psikososial, yang belum tentu bisa mereka dapatkan di tengah kondisi yang penuh dengan keterbatasan di Gaza.

Di Gaza selatan, aliran bantuan telah terputus total. Seluruh toko roti di Rafah terpaksa tutup. Berkurangnya persediaan, ketidakmampuan untuk mengakses gudang penyimpanan bantuan, dan ketidakamanan, telah memaksa lembaga-lembaga bantuan untuk menghentikan distribusi di wilayah selatan, dan mungkin akan segera terpaksa menghentikan distribusi di Khan Younis, Deir al-Balah, dan Kota Gaza karena pasokan semakin menipis. Banyak warga Palestina kini bertahan hidup dengan kurang dari 3% kebutuhan air harian mereka karena suhu meningkat sangat tinggi dan penyakit seperti diare dan hepatitis menyebar dengan cepat.
Pengumuman mengenai titik penyeberangan dan inisiatif tambahan, termasuk pembuatan ‘dermaga apung’ yang baru, telah memberikan ilusi perbaikan, namun sebagian besar hanya menambah permasalahan baru. Antara tanggal 7 hingga 27 Mei 2024, hanya sekitar 1.000-an truk berisi bantuan memasuki Gaza melalui gabungan semua titik penyeberangan, termasuk ‘dermaga apung’ yang baru dibangun, menurut perhitungan PBB. Angka ini sangat rendah mengingat melonjaknya kebutuhan kemanusiaan bagi 2,2 juta penduduk Gaza.
Penyeberangan Rafah, yang merupakan titik masuk bagi pekerja kemanusiaan dan bantuan ke Gaza, telah ditutup sejak 7 Mei, ketika pasukan Israel menduduki titik penyeberangan tersebut. Di samping itu, lebih dari 2.000 truk bantuan masih menunggu di Arish, Mesir, agar Israel mengizinkan mereka masuk. Ironisnya, lamanya waktu menunggu telah membuat bantuan makanan membusuk dan obat-obatan kadaluarsa sementara semakin banyak keluarga Palestina menderita kelaparan. Meskipun perbatasan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) secara resmi masih dibuka, truk komersial lebih diprioritaskan, dan pergerakan bantuan masih tidak dapat diprediksi, tidak konsisten, dan sangat rendah.
Penegakan Hak Asasi Manusia: Dongeng Klise Sepanjang Agresi Gaza

Laporan Amnesty International tentang Gaza yang diterbitkan bertepatan dengan Hari Amnesti Internasional telah menggambarkan situasi kemanusiaan yang sebenarnya terjadi di Palestina dan bisa jadi juga terjadi di negara-negara lainnya yang masih terjajah. Gaza, kota kecil di pesisir pantai yang tadinya indah, kini menjelma bagai neraka dengan semua kengerian bersatu di dalamnya, mulai dari pembantaian keji hingga penyakit menular, dari permasalahan medis hingga pendidikan yang hilang. Dan, hingga saat ini, belum ada yang bisa menghentikan genosida yang telah berlangsung selama lebih dari delapan bulan, semakin membuat penduduk Gaza menganggap bahwa hukum internasional dan hak asasi manusia hanyalah fatamorgana semata.
Gaza barulah satu bagian dari Palestina yang terungkap dan disaksikan dunia. Masih ada Tepi Barat, Al-Quds (Yerusalem), serta kota-kota lainnya di Palestina yang penduduknya juga menjadi sasaran penyiksaan sistematis Israel, baik secara fisik maupun verbal. Di tengah mata seluruh dunia yang sedang tertuju ke Gaza, penduduk di wilayah-wilayah lain di Palestina juga sedang mati-matian bertahan agar rumah mereka tidak digusur, agar keluarga dan kerabat mereka dibebaskan dari penahanan administratif, agar lahan pertanian dan hewan ternak mereka tidak direbut, agar pohon zaitun yang ditanam nenek moyang mereka tidak dicabut paksa, serta agar Masjid Suci Al-Aqsa tidak dinodai oleh ritual-ritual Talmud dan tindakan-tindakan penistaan lainnya.
Hari ini, Amnesti International mengingatkan kita kembali akan tugas kita yang belum usai: memperjuangkan hak asasi manusia di seluruh dunia, termasuk Palestina. Tugas ini bukanlah milik lembaga kemanusiaan saja, atau aparat pemerintahan saja, melainkan tugas kita semua, yang mengaku sebagai manusia yang memiliki nurani dan kepedulian akan isu-isu kemanusiaan. Jika tahun ini, Hari Peringatan Amnesti Internasional masih kita “rayakan” di tengah kekacauan agresi, maka semoga pada peringatan tahun depan upaya kita telah membuahkan hasil, yaitu tiada lagi wilayah di belahan dunia ini yang menderita darurat kemanusiaan, termasuk Tanah Para Nabi, Palestina tercinta.
Salsabila Safitri, S.Hum.
Penulis merupakan Relawan Departemen Penelitian dan Pengembangan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan sarjana jurusan Sastra Arab, FIB UI.
Sumber:
https://www.amnesty.org/en/about-us/
https://edition.cnn.com/middleeast/live-news/israel-hamas-war-gaza-news-05-28-24/index.html
https://mili.id/baca-9955-sejarah-dan-tema-hari-amnesti-internasional-28-mei-2024
https://sdgs.bappenas.go.id/hari-amnesti-internasional-dan-kaitannya-dengan-sdgs/
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini