Armada Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan menuju Gaza kembali menghadapi serangan dan tekanan dari Israel. Organisasi penyelenggara melaporkan adanya ledakan, komunikasi yang terganggu, serta lebih dari 15 drone yang menjatuhkan benda tak dikenal ke sejumlah kapal saat mereka berlayar di lepas pantai Yunani. Video yang diunggah aktivis menunjukkan ledakan di salah satu kapal, sementara aktivis asal Jerman, Yasemin Acar, menegaskan bahwa mereka hanya membawa bantuan kemanusiaan dan tidak memiliki senjata.
Flotilla yang berangkat dari Barcelona awal bulan ini berjumlah 51 kapal, mengangkut sejumlah tokoh internasional seperti aktivis lingkungan Greta Thunberg. Sebelumnya, armada ini juga pernah menjadi target serangan drone di Tunisia. Israel sendiri telah menyatakan tidak akan mengizinkan kapal-kapal tersebut mencapai Gaza, setelah sebelumnya menggagalkan upaya serupa pada Juni dan Juli.
Selain serangan, Israel menuntut agar seluruh kapal merapat ke Pelabuhan Ashkelon untuk menyalurkan bantuan melalui jalurnya. Namun, penyelenggara flotilla menolak tuntutan itu dan menyebutnya sebagai bagian dari blokade berkepanjangan yang justru menghalangi aliran bantuan. Mereka menegaskan, Israel hanya mengizinkan rata-rata 70 truk bantuan masuk setiap hari sejak Mei 2025, padahal PBB memperkirakan 500–600 truk diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga Gaza.
Penyelenggara menilai langkah Israel bukan upaya netral, melainkan cara untuk mengontrol, menunda, bahkan menolak bantuan. Amnesty International dan Human Rights Watch juga mengecam pembatasan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional dan penghalang bantuan kemanusiaan yang seharusnya netral.
Flotilla menyerukan pemerintah dunia, badan PBB, dan lembaga kemanusiaan untuk menjamin jalur aman bagi para relawan serta menolak pengepungan Israel yang telah berlangsung 18 tahun. Mereka memperingatkan, sikap pasif hanya akan memperdalam sistem kelaparan paksa, deprivasi, dan hukuman kolektif yang telah merenggut puluhan ribu nyawa di Gaza.
Sumber: MEMO, The New Arab








