• Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic
Kamis, November 13, 2025
No Result
View All Result
Donasi Sekarang
Adara Relief International
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
No Result
View All Result
Adara Relief International
No Result
View All Result
Home Berita Kemanusiaan

Generasi yang Hilang: Bagaimana Agresi Israel Meninggalkan Luka Seumur Hidup bagi Anak-Anak Gaza

by Adara Relief International
Oktober 21, 2025
in Berita Kemanusiaan
Reading Time: 2 mins read
0 0
0
Di Gaza, masa kanak-kanak telah berubah menjadi medan perang. Dalam keheningan rapuh gencatan senjata, suara perang masih bergema di tubuh dan jiwa anak-anak. Sebagian tidur di samping makam keluarga mereka, sebagian lain terbangun di tengah malam tanpa kaki, rumah, atau orang-orang yang mereka cintai. Selama dua tahun genosida Israel, kehidupan dan kematian di Gaza berubah total. Lebih dari 68.000 orang telah terbunuh dan 170.000 lainnya terluka, hampir separuhnya adalah anak-anak. Luka yang mereka derita bersifat fisik, psikologis, dan lintas generasi. Luka di Tubuh Kecil Serangan udara Israel telah membunuh ribuan anak dan melukai puluhan ribu lainnya. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sekitar 170.000 warga terluka, termasuk 44.000 anak, dan 18% di antaranya dalam kondisi kritis. Lebih dari 5.000 orang harus diamputasi, termasuk 1.200 anak. Anak-anak seperti Hala Shukri (12 tahun) yang kehilangan kulit kepala, Obaida Atwan (15 tahun) yang kehilangan tangan dan kaki, serta Mohammad Abu Akar yang terus menanyakan kapan kakinya akan tumbuh kembali, adalah sebagian kecil dari mereka yang kini harus hidup dengan disabilitas permanen. Sebagian kecil anak berhasil dievakuasi ke luar negeri untuk mendapatkan operasi prostetik, sementara lebih dari seribu lainnya masih menunggu perbatasan dibuka. Luka Karena Kelaparan Blokade dan kehancuran infrastruktur telah menjerumuskan Gaza ke ambang kelaparan. Sebanyak 650.000 anak kini terancam meninggal akibat malnutrisi, termasuk 40.000 bayi yang tidak memiliki akses untuk mendapat susu formula. Setidaknya 453 anak telah meninggal karena kelaparan. Banyak anak kehilangan berat badan secara drastis, mengalami rambut rontok, kulit mengelupas, dan akhirnya meninggal sebelum sempat mendapat perawatan. Contohnya adalah Huda Abu Al-Naja (8 tahun), yang wafat setelah tujuh bulan menunggu pembukaan perbatasan Rafah untuk pengobatan. Selain kelaparan, anak-anak juga menderita karena vaksinasi yang terhenti dan penyakit akibat air kotor. Israel bahkan melarang masuknya vaksin rotavirus yang melindungi dari diare kronis. Luka Sejak dalam Kandungan Serangan dan blokade juga berdampak pada bayi yang belum lahir. Dokter di Gaza mencatat lonjakan keguguran, kelahiran prematur, dan cacat lahir akibat paparan bahan kimia beracun dari senjata Israel. Pada 2025 saja, tercatat 400 kasus kelainan bawaan, dan tingkat deformitas janin kini mencapai 200 kasus per 1.000 kelahiran lima kali lipat dari rata-rata global. Bayi lahir dengan cacat otak, kelainan jantung, hidrosefalus, hingga tanpa anggota tubuh. Banyak perempuan terpaksa melahirkan di tenda karena rumah sakit hancur atau penuh sesak. Sekitar 150.000 ibu hamil kini menghadapi risiko tinggi akibat kekurangan gizi, stres, dan paparan racun. Generasi yang Terkubur dalam Trauma Dari amputasi hingga kelaparan dan cacat lahir, anak-anak Gaza menanggung beban paling berat dari genosida Israel. Luka mereka tidak berhenti bersama gencatan senjata–justru di sanalah penderitaan baru dimulai. Generasi ini tumbuh dengan tubuh yang terluka dan jiwa yang dihantui perang. Mereka adalah generasi yang hilang, saksi hidup dari kehancuran kemanusiaan di Gaza.

Israel Meninggalkan Luka Seumur

19
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on Telegram

Di Gaza, masa kanak-kanak telah berubah menjadi medan perang. Dalam keheningan rapuh gencatan senjata, suara perang masih bergema di tubuh dan jiwa anak-anak. Sebagian tidur di samping makam keluarga mereka, sebagian lain terbangun di tengah malam tanpa kaki, rumah, atau orang-orang yang mereka cintai.

Selama dua tahun genosida Israel, kehidupan dan kematian di Gaza berubah total. Lebih dari 68.000 orang telah terbunuh dan 170.000 lainnya terluka, hampir separuhnya adalah anak-anak. Luka yang mereka derita bersifat fisik, psikologis, dan lintas generasi.

Luka di Tubuh Kecil

Serangan udara Israel telah membunuh ribuan anak dan melukai puluhan ribu lainnya. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sekitar 170.000 warga terluka, termasuk 44.000 anak, dan 18% di antaranya dalam kondisi kritis. Lebih dari 5.000 orang harus diamputasi, termasuk 1.200 anak.

Anak-anak seperti Hala Shukri (12 tahun) yang kehilangan kulit kepala, Obaida Atwan (15 tahun) yang kehilangan tangan dan kaki, serta Mohammad Abu Akar yang terus menanyakan kapan kakinya akan tumbuh kembali, adalah sebagian kecil dari mereka yang kini harus hidup dengan disabilitas permanen. Sebagian kecil anak berhasil dievakuasi ke luar negeri untuk mendapatkan operasi prostetik, sementara lebih dari seribu lainnya masih menunggu perbatasan dibuka.

Luka Karena Kelaparan

Blokade dan kehancuran infrastruktur telah menjerumuskan Gaza ke ambang kelaparan. Sebanyak 650.000 anak kini terancam meninggal akibat malnutrisi, termasuk 40.000 bayi yang tidak memiliki akses untuk mendapat susu formula. Setidaknya 453 anak telah meninggal karena kelaparan.

Banyak anak kehilangan berat badan secara drastis, mengalami rambut rontok, kulit mengelupas, dan akhirnya meninggal sebelum sempat mendapat perawatan. Contohnya adalah Huda Abu Al-Naja (8 tahun), yang wafat setelah tujuh bulan menunggu pembukaan perbatasan Rafah untuk pengobatan.

Baca Juga

Tiga Musim Dingin Tanpa Atap: Krisis Kemanusiaan Gaza yang Tak Berujung

Israel Langgar Gencatan Senjata, Bunuh Warga Palestina di Gaza Selatan

Selain kelaparan, anak-anak juga menderita karena vaksinasi yang terhenti dan penyakit akibat air kotor. Israel bahkan melarang masuknya vaksin rotavirus yang melindungi dari diare kronis.

Luka Sejak dalam Kandungan

Serangan dan blokade juga berdampak pada bayi yang belum lahir. Dokter di Gaza mencatat lonjakan keguguran, kelahiran prematur, dan cacat lahir akibat paparan bahan kimia beracun dari senjata Israel. Pada 2025 saja, tercatat 400 kasus kelainan bawaan, dan tingkat deformitas janin kini mencapai 200 kasus per 1.000 kelahiran lima kali lipat dari rata-rata global.

Bayi lahir dengan cacat otak, kelainan jantung, hidrosefalus, hingga tanpa anggota tubuh. Banyak perempuan terpaksa melahirkan di tenda karena rumah sakit hancur atau penuh sesak. Sekitar 150.000 ibu hamil kini menghadapi risiko tinggi akibat kekurangan gizi, stres, dan paparan racun.

Generasi yang Terkubur dalam Trauma

Dari amputasi hingga kelaparan dan cacat lahir, anak-anak Gaza menanggung beban paling berat dari genosida Israel. Luka mereka tidak berhenti bersama gencatan senjata–justru di sanalah penderitaan baru dimulai. Generasi ini tumbuh dengan tubuh yang terluka dan jiwa yang dihantui perang. Mereka adalah generasi yang hilang, saksi hidup dari kehancuran kemanusiaan di Gaza.

Sumber:
Qudsnen

ShareTweetSendShare
Previous Post

Dua Tawanan Palestina Meninggal dalam Penjara Israel, Total Korban Capai 80 Orang

Next Post

Bagaimana Agresi di Gaza Mengisi Gelombang Kekerasan Pemukim terhadap Warga Palestina di Tepi Barat

Adara Relief International

Related Posts

Pertahanan Sipil Gaza: Kami Tidak Mampu Mengangkat Jenazah Para Syuhada
Berita Kemanusiaan

Pertahanan Sipil Gaza: Kami Tidak Mampu Mengangkat Jenazah Para Syuhada

by Adara Relief International
November 12, 2025
0
13

Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk. Ia menegaskan bahwa tim...

Read moreDetails
UNICEF: 2.400 Anak di Gaza Telah Dapat Vaksin di Hari Pertama Kampanye Imunisasi

UNICEF: 2.400 Anak di Gaza Telah Dapat Vaksin di Hari Pertama Kampanye Imunisasi

November 12, 2025
13
Tiga Musim Dingin Tanpa Atap: Krisis Kemanusiaan Gaza yang Tak Berujung

Tiga Musim Dingin Tanpa Atap: Krisis Kemanusiaan Gaza yang Tak Berujung

November 12, 2025
11
Warga Palestina memeriksa rumah-rumah yang rusak parah di wilayah al-Ketiba setelah penarikan pasukan Israel dari Khan Yunis, Gaza, pada 11 November 2025. [Abed Rahim Khatib – Anadolu Agency]

Israel Langgar Gencatan Senjata, Bunuh Warga Palestina di Gaza Selatan

November 12, 2025
13
Banyak warga Palestina mengatakan mereka menghadapi penyiksaan saat berada di tahanan Israel [Getty]

Pola Sistematis Penyiksaan dan Kekerasan Seksual terhadap Tawanan Palestina

November 12, 2025
11
Kesaksian Tentara Israel Ungkap Kekacauan dan Pembunuhan Sewenang-wenang di Gaza

Kesaksian Tentara Israel Ungkap Kekacauan dan Pembunuhan Sewenang-wenang di Gaza

November 11, 2025
15
Next Post
Seorang pria memeriksa kendaraan yang dibakar oleh pemukim Israel dalam serangan di desa Taybeh, Tepi Barat, pada Juli 2025 (Zain Jaafar/AFP)

Bagaimana Agresi di Gaza Mengisi Gelombang Kekerasan Pemukim terhadap Warga Palestina di Tepi Barat

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TRENDING PEKAN INI

  • Seorang perempuan menangis di samping jasad anak-anak yang menjadi korban serangan Israel (MEE)

    Perang Psikologis di Gaza dan Siklus Duka yang Tidak Pernah Menemukan Akhir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perjuangan Anak-Anak Palestina di Tengah Penjajahan: Mulia dengan Al-Qur’an, Terhormat dengan Ilmu Pengetahuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 1,5 Juta Warga Palestina Kehilangan Tempat Tinggal, 60 Juta Ton Puing Menutupi Gaza

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Eskalasi dan Agresi; Dalih Israel untuk Mengambil Alih Kendali Masjid Al-Aqsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gencatan Senjata, Momen untuk Membangun Kembali Harapan Anak Yatim Gaza di Tengah Luka yang Terkoyak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing

Edcoustic - Mengetuk Cinta Ilahi

Edcoustic - Mengetuk Cinta Ilahi

00:04:42

Sahabat Palestinaku | Lagu Palestina Anak-Anak

00:02:11

Masjidku | Lagu Palestina Anak-Anak

00:03:32

Palestinaku Sayang | Lagu Palestina Anak-Anak

00:03:59

Perjalanan Delegasi Indonesia—Global March to Gaza 2025

00:03:07

Company Profile Adara Relief International

00:03:31

Qurbanmu telah sampai di Pengungsian Palestina!

00:02:21

Bagi-Bagi Qurban Untuk Pedalaman Indonesia

00:04:17

Pasang Wallpaper untuk Tanamkan Semangat Kepedulian Al-Aqsa | Landing Page Satu Rumah Satu Aqsa

00:01:16

FROM THE SHADOW OF NAKBA: BREAKING THE SILENCE, END THE ONGOING GENOCIDE

00:02:18

Mari Hidupkan Semangat Perjuangan untuk Al-Aqsa di Rumah Kita | Satu Rumah Satu Aqsa

00:02:23

Palestine Festival

00:03:56

Adara Desak Pemerintah Indonesia Kirim Pasukan Perdamaian ke Gaza

00:07:09

Gerai Adara Merchandise Palestina Cantik #lokalpride

00:01:06
  • Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic

© 2024 Yayasan Adara Relief Internasional Alamat: Jl. Moh. Kahfi 1, RT.6/RW.1, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Jakarta 12630

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
Donasi Sekarang

© 2024 Yayasan Adara Relief Internasional Alamat: Jl. Moh. Kahfi 1, RT.6/RW.1, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Jakarta 12630