Di Gaza, masa kanak-kanak telah berubah menjadi medan perang. Dalam keheningan rapuh gencatan senjata, suara perang masih bergema di tubuh dan jiwa anak-anak. Sebagian tidur di samping makam keluarga mereka, sebagian lain terbangun di tengah malam tanpa kaki, rumah, atau orang-orang yang mereka cintai.
Selama dua tahun genosida Israel, kehidupan dan kematian di Gaza berubah total. Lebih dari 68.000 orang telah terbunuh dan 170.000 lainnya terluka, hampir separuhnya adalah anak-anak. Luka yang mereka derita bersifat fisik, psikologis, dan lintas generasi.
Luka di Tubuh Kecil
Serangan udara Israel telah membunuh ribuan anak dan melukai puluhan ribu lainnya. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sekitar 170.000 warga terluka, termasuk 44.000 anak, dan 18% di antaranya dalam kondisi kritis. Lebih dari 5.000 orang harus diamputasi, termasuk 1.200 anak.
Anak-anak seperti Hala Shukri (12 tahun) yang kehilangan kulit kepala, Obaida Atwan (15 tahun) yang kehilangan tangan dan kaki, serta Mohammad Abu Akar yang terus menanyakan kapan kakinya akan tumbuh kembali, adalah sebagian kecil dari mereka yang kini harus hidup dengan disabilitas permanen. Sebagian kecil anak berhasil dievakuasi ke luar negeri untuk mendapatkan operasi prostetik, sementara lebih dari seribu lainnya masih menunggu perbatasan dibuka.
Luka Karena Kelaparan
Blokade dan kehancuran infrastruktur telah menjerumuskan Gaza ke ambang kelaparan. Sebanyak 650.000 anak kini terancam meninggal akibat malnutrisi, termasuk 40.000 bayi yang tidak memiliki akses untuk mendapat susu formula. Setidaknya 453 anak telah meninggal karena kelaparan.
Banyak anak kehilangan berat badan secara drastis, mengalami rambut rontok, kulit mengelupas, dan akhirnya meninggal sebelum sempat mendapat perawatan. Contohnya adalah Huda Abu Al-Naja (8 tahun), yang wafat setelah tujuh bulan menunggu pembukaan perbatasan Rafah untuk pengobatan.
Selain kelaparan, anak-anak juga menderita karena vaksinasi yang terhenti dan penyakit akibat air kotor. Israel bahkan melarang masuknya vaksin rotavirus yang melindungi dari diare kronis.
Luka Sejak dalam Kandungan
Serangan dan blokade juga berdampak pada bayi yang belum lahir. Dokter di Gaza mencatat lonjakan keguguran, kelahiran prematur, dan cacat lahir akibat paparan bahan kimia beracun dari senjata Israel. Pada 2025 saja, tercatat 400 kasus kelainan bawaan, dan tingkat deformitas janin kini mencapai 200 kasus per 1.000 kelahiran lima kali lipat dari rata-rata global.
Bayi lahir dengan cacat otak, kelainan jantung, hidrosefalus, hingga tanpa anggota tubuh. Banyak perempuan terpaksa melahirkan di tenda karena rumah sakit hancur atau penuh sesak. Sekitar 150.000 ibu hamil kini menghadapi risiko tinggi akibat kekurangan gizi, stres, dan paparan racun.
Generasi yang Terkubur dalam Trauma
Dari amputasi hingga kelaparan dan cacat lahir, anak-anak Gaza menanggung beban paling berat dari genosida Israel. Luka mereka tidak berhenti bersama gencatan senjata–justru di sanalah penderitaan baru dimulai. Generasi ini tumbuh dengan tubuh yang terluka dan jiwa yang dihantui perang. Mereka adalah generasi yang hilang, saksi hidup dari kehancuran kemanusiaan di Gaza.
Sumber:
Qudsnen