Angka-angka dan statistik mengenai situasi kemanusiaan di Gaza pada hari-hari ini adalah masa paling memprihatinkan, di mana kehidupan yang sangat sengsara yang dirasakan oleh sekitar dua juta warga diprediksikan oleh para pengamat Palestina akan meledak’ dalam waktu dekat.
Abdul – Sattar Qassem, penulis Palestina dan seorang Profesor Ilmu Politik di Universitas Birzeit di Ramallah, mengatakan kepada kantor berita Anadolu, “Situasi kemanusiaan di Gaza telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hasil laporan penelitian telah dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional dan memperingatkan bahwa pengangguran dan tingkat kemiskinan mengalami kenaikan drastis akibat dari tidak adanya solusi politik dalam proses rekonstruksi tertunda Gaza. Kita berbicara tentang bom waktu kemarahan dan putus asa yang mungkin meledak setiap saat.”
Qassem juga memperingatkan, “Orang-orang di Gaza merasa bahwa mereka tidak akan rugi untuk bergerak dan memberontakan terhadap pengepungan Mesir, Israel dan faksi-faksi yang berbeda yang memerintah mereka”. Dalam kunjungannya ke daerah kantong yang diblokade pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Jerman Frank – Walter Steinmeier menggambarkan situasi di Gaza sebagai “bara api” dan mengatakan dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di pelabuhan Gaza, “Kondisi di Gaza adalah bencana dan tidak bisa terus berlanjut.
Gaza adalah sebuah “bara api” yang tidak boleh menyala.” Steinmeier mengatakan bahwa dia akan bekerja sama dengan para pejabat Palestina dan Israel untuk menyikapi situasi tragis di Gaza serta menjamin untuk berusaha mencegah terjadinya perang baru dengan Israel. Peringatan PBB Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, memperingatkan dampak dari situasi yang mengerikan ini dan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu di New York pada acara ulang tahun ke-65 “The United Nations Relief and Badan Pekerjaan untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), “ Gaza adalah “bara api”. frustrasi dan kemarahan yang terjadi pasti akan menyulut peperangan dengan mudah.
PBB harus melakukan aksi yang dibutuhkan untuk mencegahnya.” Bank Dunia pada 22 Mei telah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa tingkat pengangguran di Gaza mencapai 43% yang merupakan tingkat tertinggi di dunia, di mana lebih dari 60% penggangguran adalah pemuda. Steen Lau Jorgensen, Country Director Bank Dunia untuk Tepi Barat dan Gaza, menunjukkan bahwa kemiskinan, tingkat
pengangguran, dan ekspektasi ekonomi di Gaza sangat mengkhawatirkan, dan menyoroti bahwa pengepungan terus menerus dan perang Israel di Gaza pada tahun 2014 menyebabkan efek bencana terhadap perekonomian dan kehidupan masyarakat.
Situasi bencana “Gaza ada di ambang kehancuran,” Maher al-Tabba ekonom Palestina mengatakan. Ia menambahkan, “Hidup di Gaza lebih
buruk dari yang orang bisa bayangkan. Gaza telah berubah menjadi penjara terbesar di dunia. Gaza dalam keadaan mati klinis, tidak ada rekonstruksi, tidak ada penyeberangan, tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada pekerjaan, tidak ada obat, tidak ada perkembangan, tidak ada kehidupan sama sekali.” Israel telah memberlakukan blokade darat dan laut di Gaza sejak pemilu demokratis yang membawa Hamas berkuasa pada Januari 2006.
Perang Israel di Jalur Gaza di musim panas 2014 menyebabkan penurunan produk domestik bruto (PDB) sekitar $ 460.000.000, yang mempengaruhi konstruksi, pertanian, industri dan sektor listrik. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa warga Gaza jatuh miskin. 80% dari mereka menerima bantuan kesejahteraan sosial dan 40% masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Muin Rajab, seorang profesor Ekonomi Universitas Al-Azhar di Gaza, mengatakan bahwa laporan dan indikator ekonomi yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga lokal dan internasional memperingatkan adanya tren peningkatan situasi “terjadinya perang” akibat dari pengepungan Gaza dan menyerukan untuk mengatasi tragedi kemanusiaan untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.
Iskandar Samaullah, SS.