Forum Internasional Aktivis Islam ke-8 sudah terasa auranya sejak Kamis malam, 7/10. Acara welcome dinner yg dipadu dengan penyambutan peserta dan perwakilan beberapa delegasi mendorong semangat para peserta untuk aktif turut dalam berbagai kegiatan forum ini.
Hotel Kaya Ramada, Istanbul kembali menjadi saksi pertemuan akbar para aktivis Islam dari 28 negara, jumlah peserta berkisar di angka 420 orang.
Jumat pagi, usai shalat subuh pun menjadi acara semi formah untuk bertukar pikiran. Ketua Aliansi Internasional Pembelaan al-Quds dan Palestina, memberikan pengingat tentang pentingnya tanggal dan kalender. Bahwa pada tanggal 7/10 adalah peristiwa sejarah yang menuturkan para perempuan Damaskus memasuki kota al-Quds, setelah ditaklukkan kembali oleh Shalahuddin. Mereka membawa air bunga yang akan digunakan untuk membersihkan shakhrah (batu di Masjid al-aqsha) pada keesokan harinya. Penuturan sejarah tersebut tidak seharusnya terlewatkan oleh setiap muslim. Sehingga bisa dijadikan momentum untuk bangkit dan saling memotivasi melawan setiap kezhaliman dan termasuk penjajahan serta penistaan terhadap Masjid al-Aqsha. Beberapa orang ikut memberikan pendapatnya dalam diskusi ringan hingga terbit matahari.
Seremonial acara Forum Internasional Aktivis Islam ke-8 -yang diadakan oleh Aliansi Internasional Pembelaan al-Quds dan Palestina, bekerja sama dengan TAIM (Turk-Arap Iliskileri Mekezi), Pusat Kerjasama Turki-Arab- dibuka secara resmi pada pukul 9.45.
Setelah pembacaan al-Quran, sambutan pertama disampaikan oleh Dr. Ibrahim Muhanna selaku ketua penyelenggara. Beliau menyampaian reasoning tema acara yaitu al-aqsha fi Khathar (Masjid al-Aqsha dalam bahaya), serta menjelaskan simbol tokoh yang diangkat yaitu Syeikh Ra’id Shalah. Sambutan ini diakhiri dengan ajakan untuk melindungi Masjid al-Aqsha.
Su’ud Abu Mahfuzh –anggota Parlemen Jordania- memberikan sambutannya mewakili aliansi internasional. Beliau menjelaskan tema besar acara ini yaitu al-aqsha fi Khathar (Masjid al-Aqsha dalam bahaya). Kepakaran beliau di bidang time line sejarah al-Quds dan Palestina terlihat jelas melalui penuturan-penuturan runutnya.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Syeikh Ahmad Umari, anggota Ikatan Ulama Muslim Internasional, mewakili Syaikh Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawiy.
Sambutan-sambutan berikutnya adalah sambutan perwakilan delegasi. Dimulai dari Palestina, Ruhy Shalahiy. Dr. Muhammad Walid menyampaikan sambutannya atas nama Suriah. Dr. Shalah Abdul Maqsud –mantan menkominfo Mesir- juga turut memberikan sambutannya pada acara ini.
Adapun sambutan dari perwakilan Turki disampaikan oleh tiga orang; yaitu:
1. Dr. Yasin Aktay, wakil ketua umum AKP yang juga menjabat sebagai Deputi Perdana Menteri Turki
2. Abdul Wahab Akanzi, anggota Parlemen Turki dari Saadat Party.
3. Qadir Yendurum, anggota Parlemen Turki dari HDP (Haklarin Demokratik Partisi)
Selain nama-nama di atas beberapa orang lainnya mewakili delegasi negara mereka, Dr. Abdurrazaq Muqri mewakili delegasi Aljazair, Dr. Abdurraqib Umar mewakili delegasi Yaman, Dr. Saiful Bahri mewakili delegasi Indonesia, Syaikh Muhammad Aqrut dari Tunis, Dr. Muhammad Ahmad, mewakili Sudan, dan diakhiri sambutan delegasi Libanon.
Selain itu hadir dalam sesi pembukaan ini Dr. Amal Khalifah, aktivis Palestina yang menekuni sejarah Palestina menyampaikan paparannya. Dr. Nuruddin Nabati, meskipun berkebangsaan Turki, aktivis kemanusiaan ini sangat fasih menyampaikan sambutannya dalam Bahasa Arab.
Acara dilanjutkan dengan Shalat Jumat berjamaah yang dihadiri oleh lebih dari 400 orang. Bertindak selaku imam Syaikh Muhammad Dadouw, alim dari Moritania. Sebuah quote menarik dari khatib, bahwa keberanian membela kebenaran adalah pilihan yang mulia. Pada hakikatnya semua menuju penjemputan ajal. Orang-orang mazhlum (yang terzhalimi) bisa jadi mati karena sebuah kezhaliman. Orang-orang zhalim pun pasti akan mati juga. Para pembela kebenaran, diancam atau pun tidak mereka juga akan mati. Para inisiator kemungkaran pun demikian, meski mereka memiliki perlindungan dan penjagaan yang ketat pasti akan menemui kematiannya. Samakah kematian tersebut. Tentu, masing-masing bisa berusaha dan berdoa menjemput ajalnya dengan kemuliaan.
Setelah makan siang sesi dilanjutkan mendiskusikan tema-tema tematik tentang Palestina. Dengan model talkshow acara menjadi lebih hidup. Apalagi saat Su’ud Abu Mahfuzh menampilkan foto-foto “jadul” Palestina. Keharuan menyeruak di tengah-tengah peserta.
Sesi sore diakhiri dengan presentasi dari Muassasah al-Quds ad-Dauliyah. Menjelaskan beberapa proyek dan training yang sudah mereka kerjakan untuk memperluas wawasan sekaligus sebagai sara pembelaan terhadap al-Quds dan Masjid al-Aqsha.
Malam hari setelah makan malam, peserta disuguhi berbagai penampilan seni dari anak-anak Palestina dan beberapa lagu/nasyid dari beberapa negara. Di antara yang menarik perhatian adalah penampilan Umar Buthalib yang menyanyikan sebuah lagu bertema Free Palestine dengan genre rap.
(SB)