Adara Relief – Istanbul. Hari kedua, Kamis 31 Oktober 2019 di Hotel Kaya Ramada Istanbul, Rombongan Indonesia yang terdiri dari lembaga Adara Relief International , ASPAC for Palestine dan KNRP serta utusan santri dari Pesantren MARMARA Nurul Fikri mengikuti edukasi khusus yang diisi oleh pakar kepalestinaan.
.
Di sesi pertama diisi oleh Dr. Saiful Bahri, MA yang menyampaikan tema “ Edukasi Kepalestinaan Secara Efektif” dan dilanjutkan oleh Dr. Amal Khalifa dengan tema “Peran Umat Dalam Pembebasan Al Aqsa serta Ustadz Salman Al Farisi dengan tema “Masa Depan Kehancuran Israel dalam Al-Qur’an”
.
Pada kesempatan ini Dr. Amal Khalifa menyampaikan jangan menjadi buih, buih adalah sesuatu yang sangat ringan. Tidak ada harganya. Jadilah sesuatu yang punya bobot dan berkualias dengan ilmu kita, dengan agama kita, dengan wawasan kita. Jadilah sosok yang berpengaruh. Tugas ini tidak mudah, karena membutuhkan orang yang punya kemauan dan tekad serta memiliki kekuatan, kesabaran dan nafas panjang. Saat seseorang mengarahkan dirinya untuk menjadi sosok yang berbobot, tidak seperti buih, taat pada Allah, membela agama Allah dan menjadikan seluruh hidupnya membela tempat-tempat suci umat islam termasuk dalam hal ini membela masjidil Aqsa, kemudian ia mendapati banyak kesulitan, maka semua menjadi mudah atas izin Allah Ta’ala”
.
Terdapat pesan khusus dari Dr. Amal Khalifa untuk aktivis-aktivis yang selama ini telah berjuang membela Masjidil Aqsa, beliau mengatakan “setiap orang yang bekerja di lembaga-lembaga kemanusiaan harus menyadari bahwa setan mengikuti orang-orang tersebut dengan cara khusus, setan merupakan pencuri yang cerdas yang tidak mencuri di rumah orang fakir. Mereka menggoda orang yang bekerja di lembaga-lembaga yang memiliki program untuk kemanusiaan. Setan masuk dengan cara yang berbeda dengan cara menggoda manusia biasa. Lewat pintu ingin memimpin, ingin dikenal, ingin lebih diperhatikan dari yang lain, ingin dapat kedudukan ingin disebut namanya, ingin dimajukan, ingin dipuji bahwa ia selalu beramal dan membantu”
.
Beliau melanjutkan pesannya “Hendaklah waspada untuk orang-orang yang bekerja di lembaga kemanusiaan. Saat memberikan bantuan kepada orang lain setan tidak akan membiarkan”.
.
Ustad Saiful Bahri menambahkan dalam kalimat penutupnya
“Orang yang berbuat baik tentu akan dipuji, dan itu adalah konsekuensi logis ketika berbuat baik, tapi berhati-hatilah jika anda mulai menikmati itu.
Ketika dipuji senang, ketika tidak dipuji kurang senang. Ketika memimpin suka, ketika tidak memimpin merasa tidak puas. Diposisikan, dihargai sebagai tokoh maka anda suka, ketika diabaikan anda mulai tersinggung. Hati-hati saat menikmati pujian apalagi sampai jadi tujuan saat menjadi pekerja sosial di lembaga-lembaga kemanusiaan”