Menginjak hari ke-111, setiap detiknya adalah perjuangan yang tak berujung bagi anak-anak di Gaza. Mereka melalui hari demi hari dengan luka, tangisan, dan kelaparan yang jauh dari kata “nikmat”. Sedangkan serangan brutal tank-tank Israel yang tak pernah lepas dari kata “puas” menewaskan anak-anak tak bersalah dan bayi-bayi mungil tak berdosa. Pemandangan sehari-hari anak-anak Gaza adalah puing-puing dan serpihan reruntuhan bangunan, serta suara dentuman keras yang memekikkan telinga. Ratusan bangunan rumah, sekolah pun hancur lebur rata bersama tanah. Bahkan, rumah sakit tak luput dari sasaran bom Israel. Tidak ada kata “aman” dalam kota Gaza, tidak ada lagi tempat untuk berlindung dari dinginnya udara malam yang menggigit. Ancaman kematian terus menghantui hari-hari mereka. Bukan hanya menderita luka, melainkan kedinginan dan kelaparan pun menyelimuti mereka.
Tangis menderu dari seorang anak laki-laki di Kamp Pengungsian Jabalia di Gaza, Ahmad (11). Ia berteriak dengan penuh kesedihan,”Di mana ayahku?”, “Aku ingin ayahku!”. Jerit kepedihan mendalam juga datang dari seorang Zain (15), yang telah kehilangan sang ayah tercinta. Dengan penuh kekejaman, Israel menjadikan mereka sebagai seorang yatim. (Aljazeera, Desember 2023). Namun, ini hanya segelintir kisah nyata anak-anak Gaza, masih ada ribuan kisah menyedihkan yang memenuhi seantero kamp pengungsian di Gaza. Masihkah kita berkata, mereka baik-baik saja? Masihkah kita tidak peduli, sementara ribuan nyawa mereka terus melayang?
Dalam kisah yang penuh liku, Jafer (12) seorang anak dari wilayah Shija’iyyah di Gaza, terpaksa menjadi yatim sejak dirinya masih berusia 2 tahun. Agresi Israel tahun 2014 lalu menjadi pukulan telak baginya, terpaksa merenggut nyawa sang ayah tercinta. Sejak saat itu, selama satu dekade dia tumbuh dengan tanpa balutan kasih sayang seorang ayah. Namun, pada agresi bulan November 2023 silam, Jafer (12) menyusul sang ayah menjemput kesyahidan. Dia merupakan yatim yang pernah dibiayai oleh orang tua asuh Indonesia melalui Adara, Kelompok Asma Family. Kisah lainnya datang dari Kamp Pengungsian Al Shati di Gaza. Seorang yatim sejak usia 4 tahun, Bassem (13), kehilangan sosok ayah tercinta pada agresi 2017. Juga anak asuh dari orang tua Indonesia, Ibu Noflih Sulistia, telah syahid pada agresi bulan November 2023 silam.
Sebagian besar yatim yang selamat mencoba cari perlindungan di wilayah selatan Gaza. Mereka terpaksa hidup di bawah tenda-tenda pengungsian yang jauh dari kata nyaman. Hidup bersama dengan jutaan pengungsi lainnya menciptakan keadaan yang sangat sesak dan berdesakan. Keadaan seperti ini merupakan hal yang biasa dihadapi anak-anak Gaza, tapi sulit bagi kita yang tidak terbiasa menghadapi kekacauan situasi dan kondisi. Mereka berpencar dan mencari tempat yang aman untuk berlindung bersama kerabat dekat mereka yang masih selamat. Alih-alih menemukan tempat perlindungan yang stabil, mereka terus berjuang di tengah ketidakpastian dan ketegangan yang melingkupi kehidupan mereka. Bahkan, mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Di sisi lain, dalam kekacauan dan kekalutan yang melanda Gaza, para relawan tetap menunjukkan dedikasi yang luar biasa. Mereka mengerahkan hal-hal yang menakjubkan demi mengulurkan bantuan secara langsung untuk para korban agresi di kamp pengungsian. Di antara mereka adalah mitra dan rekan kerja Adara yang terus memberikan dukungan psikososial dan mendistribusikan bantuan. Upaya mengetahui kondisi yatim semakin sulit, bahkan butuh waktu lama untuk mengetahui, apakah mereka baik-baik saja, terluka atau telah tiada. Tapi, apakah kita berhenti dan membiarkan mereka berjuang sendiri?
Masih ada peluang bagi kita untuk menyelamatkan mereka meski raga tidak dapat bersua. Pemberian bantuan melalui program Dekap Yatim Palestina (DYP) menjadi salah satu upaya Adara dalam merajut harapan mereka. Dengan meningkatkan solidaritas dan dukungan kolektif, kita dapat menjadi bagian dalam meringankan beban dan memulihkan kesejahteraan anak-anak yang terdampak serangan di Gaza. (am)
Sumber:
https://reliefweb.int
https://www.aljazeera.com