Adara Relief – Jakarta. Kamis lalu, 12 September 2019, enam orang anak Palestina yang menjadi tahanan Israel akhirnya memberi kesaksian atas apa yang mereka alami di penjara Israel.
.
Di antara kesaksian itu adalah, apa yang disampaikan oleh OS Aweys, anak Palestina yang baru berusia 16 tahun, ketika rumahnya yang berada di Kamp pengungsi Jenin dibobol.
.
Selama penyerbuan, tentara Israel sengaja meneror Aweys, menakut-nakuti dia dengan seorang polisi, membopong tubuh serta memborgol tangannya, lantas kemudian diseret paksa keluar rumahnya.
.
Sepanjang jalan, para prajurit dengan sengaja mendorongnya keras, dan ketika berada dalam jip, tubuh Aweys dipukul dengan seenaknaya. Saat telah tiba di pos pemeriksaan “Jallama”, mereka membiarkannya terpanggang berjam-jam di bawah sinar matahari dan suhu panas yang ekstrem, hingga kemudian memindahkannya ke bagian tahanan di Megido.
.
Tak jauh berbeda dengan yang dialami Hammam Hosseini, anak Palestina berusia 17 tahun yang tinggal di lingkungan Syekh Jarrah, Yerusalem Timur. Saat ini ia berada di berada di pusat penahanan Al-Damoun. Hammam diinterogasi selama berjam-jam, di atas kursi kecil, dan kemudian pingsan beberapa kali karena pelecehan tentara Israel padanya, dan tidak diberikan makanan atau dibiarkan tidur barang sedikitpun.
.
Tentara Israel juga menewaskan Maarouf al-Atrash (14 th) setelah sebelumnya merampok rumahnya saat fajar di kota Beit Jala, barat laut Bethlehem. Ia diserang dengan puntung senapan, lantas ditahan di penjara Israel
.
Mohammed Attia, anak Palestina lain bahkan dipukuli kepalanya dengan hem besi. Ia begitu kesakitan, tapi tak diberikan jeda hingga ditahan di penjara Israel
.
Pengakuan anak-anak Palestina di atas barulah sekelumit penderitaan yang mereka alami. Tak hanya masa kecil mereka yang direnggut, melainkan juga fisik mereka yang babak belur akibat disiksa tentara Israel.