Moein Abu Odeh memanjat tumpukan puing di Gaza selatan, mencari pakaian, sepatu, atau barang lain yang dapat dijualnya demi mendapatkan uang tunai, setelah 13 bulan genosida Israel melanda Gaza.
Ayah empat anak ini menggali reruntuhan beton dan membersihkan puing-puing di lokasi salah satu serangan udara di Khan Yunis yang telah hancur. Apa pun yang ia temukan akan dijual untuk membeli tepung.
“Jika makanan dan minuman tersedia, percayalah, saya akan menyumbangkan pakaian ini untuk amal,” katanya. “Namun, kesulitan yang kami alami memaksa kami menjual pakaian ini demi bertahan hidup.”
Krisis yang meluas dan agresi berkepanjangan selama berbulan-bulan telah memunculkan perdagangan pakaian bekas, yang sebagian besar berasal dari rumah-rumah korban serangan brutal Israel.
Di pasar darurat, pakaian seperti sepatu, kemeja, dan jaket diletakkan di atas selimut berdebu. Seorang anak perempuan mencoba sepatu bot tua, berharap dapat membelinya untuk menghadapi musim dingin, meskipun ekonomi Gaza telah porak-poranda.
Sementara pedagang bersaing dengan meneriakkan bahwa barang dagangannya berasal dari Eropa, seorang laki-laki tersenyum saat mencoba membantu anak kecil mengenakan jaket hijau.
“Kami mendapatkan pakaian ini dari seorang laki-laki yang rumahnya hancur. Ia menggali reruntuhan untuk mendapatkannya, lalu kami membeli pakaian itu dan menjualnya kembali,” kata Louay Abdel-Rahman, seorang pengungsi Palestina.
Ia dan keluarganya tiba di Khan Yunis hanya dengan pakaian yang melekat di tubuh mereka. Kini, ia juga menyimpan sebagian pakaian untuk keluarganya sendiri. “Musim berganti dari musim panas ke musim dingin, dan kami sangat membutuhkan pakaian,” tambahnya.
Kampanye militer Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 telah menghancurkan Gaza, menghasilkan sekitar 42 juta ton puing dari bangunan seperti rumah, masjid, sekolah, dan toko.
Pada April lalu, PBB memperkirakan akan membutuhkan waktu 14 tahun untuk membersihkan puing-puing tersebut, dengan biaya sedikitnya $1,2 miliar. Lebih dari 128.000 bangunan hancur atau rusak berat akibat genosida Israel ke Gaza, menyisakan tumpukan pakaian yang rusak di antara reruntuhan.
“Anak-anak kami hanya memiliki pakaian lengan pendek, dan tidak ada yang membantu mereka,” ujar Saeed Doula, ayah tujuh anak. “Agresi ini telah menghancurkan segalanya.”
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini






