Adara Relief – Ramallah. Setelah mengunjungi Palestina untuk pertama kalinya, cucu pemimpin tokoh internasional mendiang Nelson Mandela yang juga anggota Parlemen Afrika Selatan, Mandela Mandela mengatakan bahwa Palestina mengalami semua jenis apartheid terburuk.
Apa yang disaksikan Mandela di Tepi Barat yang dijajah telah mengingatkannya terhadap kondisi Afrika Selatan di masa lampau. “Ketika kami dikepung oleh sejumlah permukiman dan tidak diizinkan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain,” ungkapnya seperti dilaporkan Quds Press.
Mandela juga mengatakan dalam wawancaranya yang diterbitkan di Ramallah Senin (27/11), “apartheid atau rasisme dapat dapat menimpa siapa saja di dunia ini. Karena rasisme adalah suatu keadaan di mana orang-orang yang terkepung di tempat-tempat sempit dan spesifik, tidak dapat bergerak dengan leluasa.”
Aksi rasisme Israel juga makin kentara di wilayah jajahan 48 (wilayah Palestina yang terjajah sejak tahun 1948). Penduduk Palestina yang berjumlah 20 persen dari populasi Negara Yahudi mengeluhkan adanya diskriminasi di berbagai wilayah, terutama di bidang pekerjaan dan perumahan.
Menurut Koran Haaretz, berdasarkan sumber dari kalangan tentara Israel menyebutkan bahwa tidak adanya tempat penampungan pengungsian di kota-kota dan desa-desa di utara Palestina jajahan 1948.
Sepertiga penduduk yang tinggal dalam jarak 40 kilometer dari perbatasan utara dengan Lebanon tidak memiliki perlindungan yang memadai. Sebanyak 70 persen di antaranya adalah warga Palestina.
Selain itu, desa-desa dan kota-kota Palestina di dalam wilayah penjajahan juga tidak memiliki keamanan dan perlindungan jika terjadi perang atau bencana alam.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengklaim, pekan lalu bahwa dia telah berencana pada bulan Juni 2016 lalu untuk mengalokasikan sebesar 1,5 miliar shekel ($ 430 juta) untuk melindungi masyarakat sipil dalam periode 10 tahun. Akan tetapi rencana ini macet karena adanya pertentangan dari Kementerian Keuangan.
Adapun kurangnya perlindungan di wilayah Palestina terjajah adalah akibat keyakinan mereka (Israel) bahwa kota Arab tidak akan terkena serangan roket.
Dalam kesempatan lain Walikota Sakhnin Mazen Ghanayem mengatakan bahwa masih ada tempat berlindung yang layak di Sakhnin untuk berlindung selama perang atau gempa bumi.”
Menurut angka yang diterbitkan oleh Arab Galilee Society for Health Research di Wilayah Palestina, 70 persen kota dan desa Arab di bagian utara wilayah Palestina 48 masih kosong dari tempat penampungan.
Adapun tempat penampungan yang ada saat ini dinilai tidak layak menurut Komisi Winograd.