Aceh, 14 Juni 2015 – 17 Juni 2015
Sejak ada berita mengenai kedatangan Pengungsi Muslim dari Rohingya yang tiba di Aceh, Pengurus Adara Relief International terketuk hati untuk ikut memobilisasi dana guna membantu mereka dengan berbagai cara yaitu melalui pemberitaan di media social Adara (BBM, WA, Web, FB dan twitter) atau melalui Majelis majelis Taklim serta pendekatan personal sehingga terkumpul dana sejumlah Rp, 407.750.605 dan sebagai kelanjutannya kami mendatangi Pengungsi Rohingya di Aceh pada tanggal 14 sampai 17 Juni 2015 untuk menyampaikan dana tersebut langsung dan bergabung dengan NGO NGO lainnya, Kami Ucapkan Terimakasih kepada Rohis Masjid Angkasa Pura Dua, Komunitas MT Emerald Bintaro dan seluruh donatur yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah menyumbangkan dananya melalui Adara, Setelah mengunjungi Pengungsi Langsung ternyata bantuan untuk pengungsi tidak bisa berhenti sampai disini saja Adara masih melanjutkan memobilisasi dana untuk Pengungsi Rohingya untuk tahap kedua.
Minggu, 14 Juni 2015 :
Perjalanan kemanusiaan Adara dilakukan pada hari Minggu tanggal 14 Juni 2015 melalui kota Medan dengan pertimbangan perjalanan darat menuju Kota Langsa lebih dekat dari Medan dari pada dari Banda Aceh. Dengan pesawat Garuda Indonesia kami terbang tepat pukul 13.35 menuju Bandara Udara Kualanamu Medan . Bersama Rombongan kami Ketua umum Adara Relief International ibu Nurjanah Hulwani, Bapak Darocky Dari WAFAA Indonesia Gemilang serta saya sendiri Nurul Rofa dari Departemen Media Adara. Perjalanan memerlukan waktu sekitar 2 jam. Pukul 15.30 kami mendarat di bandar udara Kualanamu. Bandar udara terbesar ke dua di Indonesia setelah Soekarno Hatta terletak 39 km dari kota Medan. Perjalanan dilanjutkan dengan memakai mobil untuk selanjutnya menuju hotel.
Pukul 21.00 kami melakukan konsolidasi dengan tim dari NGO lain yang akan bersama sama berangkat menuju barak pengungsi yaitu dari Muslim Hands International Medan yang diwakili bapak Chairur Rohmi, Bapak Djatmiko dan Bapak Dzulkifli Anfassuri, serta bapak M Darocky dari Wafaa Indonesia Gemilang dan ada juga relawan mahasiswa dari Medan yaitu Rian Alamanda.
Senin, 15 Juni 2015
Agenda perjalanan tanggal 15 juni 2015 adalah menuju Barak Pengungsi yang terdapat di Kuala Langsa Aceh Timur dengan menempuh waktu perjalanan sekitar 4 jam dari kota Medan.Bersama kami tim dari Muslim Hands dan Wafaa Indonesia Gemilang menggunakan mobil bertujuh orang. Berangkat sekitar pukul 7.30 pagi.
Kondisi Pengungsi di Kuala Langsa.
Jumlah Pengungsi di barak Kuala Langsa berjumlah 265 orang, Setelah terkatung-katung di lautan selama 2 bulan 22 hari dan dilarang berlabuh di wilayah RI, nelayan Aceh yang sedang mencari ikan mendapati mereka dalam keadaan yang menyedihkan dan membawa mereka ke pelabuhan Kuala Langsa. Menurut Kepala Desa disana rombongan pertama berlabuh pada pagi hari sekitar jam 2 pagi. Masyarakat datang membantu menerima mereka dengan membawa makanan atau baju baju yang ada di rumah mereka, karena kebanyakan dari mereka tidak berpakaian . Keadaan mereka cukup menyedihkan rata-rata sangat bau menyengat, sehingga petugas kesehatan dan petugas lainnya harus memakai masker, mereka kelaparan, ada yang teriak-teriak mencari toilet, dan belum sampai toilet sudah muntah duluan. Ada yang lemas dan di infus di tempat oleh petugas, kawannya terpaksa berdiri untuk memegang botol infus karena tidak ada tiang infus, ada yang pingsan terkapar, dibawa lari dengan ambulans segera ke UGD Rumah Sakit Umum Langsa, mereka dirawat di kelas 3. Wanita wanita ada yang tak memakai celana dalam, apalagi jilbab, anak-anak pun demikian, Badan mereka penuh dengan luka dan kurus bagai tengkorak. Hanya satu orang yang bisa berbahasa Arab, dan berbahasa melayu komunikasi relawan dan petugas kebanyakan dengan memakai bahasa isyarat.
Foto foto saat mereka baru terdampar di Langsa Aceh
Kondisi Barak di Kuala Langsa masih jauh dari Layak, mereka ditempatkan di bekas gudang BLK dengan kondisi lantai tanah dan seadanya, untuk pakaian banyak sekali donatur yang menyumbang sehingga terkesan berlebihan dan bertumpuk tumpuk serta persediaan makananpun cukup banyak bahkan katanya sampai ada yang membusuk. Maka yang sedang dikerjakan oleh NGO NGO adalah membuat shelter shelter hunian tempat yang lebih layak untuk di tinggali ini adalah hal penting dan bersifat berkelanjutan, Adara turut serta menyumbangkan dana yang terkumpul untuk pembangunan shelter ini bergabung bersama NGO lainnya, diantaranya ACT (Aksi Cepat Tanggap), setiap shelter terdiri dari delapan sampai dengan 10 kamar, dengan ukuran kurang lebih 3x 4 meter, sebuah shelter berbiaya sekitar Rp. 150.000.000, dalam lingkungan tersebut dibangun juga Dapur Umum, Muhsolla dan toilet.
Foto Barak Sementara di Bekas Gudang di Kuala Langsa :
Adara ikut berpartisipasi dalam membangun shelter pengungsi :
Perjalanan hari itu dilanjutkan ke Lhok Sukon di Lhokseumawe Aceh Utara dengan perjalanan sekitar 4 jam lebih,
Selasa, 16 Juni 2015 :
Pukul 08.00 kami berangkat menuju ke Blang Ado tempat dimana ACT bersama NGO NGO lainnya sedang membangun shelter shelter hunian permanen dengan kondisi yang lebih komplit dan luas dibanding dengan yang ada di Kuala Langsa Aceh Timur, Pengungsi di Lhok Sukon berjumlah 329 orang yang terdiri dari 91 orang wanita, 90 orang anak anak dan 148 laki laki, ada terdapat 4 orang yang hafiz Qur’an, 1 orang wanita dan 3 orang laki laki penghapal Qur’an, ada juga 1 orang yang dapat berbahasa inggris, 1 orang yang dapat berbahasa melayu dan arab,
Selain shelter dibangun juga MCK, Musholla, sekolah, dan Balai Pengobatan, tanah yang dipergunakan adalah yg disediakan oleh pemerintah setempat serta pembangunan oleh NGO NGO dan donatur dari Masyarakat. Di area yang ada di Blang Ado ini Adara sendiri ikut membantu menyumbang 5 buah MCK dan 1 buah Dapur Umum. Pembangunan diperkirakan akan selesai pada pertengahan ramadhan atau awal bulan Juli. Sehingga Pengungsi dapat dipindahkan dari barak sementara ke shelter permanen.
Foto shelter dan Fasilitas yang sedang dibangun :
Catatan Penting :
Penanganan Pengungsi yang ada di depan mata adalah untuk memberikan makanan untuk buka dan sahur di Bulan Ramadhan, serta program untuk menikahkan massal.
Secara umum kondisi Pengungsi cukup ditangani dengan baik, keterlibatan NGO dan masyarakat yang membantu sangatlah menonjol, sementara pihak UNHCR dan IOM dengan dana yang tidak terbatas hanya menempatkan mereka di gedung BLK milik Pemda Aceh Utara, yang mereka lakukan hanya membuat MCK dan pagar seng seperti penjara, jadi yang terbanyak adalah donor dari masyarakat Indonesia, Hunian atau shelter bukanlah kegiatan terakhir untuk penanganan pengungsi, karena selanjutnya adalah memberikan life skill kepada mereka, jadi ketika mereka pindah dari Indonesia mereka sudah mempunyai bekal hidup selaknya masyarakat normal, rencana NGO NGO dan pemerintah setempat adalah memberikan keterampilan berladang dan bertani dengan menyediakan lahan sawah, ternak dan tanaman lainnya agar mereka bisa mandiri dan tidak terus minta diberi atau disumbang, dengan demikian masih diperlukan dana yang besar untuk memberdayakan mereka.
Rapat Koordinasi dengan tim lapangan
Seorang pengungsi yang Hafiz/hapal 30 juz Al Qur’an :
Rabu, 17 Juni 2015
Kembali ke Jakarta setelah menempuh 9 jam perjalanan darat dari Lhokseumawe – Medan. Semoga perjalanan ini menjadi saksi di akhirat kelak bahwa berkat tangan tangan para pengurus Adara dan para donatur untuk menyuarakan kepedulian kepada saudara muslim Rohingya sebagaimana kaum Anshor menerima kaum Muhajirin pada zaman Hijrah Rosul, dan menjalankan hadist “Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
atau hadist “Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim)
Subhanallah
Yuk berpartisipasi dengan Kami.