Baitul Maqdis dan Palestina menjadi bagian dari hal yang dipikirkan secara mendalam oleh Buya Hamka, sebagaimana telah disampaikan sebelumnya dalam bagian I dan II serial “Buya Hamka berbicara tentang Baitul Maqdis”. Sementara itu, bagian ketiga dari serial ini akan membahas pandangan Buya Hamka mengenai Baitul Maqdis sebagai tanah para nabi, bagian dari Bilad al-Sham atau Greater Syiria yang strategis secara geografis, dan kemudian dipecah-pecah menjadi beberapa negara.
Ketujuh, Buya Hamka menjelaskan bahwa negeri Syam adalah kawasan yang sekarang meliputi empat negara yaitu Palestina, Yordania, Lebanon, dan Suriah serta disebut sebagai tanah yang diberkahi oleh Allah Swt. Menukil dari kitab Mahasinut Ta’wil karya Syaikh Jamaluddin al-Qasimi (1283–1332 H/1866–1914 M), Bumi Syam itu diberkati karena dari sana Allah banyak mengutus nabi-nabi. Dari sana pula diturunkan syariat-syariat Ilahi yang akan membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tanahnya yang subur melahirkan berbagai jenis buah, sehingga masyarakatnya dapat hidup berkecukupan; kemewahan mudah di dapat, dan ketika miskin, maka tidak akan sampai melarat.
Allah berfirman dalam surah Al-Anbiya’ ayat 71,
وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ
“Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.”
Buya Hamka menafsirkan, “Oleh karena tidak tersebut di dalam ayat daerah mana yang dimaksud Tuhan dengan bumi yang diberi berkat itu, maka ada yang mengatakan yang dimaksud ialah tanah Irak yang diberkati oleh mengalirnya dua sungai besar Furat dan Dajlah (Tigris). Ada pula yang mengatakan tanah Mesir yang diberkati dengan mengalirnya sungai Nil. Kebanyakan ahli tafsir menyebutkan negeri Syam, yaitu daerah yang disebut juga Mesopotamia. Di zaman sekarang daerah Syam menjadi negara-negara Suriah yang berpusat di Damaskus, Libanon yang berpusat di Beirut, Jordania yang berpusat di Oman dan seluruh Palestina. Sampai kepada masa kekuasaan Turki Usmani semuanya itu masih bernama wilayah Syam, yang diperintah oleh Wali Negeri (Gubernur). Syaikh Jamaluddin al-Qasimi (1283–1332 H/1866–1914 M) di dalam tafsir beliau Mahasinut Ta’wil menguatkan juga bahwa yang dimaksud dengan bumi yang diberkati itu ialah Syam. Kata beliau: ‘Bumi Syam itu diberkati karena dari sanalah Nabi-nabi banyak dibangkitkan, dari sana diturunkan syariat-syariat Ilahi yang akan membawa bahagia dunia akhirat. Dan di sana pula banyak nikmat Tuhan. Karena subur tanahnya, banyak ragam buah-buahannya, yang membuat mewah hidup orang kaya dan tidak amat melarat bagi yang miskin.’ Dan kata beliau selanjutnya: ‘Ibrahim tinggal di Palestina, dan Luth tinggal di Sadum.’ Kebetulan Syaikh Jamaluddin al-Qasimi adalah orang Syam pula!”[15]
Kedelapan, Buya Hamka menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Palestina merupakan wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman. Allah tundukkan bagi Nabi Sulaiman angin yang berembus sangat kencang yang berjalan sesuai perintahnya menuju tanah Syam yang diberkahi Allah Swt, sebagaimana terdapat dalam surah Al-Anbiya Ayat 81.
وَلِسُلَيْمَٰنَ ٱلرِّيحَ عَاصِفَةً تَجْرِى بِأَمْرِهِۦٓ إِلَى ٱلْأَرْضِ ٱلَّتِى بَٰرَكْنَا فِيهَا ۚ وَكُنَّا بِكُلِّ شَىْءٍ عَٰلِمِينَ
“Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Buya Hamka menafsirkan, “Maka memperhatikan apa yang dilihat dengan mata kepala sendiri itu, dan dengan memohon ampun kepada Allah, mungkin dapat kita tafsirkan bahwa angin yang bertiup keras jadi ashifah mengisap air laut itu, dengan mukjizat yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Sulaiman, angin berpusat membawa hujan itu diperintahkannya supaya jatuh ke bumi yang diberi berkat oleh Allah, yang menurut keterangan dari ahli-ahli tafsir ialah bumi Syam yang melingkungi negeri-negeri yang sekarang dinamai Suriah, Lebanon, Jordania, dan Palestina yang disebut juga Mesopotamia. Di dalam sejarah-sejarah lama disebutkan wilayah kerajaan Nabi Sulaiman itu amat luas. Meliputi Laut Merah dan Laut Tengah sekarang. Kapal-kapalnya bersilang siur sampai ke Samudera Hindia.”[16]
Kesembilan, Palestina adalah tanah subur yang diberkahi Allah Swt, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-A’raf ayat 137,
وَأَوْرَثْنَا ٱلْقَوْمَ ٱلَّذِينَ كَانُوا۟ يُسْتَضْعَفُونَ مَشَٰرِقَ ٱلْأَرْضِ وَمَغَٰرِبَهَا ٱلَّتِى بَٰرَكْنَا فِيهَا ۖ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ ٱلْحُسْنَىٰ عَلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ بِمَا صَبَرُوا۟ ۖ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُۥ وَمَا كَانُوا۟ يَعْرِشُونَ
“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.”
Buya Hamka menafsirkan, “Dengan secara selayang pandang, di dalam ayat Allah membayangkan bahwa kaum yang selama ini tertindas itu telah berubah nasib mereka. Mereka telah diberi waris bumi. Kata sebagian ahli tafsir, bumi bagian Timur dan bagian Barat itu ialah negeri Syam dan ada juga yang memasukkan Palestina dalam rangkaian itu. Tanah itulah tanah subur yang diberi berkat, yang di dalam beberapa ayat yang lain, baik mengenai perpindahan Nabi Ibrahim dan Nabi Luth dahulu dari Ur Kaldan, atau tempat berdirinya Kerajaan Nabi Sulaiman di belakang Musa kemudian disebut juga bahwa negeri yang diberkati itu ialah negeri Syam, karena tanahnya yang subur, penuh susu dan madu. Kita katakan tadi bahwa ayat telah menerangkah secara selayang pandang, karena pada riwayat-riwayat selanjutnya, buat mencapai tanah yang subur itu, tidak pulalah Bani Israil segera disampaikan ke sana, malahan melalui berbagai perjuangan pula. Empat puluh tahun terhenti di padang Tih, sehingga angkatan lama telah habis mati, datang angkatan baru, turun-temurun, sampai Daud dan Sulaiman dapat mendirikan Kerajaan Bani Israil yang megah.”[17]
Kesepuluh, Buya Hamka menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Palestina adalah negeri para Nabi. Banyak para Nabi yang lahir, hidup dan dimakamkan di sana, seperti Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan lainnya. Beliau juga menjelaskan terpecah-belahnya Bani Israil sepeninggal Nabi Musa, dan setelah wafatnya Nabi Sulaiman. Keturunan Ya’qub (Bani Israil) terpecah menjadi dua golongan besar. Allah berfirman dalam Surat Yunus ayat 93,
وَلَقَدْ بَوَّأْنَا بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ مُبَوَّأَ صِدْقٍ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ فَمَا ٱخْتَلَفُوا۟ حَتَّىٰ جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِى بَيْنَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ فِيمَا كَانُوا۟ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di tempat kediaman yang bagus dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.”
Buya Hamka menafsirkan, “Dan setelah mereka masuk ke Palestina, subur makmurlah keadaan mereka, sehingga dapat menaklukkan bangsa-bangsa yang berada di sekeliling dan sampai mendirikan kerajaan, sejak Thaluth, sampai kepada Daud, sampai kepada Sulaiman. Tanah Palestina yang terkenal dengan nama Ardhin Mubarakatin negeri yang diberi berkat oleh Tuhan, yang di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama disebutkan suatu negeri yang penuh dengan susu dan madu. Susu melambangkan berkembang biaknya ternak. Madu melambangkan suburnya tanah dan tumbuh-tumbuhan, sehingga lebah bisa bersarang dan memberikan manisan.
Namun, semakin lama, setelah hidup yang subur dan berganti-ganti Rasul Allah yang datang, pamor mereka merosot turun, yang telah diingatkan sendiri oleh Nabi Musa di kala beliau masih hidup: ‘Maka tidaklah mereka berselisihan, sehingga datang kepada mereka pengetahuan.’ Dahulu mereka kuat karena mereka bersatu-padu, tetapi kemudian mereka telah berpecah-belah, sehingga mereka jatuh, sampai bangsa-bangsa lain datang menaklukkan mereka. Sampai bangsa Mesir sendiri bangun kembali dengan Fir’aun lain, pernah menaklukkan negeri mereka. Kerajaan Bani Israil sesudah Sulaiman sampai terbelah dua. Bangsa Babil dan bangsa Persia pernah menjajah mereka. Rumah Suci (Haikal) Sulaiman pernah diruntuhkan oleh Raja Nebukadnezar dari Babil, dan hampir satu abad tertawan jadi budak di sana.
Tiga abad sebelum Nabi Isa Almasih diutus Tuhan, pernah mereka dijajah oleh Iskandar Macedonia. Setelah kerajaan Yunani jatuh, dan bangsa Romawi naik, jatuh pulalah mereka ke bawah jajahan Romawi. Sebabnya ialah perselisihan sesama sendiri, mereka musuhi. Nabi Isa Almasih datang membawa peringatan, Almasih mereka tuduh hendak mengubah-ubah ajaran agama mereka. Akhirnya mereka terpecah-belah, terusir, dan terpencar-pencar ke seluruh pelosok dunia.
Seketika Nabi Muhammad Saw. datang membawa pengetahuan, beberapa kelompok dari mereka berada di Tanah Hejaz, baik di Madinah atau di Khaibar. Datang ajaran Muhammad Saw. itu pun mereka tolak dan mereka tentang. Maka jatuhlah pamor Bani Israil, dari abad menempuh abad, sebab setelah ilmu pengetahuan datang, sebagai sambungan dari ajaran Musa dan Harun, mereka tolak. Sebahagian kecil saja yang menerima; adapun sebahagian besar menolak dan berselisih pula dalam penolakan itu.”[18]
Dengan demikian, Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka menunjukkan kedalaman ilmu dan kepedulian Hamka terhadap urusan umat Islam yang berada di negara Palestina, sehingga tidak mengherankan, di dalam dakwahnya, baik berupa tulisan maupun lisan, ceramah, pidato, atau khutbah selalu menekankan tentang pentingnya memahami sejarah panjang penjajahan Palestina hingga saat ini, serta mengingatkan umat untuk peduli terhadap urusan rakyat Palestina yang menjaga Masjid Al-Aqsa dan mempertahankan tanah air mereka di Palestina. Ditambah lagi, Buya Hamka hidup sebelum dan semasa perlawanan bangsa Palestina terhadap penjajahan Zionis Israel.
Semoga rekam jejak kehidupan dan karya-karya Buya Hamka dapat memberikan inspirasi untuk umat Islam agar bersatu dalam memperjuangkan kemerdekaan rakyat Palestina.
Fatmah Ayudhia Amani, S. Ag.
Penulis merupakan Relawan Departemen Penelitian dan Pengembangan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan Diploma in Islamic Early Childhood Education, International Islamic College Malaysia dan S1 Tafsir dan Ulumul Qur’an, STIU Dirosat Islamiyah Al Hikmah, Jakarta.
Referensi:
HAMKA, Prof. Dr. Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah. 1990. Tafsir Al-Azhar Juzu’ 17 Jilid 6. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd.
HAMKA, Prof. Dr. Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah. 1990. Tafsir Al-Azhar Juzu’ 9 Jilid 4. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd.
HAMKA, Prof. Dr. Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah. 1990. Tafsir Al-Azhar Juzu’ 9 Jilid 5. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd.
- HAMKA, Prof. Dr. Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah. 1990. Tafsir Al-Azhar Juzu’ 17 Jilid 6. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd. Hlm. 4599–4600. ↑
- HAMKA, Prof. Dr. Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah. 1990. Tafsir Al-Azhar Juzu’ 17 Jilid 6. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd. Hlm. 4618. ↑
- HAMKA, Prof. Dr. Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah. 1990. Tafsir Al-Azhar Juzu’ 9 Jilid 4. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd. Hlm. 2488. ↑
- HAMKA, Prof. Dr. Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah. 1990. Tafsir Al-Azhar Juzu’ 9 Jilid 5. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd. Hlm. 3391–3392. ↑