JAKARTA-Selama dua tahun genosida, penduduk Gaza telah menjadi akrab dengan rasa lapar. Blokade ketat diperparah dengan hancurnya lahan pertanian telah membuat makanan menjadi sesuatu yang sangat langka, bahkan hingga merenggut nyawa. Dalam kondisi kritis ini, bantuan dari Sahabat Adara merupakan berkah bagi penduduk Gaza. Pada tanggal 8 dan 9 Oktober 2025, bantuan makanan siap saji dari Sahabat Adara telah disalurkan dan memberi manfaat bagi 4.000 orang di Deir Balah.

Selama dua tahun, Israel telah melakukan genosida yang disaksikan secara terang-terangan oleh dunia. Berbagai cara telah Israel lakukan untuk membantai penduduk Gaza, mulai dari pengeboman, penembakan, hingga menggunakan kelaparan sebagai senjata perang. Israel melarang bantuan kemanusiaan memasuki Gaza, menghancurkan lahan pertanian, juga membentuk Gaza Humanitarian Fund (GHF) yang membuat banyak penduduk Gaza terbunuh saat mencoba mencapai pusat distribusi bantuan palsu tersebut.
Dua tahun genosida telah merenggut nyawa 460 penduduk Gaza, termasuk lebih dari 150 anak-anak akibat kelaparan dan malnutrisi. Ratusan nyawa telah melayang, sedangkan penduduk yang masih bertahan hidup dalam kondisi memprihatinkan karena kekurangan gizi. Anak-anak dan perempuan hamil menjadi pihak yang paling rentan menderita akibat kelaparan, sebab membuat perkembangan mereka terhambat serta rentan terkena penyakit.
Rasa lapar bukanlah masalah remeh di Gaza, melainkan telah menjadi ancaman yang merenggut ratusan nyawa. Di tengah kondisi kritis ini, bantuan dari Sahabat Adara merupakan berkah bagi penduduk Gaza. Pada tanggal 8 dan 9 Oktober 2025, bantuan makanan siap saji dari Sahabat Adara telah disalurkan dan memberi manfaat bagi 4.000 orang di Deir Balah.




Bagi penduduk Gaza yang sudah dua tahun merasakan kelaparan, makanan bukan lagi soal kenikmatan atau gaya hidup, melainkan perjuangan untuk bertahan hidup. Terima kasih Sahabat Adara, bantuan makanan siap saji darimu telah membuat ribuan penduduk Gaza memiliki harapan untuk terus bertahan.








