Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat menyatakan bahwa masuknya bantuan ke Jalur Gaza masih sangat dibatasi oleh Israel meskipun gencatan senjata telah diberlakukan. Kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut tetap kritis, sementara hampir seluruh lahan pertanian di Gaza mengalami kerusakan parah.
Mengutip laporan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), juru bicara PBB Farhan Haq menjelaskan bahwa “meskipun terdapat kemajuan dalam peningkatan bantuan kemanusiaan, kebutuhan mendesak masyarakat Gaza masih sangat besar, karena hambatan-hambatan belum dicabut dengan cukup cepat sejak gencatan senjata diumumkan.”
Haq mengatakan bahwa hingga Senin lalu, PBB dan mitra-mitranya telah berhasil mengumpulkan lebih dari 37.000 metrik ton bantuan, sebagian besar berupa makanan, melalui jalur penyeberangan ke Gaza. Namun, ia menegaskan bahwa “akses masuk bantuan masih terbatas hanya pada dua jalur penyeberangan, tanpa akses langsung dari Israel ke Gaza utara maupun dari Mesir ke Gaza selatan.”
Selain itu, sejumlah barang bantuan dan staf lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga masih dilarang masuk oleh otoritas pendudukan Israel.
Haq menambahkan, sebagian besar warga yang mengungsi masih tinggal di lokasi penampungan darurat yang padat dan tidak layak huni. Banyak di antara lokasi tersebut didirikan secara spontan di area terbuka atau tidak aman. Situasi ini semakin memperburuk kondisi kemanusiaan karena produksi pangan lokal hampir tidak mungkin dilakukan.
Berdasarkan analisis PBB, hanya 13% lahan pertanian di Jalur Gaza yang tidak rusak, namun sebagian besar dari lahan tersebut tidak dapat diakses karena berada di wilayah yang masih dikuasai militer Israel. Antara 79 hingga 89% rumah kaca, sumur pertanian, dan infrastruktur pertanian telah hancur, sementara sekitar 89% lahan perkebunan, terutama zaitun, rusak berat atau musnah sama sekali.
“Kerusakan masif terhadap sektor pertanian ini mengancam ketahanan pangan dan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza,” ujar Haq.
Sejak awal serangan Israel pada Oktober 2023, sekitar 69.000 warga Palestina—sebagian besar perempuan dan anak-anak—telah terbunuh, dan lebih dari 170.600 orang lainnya terluka.
Meskipun gencatan senjata telah diumumkan, laporan PBB menegaskan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza masih jauh dari pulih, sementara akses bantuan dan pemulihan infrastruktur pertanian tetap sangat terbatas akibat blokade dan kehadiran militer Israel.
Sumber:
AA, MEMO
![Truk-truk pengangkut makanan dan bahan bakar melewati Perlintasan Perbatasan Kissufim dan menuju Gaza berdasarkan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas, dan tiba di Jalur Gaza di Deir al-Balah, Gaza pada 6 November 2025. [Mohammed Nassar – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251106-39635734-39635729-TRUCKS_LOADED_WITH_HUMANITARIAN_AID_CONTINUE_TO_ENTER_GAZA-750x375.webp)


![Warga Palestina memeriksa rumah-rumah yang rusak parah di wilayah al-Ketiba setelah penarikan pasukan Israel dari Khan Yunis, Gaza, pada 11 November 2025. [Abed Rahim Khatib – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251111-39683171-39683140-PALESTINIANS_RETURN_TO_DESTROYED_HOMES_AFTER_ISRAELI_WITHDRAWAL-scaled-e1762881517683-120x86.webp)
![Banyak warga Palestina mengatakan mereka menghadapi penyiksaan saat berada di tahanan Israel [Getty]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/2192563299-120x86.jpeg)

![Pemandangan rumah keluarga Palestina yang rusak akibat pembakaran oleh pemukim Israel di desa Abu Falah dekat Ramallah, Tepi Barat, pada 8 November 2025. [Issam Rimawi – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251108-39650591-39650581-ISRAELI_SETTLERS_BURN_DOWN_A_PALESTINIAN_FAMILYS_HOUSE_IN_RAMALLAH-75x75.webp)
