Dalam diam, masjid Al Aqsa dilecehkan, dinodai dan dikotori. Dalam senyap, puluhan ribu orang Yahudi didatangkan ke Al Aqsa. Tidak hanya untuk beribadah, tetapi mereka secara nyata mengotori masjid dengan membawa minuman keras dan membiarkan botol-botolnya berserakan di pelataran masjid.
Dunia bungkam. Tak angkat suara. Dunia juga tuli. Tak mendengar ketika sepatu-sepatu kotor zionis menderap di lantai masjid.
Tetapi tidak demikian bagi para perempuan Al Quds. Tiap-tiap kali Al Aqsa dihinakan, mereka angkat suara. Mereka mengumunkan kepada dunia. Memberi bukti nyata berupa video ataupun foto.
Mereka, sebagaimana Ibunda Siti Maryam yang membaktikan dirinya untuk Al Aqsa, membaktikan dirinya untuk menjaga Al Quds. Meski penjara atau bahkan nyawa menjadi taruhannya.
Adalah Khadijah Khuwais, salah seorang guru mengaji di Al Aqsa menjadi sebuah contoh nyata. Karena pembelaannya terhada Al Aqsa, telah sembilan kali ia ditahan oleh zionis Israel. Dalam tiga tahun belakangan ini, ia telah menghabiskan 600 hari untuk bermalam di jeruji besi milik Israel. Tak hanya itu, ia bahkan mengalami pelecehan dalam tahanan yang terakhir. Ia tidak diperkenankan memakai baju sehelaipun.
“Saya terpaksa salat tanpa pakaian dan tidak sujud karena lantai sel yang penuh najis,” ungkap Khadejah saat menggambarkan beratnya penyiksaan yang harus dialaminya saat ia dipenjara penjajah Israel.
Tak hanya Khadejah. Cerita yang serupa juga dialami perempuan Al Quds lainnya seperti Rifqah Al Qawasimy, Lina Al Jourbuni, Isra Ja’abis dan Malak Salman.
Mereka adalah sebagian dari perempuan-perempuan Al Quds yang berjuang untuk memakmurkan masjid Al Aqsa dengan salat, mengaji, belajar mengajar dan berbagai kegiatan lainnya. Meski seringkali dihalangi oleh Israel, namun mereka tidak pernah berhenti.
Mereka tidak menyerah, meski dalam perjuangan kehilangan rumah, suami bahkan anak. Mereka tak berpaling, meski dilukai bahkan dilecehkan. Mereka hanya tahu, bahwa layaknya ibunda Maryam yang senantiasa menyucikan mihrab Al Aqsa meski terusir dan teraniaya, mereka harus teguh.
Kita tak boleh berdiam. Membiarkan mereka berjuang sendirian mewakiki 1,5 miliar umat Islam di dunia untuk menjaga masjid Al Aqsa. Sebab sejatinya, menjaga Al Aqsa adalah tanggung jawab kita semua.
Kita harus berteriak kepada dunia. Mengingatkan mereka semua, bahwa secara hukum internasional yang diakui seluruh bangsa, PBB menetapkan bahwa masjid Al Aqsa sebagai situs suci resmi milik umat Islam. Tapi sayangnya, secara sepihak saat ini masjid Al Aqsa dikuasai zionis Israel. Mereka membagi wilayah masjid untuk ibadah umat muslim dan Yahudi. Membagi kawasan masjid seluas 14 hektar menjadi kawasan Yahudi dan muslim. Mereka juga membagi waktu kunjungan untuk umat Muslim dan Yahudi. Sehingga Al Aqsa bisa dimasuki seenaknya oleh kaum Yahudi.
Kita tak boleh berdiam. Apalagi membiarkan para perempuan Al Quds berjuang sendiri.
Mari bantu perempuan Al Quds agar tetap bisa mengaji dan belajar di masjid Al Aqsa.