Adara, Jakarta 2 November 2017
Balfour : 100 Tahun Deklarasi yang Menyengsarakan Perempuan dan Anak Palestina
Hari ini, tanggal 2 November 2017 bertepatan dengan 100 tahun dikeluarkannya surat perjanjian Balfour -dikenal dengan Deklarasi Balfour- yang membuat bangsa Palestina menderita hingga kini. Deklarasi Balfour ditulis oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur James Balfour kepada Lord Rotschild, wakil Federasi Zionis Yahudi, yang memuat tentang ‘ijin’ dan dukungan terhadap zionis Yahudi untuk menjadikan tanah Palestina sebagai tempat berdirinya negara baru Yahudi.
Inilah awal mula penderitaan bangsa Palestina, hingga kini. Angin segar Deklarasi Balfour kemudian dijadikan dasar legitimasi Yahudi selanjutnya untuk mencaplok wilayah Palestina. Pada tahun 1948 perang Nakbah meletus memaksa 700.000 penduduk Palestina terusir dari negerinya. Wilayah Palestina terus dikuasai sedikit demi sedikit dan hingga saat ini total 78% tanah Palestina telah dikuasai Zionis.
Saat ini jumlah penduduk Palestina 12.070.000 orang, namun hampir 7 juta warga Palestina tinggal di luar Palestina dan berstatus sebagai pengungsi.
Penjajah Yahudi tidak hanya merampok tanah Palestina yang merupakan tanah wakaf umat Islam, tetapi juga menguasai masjid Al-Aqsha. Setiap hari selama 69 tahun tentara dan warga sipil Israel menodai kesucian Al-Aqsha, satu dari tiga Masjid yang memiliki keutamaan bagi kaum muslim setelah Masjidil Haram di Mekah dan masjid Nabawi di Madinah.
Kejahatan kemanusiaan lainnya yang dilakulan zionis Israel adalah menghujani wilayah Gaza dengan penderitaan yang tiada henti. Selama 12 tahun ini Gaza di blokade dengan dikelilingi tembok berkedalaman 10 meter dan ketinggian 8 meter. Listrik dijatah hanya 3 jam tiap hari hingga menghambat aktivitas warga. Belum lagi penyerangan membabibuta yang dilakukan Israel terhadap Gaza di tahun 2008, 2012 dan 2014. Dan terakhir beberapa hari yang lalu serangan Israel menewaskan 7 pemuda Gaza.
Tentu saja penderitaan terbesar dan terberat dialami oleh perempuan dan anak-anak Palestina. Jumlah perempuan sebagai kepala keluarga dan menanggung beban nafkah bagi seluruh anggotanya semakin hari semakin meningkat tajam.
Anak-anak Palestina sebagaimana dilansir oleh Gerakan Internasional Pembela Anak Palestina merupakan anak-anak yang paling banyak mengalami penderitaan di dunia. Tercatat sejak tahun 2000-2016 sejumlah 2012 anak tewas di tangan tentara dan penduduk ilegal Israel. Belum lagi anak-anak yang ditahan dan disiksa di penjara-penjara Israel.
Semua kejahatan kemanusiaan yang dilakukan zionis Israel kepada bangsa Palestina adalah ingin menuntaskan perampokan hingga mereka bisa menguasai 100% tanah Palestina dan ingin merobohkan masjid Al-Aqsha dan membangun kuil Haikal tempat ritual ibadah mereka.
Dan sejarah panjang penderitaan bangsa Palestina, *sudah semestinya membuat umat Islam sadar dan menjadikan persolan Palestina sebagai prioritas utama sebelum yang lainnya.* Di pundak umat Islamlah tersemat amanah untuk mengembalikan tanah Palestina yang dirampok zionis Yahudi ke tangan umat Islam (Palestina), komplek masjid Al-Aqsha harus juga kembali ke pangkuan umat Islam (Palestina). Juga tujuh juta penduduk Palestina yang menjadi pengungsi harus kembali ke tanah airnya dan semua warga Palestina yang sudah puluhan tahun berada dalam tahanan zionis Israel yang setiap saat mengalami penyiksaan, harus bebas. *Kesejahteraan dan kebahagiaan bagi keluarga Palestina harus diwujudkan.* Amanah-amanah tersebut adalah amanah umat Islam sedunia, bukan hanya amanah bangsa Palestina semata.
Atas dosa besar yang telah dilakukan kepada bangsa Palestina, sudah seharusnyalah hari ini Inggris meminta maaf kepada bangsa Palestina sekaligus mencabut keputusannya yang tertuang di surat perjanjian Balfour 100 tahun yang lalu.
Salam,
Nurjanah Hulwani, S.Ag, M.E
(Ketua Adara Relief International)