Perang Israel di Gaza telah memicu gelombang baru kekerasan brutal oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat. Salah satu contoh paling parah terjadi di desa Kristen Taybeh, dekat Ramallah. Para pemukim bersenjata menyerang warga, mencuri harta benda, membakar kendaraan, dan menghancurkan ladang zaitun. Semua dilakukan di bawah perlindungan tentara Israel.
Seorang warga Badui, Youssef Moussa (64 tahun), menceritakan bagaimana sekelompok pemukim menyerang rumahnya, memukuli dirinya hingga tak sadarkan diri, mencuri uang tunai, emas, dan 85 ekor domba miliknya. Ketika ambulans datang, tentara Israel menutup gerbang desa dan menolak memberikan akses masuk.
Serangan semacam ini kini menyebar ke berbagai wilayah di Tepi Barat seperti Turmus Ayya, Nablus, Ramallah, dan Bethlehem. Para pemukim bertindak seolah tanpa hukum jika warga Palestina melapor ke polisi, tak ada yang datang; jika mereka melawan, tentara justru berpihak pada pemukim.
Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich tokoh penting dalam pemerintahan Netanyahu dan pemimpin Partai Zionis Religius sayap kanan menjadi figur utama di balik gelombang kekerasan ini. Smotrich secara terbuka mendukung rencana aneksasi 82% wilayah Tepi Barat (yang ia sebut “Yudea dan Samaria”) dan mendorong pembangunan permukiman ilegal untuk melenyapkan kemungkinan berdirinya negara Palestina.
Smotrich juga mengakui bahwa setiap unit perumahan baru di permukiman adalah “paku di peti mati ide negara Palestina.” Kebijakan ini, menurut organisasi HAM seperti B’Tselem, merupakan bentuk pembersihan etnis yang melanggar hukum internasional dan termasuk kejahatan perang.
Meski sejumlah tokoh Barat, termasuk Duta Besar AS Mike Huckabee, senator Amerika, dan pejabat Jerman mengunjungi Taybeh setelah serangan pemukim, kekerasan tidak berhenti. Tentara Israel sering tidak menolong atau justru melindungi para penyerang.
Sementara itu, rencana perdamaian yang disusun Presiden AS Donald Trump sama sekali tidak menyinggung soal pengusiran warga Palestina di Tepi Barat. Padahal tanpa menghentikan kejahatan perang di wilayah ini, perdamaian jangka panjang mustahil terwujud.
Sumber: MEM, Anadolu Agency