Beberapa truk bantuan yang memasuki Gaza memuat pasokan medis untuk dikirim ke klinik UNRWA di Jabalia, ke rumah sakit Al-Awda, dan Kamal Adwan di Gaza utara, yang sudah hancur dan hanya dapat beroperasi sebagian. Rumah sakit di Jalur Gaza masih kekurangan bahan bakar, obat-obatan dan mesin medis, sementara rumah sakit lain seperti Al-Shifa di Kota Gaza telah diserang Israel sejak hari Ahad.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah lama memperingatkan bahwa Israel menyebabkan kelaparan di Gaza utara, sehingga “lebih dari satu juta orang diperkirakan akan menghadapi bencana kelaparan kecuali jika lebih banyak makanan diizinkan masuk ke Gaza.”
Anak-anak sudah mulai meninggal karena kekurangan gizi di Gaza, yang mempunyai dampak jangka panjang, akibat dari rendahnya konsumsi makanan kaya nutrisi, infeksi berulang, dan kurangnya layanan kebersihan dan sanitasi sehingga mengakibatkan memperlambat pertumbuhan anak-anak secara keseluruhan,” tambah WHO.
Sementara itu, menurut organisasi UNICEF, Israel telah membunuh lebih dari 13.000 anak dalam pengeboman Gaza sejak 7 Oktober.
Empat dokter dari Perancis, Amerika, dan Inggris, yang mengunjungi Jalur Gaza, mengatakan pada acara PBB di New York bahwa sistem pelayanan kesehatan di wilayah kantong tersebut telah runtuh dan mereka merawat anak-anak yang mengalami luka bakar parah akibat bom Israel.
Nick Maynard, seorang ahli bedah kanker dari badan amal Inggris, Medical Aid for Palestine, melihat seorang gadis Palestina mengalami luka bakar parah akibat pengeboman Israel, sehingga dia bisa melihat tulang wajahnya.
“Kami tahu tidak ada kemungkinan dia bisa selamat, tapi tidak ada morfin yang bisa diberikan kepadanya,” kata Maynard. “Jadi, dia tidak hanya akan mati, tapi dia juga akan mati dalam kesakitan.”
Maynar mengatakan bahwa invasi darat Israel ke Rafah “akan menjadi bencana besar, dan (tingginya) angka kematian akan kita lihat.”
Amber Alayyan, seorang dokter anak, mengatakan rumah sakit di Gaza tetap menangani pasien dan korban luka di tengah kurangnya pasokan dan dalam kondisi yang mengerikan. “Infeksinya semakin buruk,” katanya.
“Kami telah melihat pasien yang dievakuasi, yang menjadi korban luka akibat ledakan. Misalnya, sebuah keluarga dari utara Gaza yang beranggotakan 11 orang, seluruhnya tiba di rumah sakit kami di selatan,” kata Alayyan kepada PBB.
“Mereka sudah berpindah-pindah selama tiga bulan mencari perawatan di rumah sakit. Mereka adalah korban ledakan. Sebelas anggota keluarga dibakar,” tambahnya.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini