WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) tersinggung dan mengutuk pernyataan Presiden Suriah Bashar Al-Assad soal kemenangannya atas Kota Aleppo yang luluh lantak setelah berhari-hari dibombardir.
AS mendesak Rusia sebagai sekutu Assad untuk mengerahkan pengaruhnya guna menghentikan permusuhan di Kota Aleppo. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mencatat sudah ratusan orang tewas selama Aleppo digempur oleh serangan udara selama lebih dari sepekan.
Sehari setelah dimulainya gencatan senjata sementara, termasuk di Aleppo, Assad mengirim telegram kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Isi telegram itu, Assad menyatakn kemenangan pasukannya di titik akhir dan berhasil “menghancurkan agresi” oleh pemberontak di Aleppo.
Telegram dari Assad itu dilaporkan oleh media Pemerintah Suriah.
”Kami meminta Rusia untuk segera menangani pernyataan yang benar-benar tidak dapat diterima ini,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Mark Toner, dalambriefing hari Kamis.
”Ini jelas merupakan upaya Assad untuk mendorong agenda, tapi itu adalah kewajiban dari Rusia untuk menegaskan pengaruhnya pada rezim untuk mempertahankan penghentian permusuhan,” lanjut Toner, seperti dikutip Reuters, Jumat (6/5/2016).
”Kami berdiri dengan pernyataan kami bahwa (penghentian permusuhan) mulai berlaku 4 Mei pukul 00.01 waktu Damaskus. Mengapa rezim (Suriah) mengatakan sebaliknya, Anda harus meminta mereka (patuhi gencatan senjata). Mungkin memiliki masalah koordinasi di lapangan. Saya tidak memiliki penjelasan yang jelas selain itu,” imbuhToner. Toner mencatat bahwa penghentian permusuhan di Goutha timur dekat Damaskus dan Latakia awalnya berakhir untuk periode 48 jam, namun kemudian diperpanjang.