Adara Relief International – LSM perempuan Indonesia yang peduli pada anak dan perempuan Palestina-menyerukan umat Islam khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya untuk terus membantu anak-anak korban perang. “Anak-anak yang berada di daerah konflik seperti di Palestina dan Suriah, maupun anak-anak korban perang yang berada di pengungsian, sama-sana memprihatinkan dan sangat butuh bantuan dari kita,” terang Ketua Adara Relief International, Hj. Nurjanah Hulwani, S.Ag, M.E.
Hal tersebut disampaikan Nurjanah dari ajang Konferensi Anak Internasional yang diselenggarakan oleh Takaful for Child Welfare di Hotel Pullman Turki 21-22 April 2017. Konferensi dihadiri oleh 500 orang utusan dari 25 negara. Selain Adara, Indonesia diwaklili oleh Komite Nasional Rakyat Indonesia untuk Palestina (KNRP) dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).
Data yang dilansir oleh Takaful for Child Welfare dalam konferensi menunjukkan fakta-fakta menyedihkan tentang kondisi anak-anak di daerah konflik dan di pengungsian. “Ada 400.000 ribu anak di Gaza menghadapi masa depan suram karena hancurnya infrastruktur dan guncangan psikologis akibat agresi Israel. Lalu ada 6.000.000 anak di Suriah yang tergantung pada bantuan kemanusiaan. Di Libanon, ada 100.000 anak yang dieksploitasi bekerja di tempat yang rawan bahaya,” papar Nurjanah.
Selain seminar membahas problematika anak-anak di seluruh dunia, konferensi ini juga menggalang dana serta membuat program-program jangka panjang yang bertujuan untuk membantu anak-anak korban perang dimanapun berada agar bisa kembali menjalani hidup normal, seperti anak-anak yang saat ini hidup tanpa tekanan jiwa dan merasakan kemerdekaan. “Dana bantuan akan dialokasikan untuk anak yatim piatu, untuk pengobatan penyembuhan luka parah, penyembuhan trauma jiwa dan mengadakan pelatihan-pelatihan pemberdayaan perempuan yang suaminya meninggal karena sakit dan akibat perang,” tambah Nurjanah.
Program-program bantuan yang di bahas di konferensi antara lain adalah program Kahatain, yaitu program jembatan antara pemberi kafalah (bantuan) dan anak yatim, dan membantu memenuhi apa saja yang dibutuhkan anak yatim di berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, kesehatan. Targetnya 3.000 anak yatim.
Ada pula program Kun Mai (Hiduplah bersama saya), yaitu proyek bulanan untuk memastikan bahwa anak-anak miskin yang tidak mampu mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena tidak ada kemampuan yang disebabkan karena penyakit kronis, cacat, atau kurangnya kesempatan kerja. Targetnya 1000 anak miskin.
Program berikutnya adalah Rumah Aman, yang realisasinya adalah menyediakan rumah yg sesuai dan aman untuk anak-anak yang sangat membutuhkan tempat tinggal. Targetnya 1000 rumah anak yatim dan anak miskin.
Terkait kesehatan jiwa dan raga, program Keselamatan dan Kesehatan dirancang untuk dukungan sosial psikologis bagi anak-anak. Sementara untuk program Kesehatan, konteksnya adalah organisasi kampanye kesehatan bekerja sama dengan sejumlah pusat kesehatan, klinik dan asosiasi yang bekerja di bidang ini, untuk mendeteksi anak dan untuk memberikan pengobatan yang diperlukan bagi mereka. Target 10 kampanye kesehatan dan 200 anak tiap kampanye.
Juga ada program pengobatan, seperti cuci darah bagi anak-anak yang membutuhkan. Dukungan bagi penderita Thalasemia anak-anak juga ada dalam program pengobatan, juga dukungan bagi penderita kanker.
“Masih banyak anak-anak korban perang yang hidupnya memprihatinkan dan menanggung penderitaan. Kami berharap umat turut berpartisipasi untuk terus berdonasi, turut membantu menyelesaikan persoalan anak-anak Palestina dan Suriah karena penderitaan mereka adalah penderitaa kita juga,” pungkas Nurjanah. (*)