Adara Relief – Jakarta. Di penghujung bulan Maret atau tepatnya pada Kamis (28/3) lalu Adara Relief International kembali kedatangan tamu istimewa dari lembaga pembela Al Aqsa. Kali ini Adara kedatangan tamu dari lembaga Sebil dan lembaga Burak. Kedua lembaga ini merupakan lembaga sosial non pemerintahan yang berfokus untuk membantu rakyat Palestina.
Di awal perbincangannya, tiga utusan dari Sebil yakni Syeikh Asraf, Yusuf dan Sahir menjelaskan tentang kondisi terkini di wilayah Tepi Barat. Jumlah penduduk di Tepi Barat pada saat ini mencapai 61% atau sekitar 3.008.770 orang.
Di tahun 2018 Israel juga terus melakukan pengusiran terhadap penduduk Palestina. Tercatat sebanyak 843.000 penduduk terusir dari tempat tinggal mereka.
Selain itu, menurut para utusan lembaga yang berdomisili di Istanbul, Turki, tembok pemisah yang didirikan oleh Isarel di Tepi Barat telah menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di wilayah tersebut. Terhitung 6.500 orang menganggur akibat tembok pemisah sepanjang 710 km dengan tinggi mencapai 4.5 meter hingga 9 meter.
Tidak hanya itu, tembok pemisah ini juga menyebabkan tingginya kasus pencurian tanah dan pencabutan pohon-pohon milik penduduk Palelstina.
Sejak tahun 2016 ada 16.250 pohon dicabut dan sebanyak 13.625 meter persegi tanah tanah penduduk Palestina yang dicuri. Tidak hanya itu, bahkan sumur pun dicuri.
Penghancuran rumah pun secara massif dilakukan oleh tentara Israel. Di tahun 2016, sebanyak 136 rumah dihancurkan tanpa alasan. Hal tersebut telah menyebabkan tingginya tingkat pengungsian. Hingga akhir tahun 2017, sebanyak 809.738 penduduk Tepi Barat menjadi pengungsi.
Dalam sektor pertanian, akibat ketiadaan investasi maupun perebutan tanah, terjadi penurunan produksi pertanian. Sehingga dalam bidang ekonomi, sebanyak 72 persen barang diimpor dari Israel. Sementara itu, ketika penduduk Palestina melakukan produksi, sebanyak 80 persen hasilnya terpaksa dijual kepada Israel. Ini menyebabkan ekonomi rakyat Palestina sangat bergantung kepada Israel.
Tidak hanya menekan secara ekonomi, Israel juga melakukan penodaan terhadap tempat-tempat ibadah. Di tahun 2016 terhitung terjadi pelanggaran sebanyak 230 kali dalam bentuk serbuan masuk, pengotoran tempa-tempat suci dan pemukulan terhadap orang yang beribadah.
Keadaan-keadaan di ataslah yang kemudian menjadi alasan lembaga Sebil untuk fokus membantu wilayah Tepi Barat. Lembaga ini telah membantu sebanyak 232 keluarga yatim selama dua tahun terakhir. Adapun program khusus yatim adalah santunan, pembiayaan kuliah dan membantu merealisasikan cita-cita para anak yatim.
Adapun lembaga sosial Burak yang bertamu pada sore harinya ke Adara, adalah lembaga sosial yang didirikan sejak tahun 2011 dan memfokuskan bantuannya untuk Masjid Al Aqsha dan penduduk di sekitar Baitul Maqdis. Burak diambil dari nama kendaraan yang dipakai oleh Nabi Saw dalam peristiwa Isra’ Mi’raj untuk bertemu Allah SWT. Oleh karena itu, para pengurusnya berkeinginan semoga kelak NGO ini menjadi ‘kendaraan’ untuk menjadi sarana tersampaikannya bantuan-bantuan sosial kepada rakyat Palestina yang ada di dekat Masjid Al Aqsa dan meraih kemerdekaannya.
Secara rutin lembaga ini telah menyelenggarakan majelis-majelis ilmu di Masjid Al Aqsa. Tak hanya itu, lembaga ini juga membantu para murabithin yang menjaga Al Aqsa, diantaranya dengan mendanai biaya perjalanan mereka agar dapat datang ke Masjid Al Aqsa.
Lembaga ini juga memiliki departemen khusus perempuan yang dibantu oleh para relawan asal Turki. Sebanyak 70 persen relawan tersebut adalah perempuan. Selain itu, lembaga Burak juga melakukan beberapa kegiatan kepalestinaan di Turki. Hal ini ditujukan agar mereka dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat Turki tentang persoalan Palestina dan juga menanamkan rasa cinta terhadap Palestina khususnya terhadap Al Aqsa.
Syeikh Hamzah mewakili lembaga Burak pada ucapan penutupnya juga menceritakan soal UU Kepemilikan Orang Ketiga yang dikeluarkan Israel agar mereka dapat menguasai paksa lahan milik warga Palestina. Berdasarkan UU ini, orang Palestina yang telah meninggalkan rumahnya lebih dari sebulan dapat dimiliki oleh orang ketiga.
Ada sebuah kejadian di mana seorang penduduk Palestina pergi di pagi hari dan pada sore harinya ia mendapati rumahnya telah dihuni oleh Israel dan dipasang bendera Yahudi.
Oleh karenanya untuk menjaga Masjid Al Aqsa dari upaya okupasi Israel, lembaga ini memiliki proyek di Al Aqsa berupa penyelenggaraan halaqah Quran, kajian-kajian ilmu untuk anak, orang tua maupun perempuan dan berbagai kegiatan lain yang ditujukan agar Al Aqsa selalu ramai pengunjung. Sebab jika Al Aqsa dalam keadaan sepi. Zionis Israel akan dengan mudahnya untuk melakukan penyerbuan.