Kementerian Kesehatan Gaza pada Selasa (11/11) melaporkan sedikitnya 6.000 kasus amputasi sejak dimulainya agresi genosida dua tahun Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023. Dari jumlah tersebut, anak-anak yang diamputasi mencapai angka 25% dan perempuan 12,7%.
Kementerian menyatakan bahwa kekurangan pasokan medis dan alat bantu memperparah penderitaan para korban luka dan penyandang amputasi. Kondisi ini mencerminkan krisis kemanusiaan mendalam yang dialami ribuan korban beserta keluarganya. Otoritas kesehatan menyerukan adanya dukungan rehabilitasi fisik, psikologis, dan sosial yang mendesak, terutama bagi anak-anak yang kini hidup dengan disabilitas permanen sejak usia dini.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel di Gaza telah membunuh lebih dari 69.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, melukai lebih dari 170.000 lainnya, serta menyebabkan sekitar 9.500 orang hilang, banyak di antaranya diyakini masih tertimbun di bawah reruntuhan rumah yang hancur.
agresi brutal tersebut berhenti sementara setelah gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober berdasarkan rencana 20 poin yang diumumkan Presiden AS Donald Trump.
Sumber:
AA, MEMO


![Warga Palestina memeriksa rumah-rumah yang rusak parah di wilayah al-Ketiba setelah penarikan pasukan Israel dari Khan Yunis, Gaza, pada 11 November 2025. [Abed Rahim Khatib – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251111-39683171-39683140-PALESTINIANS_RETURN_TO_DESTROYED_HOMES_AFTER_ISRAELI_WITHDRAWAL-scaled-e1762881517683-120x86.webp)
![Banyak warga Palestina mengatakan mereka menghadapi penyiksaan saat berada di tahanan Israel [Getty]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/2192563299-120x86.jpeg)
