Direktur Jenderal Urusan Kesehatan di Jalur Gaza, dr. Munir Al-Bursh, mengungkapkan bahwa pasukan Israel meninggalkan boneka dan mainan jebakan yang dirancang untuk menarik perhatian anak-anak. Temuan ini, menurutnya, menunjukkan wajah baru dari genosida yang terus berlanjut meskipun gencatan senjata telah berlangsung lebih dari tiga pekan.
“Tentara Israel tidak hanya meninggalkan rumah-rumah yang hancur, tetapi juga bom waktu di tangan anak-anak” tulis Al-Bursh di Facebook. Ia menambahkan, sisa-sisa roket dan peluru yang belum meledak masih berserakan di antara reruntuhan rumah, seolah melanjutkan misi mematikan bahkan setelah tentara pergi. “Setiap hari rumah sakit menerima tubuh anak-anak yang terpotong, anggota badan yang terpisah, dan wajah yang rusak akibat rasa ingin tahu dan kepolosan masa kecil,” ujarnya.
Menurut Al-Bursh, “yang paling berbahaya adalah sisa perang yang menyerupai iblis berwajah malaikat, yaitu mainan jebakan seperti boneka beruang yang sengaja ditinggalkan untuk menggoda anak-anak. Ketika mereka menyentuhnya, kenyataan yang mengerikan meledak di depan mata, bahwa tentara yang mengklaim bermoral itu menanam kematian di jantung masa kanak-kanak.” Ia menegaskan bahwa agresi di Gaza kini bukan hanya membunuh dengan peluru, tetapi juga dengan memanfaatkan kepolosan anak. “Bermain berubah menjadi kematian, tawa menjadi jeritan, dan diamnya dunia menjadikannya bagian dari kejahatan.”
Selain mainan jebakan, ribuan ton bahan peledak yang belum meledak masih tersebar di seluruh Gaza. Juru bicara Pertahanan Sipil Palestina, Mahmoud Basal, menyebut situasi ini sebagai “bom waktu” yang mengancam nyawa warga. Ia mengungkapkan bahwa Israel telah menjatuhkan sekitar 200.000 ton bahan peledak, dan sekitar 70.000 ton di antaranya gagal meledak, banyak di antaranya disangka anak-anak sebagai mainan.
Salah satu korban terbaru adalah Yahya Shorbasi (7 tahun) dan adiknya, Nabila, yang menemukan benda mirip mainan di luar rumah. “Awalnya terlihat seperti mainan biasa. Nabila memegangnya, lalu Yahya memukul-mukulnya dengan koin. Tiba-tiba terdengar ledakan,” kata ibu mereka, Latifa Shorbasi. Tangan kanan Yahya harus diamputasi, sementara Nabila masih dirawat intensif.
Dokter Harriet, petugas di IGD Rumah Sakit Al-Shifa, menyebut kondisi ini sebagai “bencana kesehatan masyarakat yang siap meledak.” Ia menjelaskan bahwa banyak anak terluka oleh benda yang tampak tidak berbahaya, seperti mainan, kaleng, atau serpihan bangunan, tetapi ternyata bahan peledak aktif.
Menurut data United Nations Mine Action Service (UNMAS), sejak Oktober 2023 sudah ada 328 korban terbunuh atau terluka akibat sisa bahan peledak yang belum meledak. Kepala UNMAS, Luke David Irving, menyebut 5–10% dari senjata yang ditembakkan ke Gaza gagal meledak, menjadikan wilayah itu seperti ladang ranjau. Basal memperkirakan lebih dari 71.000 ton bahan peledak masih tertanam di tanah Gaza, dan butuh waktu bertahun-tahun serta dana besar untuk menyingkirkannya.
“Ledakan bisa terjadi kapan saja—saat anak-anak sedang bermain, atau ketika tim penyelamat berusaha mengevakuasi jenazah,” kata Basal. “Setiap benda di reruntuhan bisa saja menjadi perangkap kematian.”
Sumber: MEMO, Qudsnen
![Seorang gadis Palestina yang terusir memegang boneka sambil bermain di luar tenda keluarganya di kamp pengungsian dekat pelabuhan di Kota Gaza, pada 19 Oktober 2025. [Foto oleh Majdi Fathi/NurPhoto via Getty Images]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/GettyImages-2241666942-1-750x375.webp)
![Tank dan kendaraan militer Israel terlihat dikerahkan bersama beberapa kendaraan militer, helikopter, dan drone yang berpatroli di sepanjang wilayah perbatasan menyusul penerapan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza dan penarikan pasukan Israel di dalam garis kuning di Sderot, Israel pada 14 Oktober 2025. [Mostafa Alkharouf – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251014-39412414-39412391-GAZAISRAEL_BORDER_REGION_FOLLOWING_THE_CEASEFIRE-1-1-360x180.webp)
![Warga Palestina, termasuk anak-anak, menunggu dengan panci untuk menerima makanan hangat yang didistribusikan oleh lembaga amal, sementara mereka berjuang melawan kelaparan akibat blokade makanan Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Kota Gaza, Gaza pada 21 Oktober 2025. [Moiz Salhi – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251021-39476504-39476501-HOT_MEAL_DISTRIBUTED_TO_PALESTINIANS_STRUGGLING_WITH_HUNGER_IN_GAZA-1-120x86.webp)



![Tank dan kendaraan militer Israel terlihat dikerahkan bersama beberapa kendaraan militer, helikopter, dan drone yang berpatroli di sepanjang wilayah perbatasan menyusul penerapan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza dan penarikan pasukan Israel di dalam garis kuning di Sderot, Israel pada 14 Oktober 2025. [Mostafa Alkharouf – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251014-39412414-39412391-GAZAISRAEL_BORDER_REGION_FOLLOWING_THE_CEASEFIRE-1-1-75x75.webp)
