UNICEF memperingatkan memburuknya krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Lebih dari satu juta anak masih sangat membutuhkan makanan dan air bersih, sementara sekitar 650.000 anak belum dapat kembali bersekolah meski gencatan senjata masih berlangsung.
Juru bicara UNICEF, Tess Ingram, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa meskipun kesepakatan gencatan senjata berhasil menghentikan pengeboman harian yang membunuh anak-anak, hal itu “tidak cukup untuk mengakhiri kelaparan atau menjamin akses keluarga terhadap air minum yang aman.” Ia menambahkan, ribuan anak di Gaza masih tidur dalam keadaan lapar setiap malam karena infrastruktur air, sanitasi, dan layanan kesehatan hancur total. “Keluarga-keluarga di Gaza terus berjuang setiap hari untuk bertahan hidup,” ujarnya.
UNICEF menegaskan bahwa meski pasokan bantuan ke Gaza sedikit meningkat sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober, jumlahnya masih jauh di bawah tingkat pasokan yang masuk sebelum perang dan tidak mampu memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar. Akibat kerusakan parah pada rumah sakit dan minimnya pasokan medis, banyak anak harus menahan rasa sakit tanpa perawatan memadai.
Sementara itu, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) terus berupaya memulihkan proses pendidikan di tengah kehancuran. Sekitar 8.000 guru berusaha melanjutkan kegiatan belajar sejak Agustus 2024, meski sebagian besar sekolah hancur. Hingga kini, UNRWA telah membangun 485 ruang belajar sementara di 67 lokasi pengungsian dan berencana menambah jumlah tersebut untuk menjangkau lebih banyak anak. Program pembelajaran jarak jauh juga diaktifkan guna melayani lebih dari 300.000 siswa di seluruh Jalur Gaza.
UNRWA menjelaskan bahwa beberapa sekolah yang masih berdiri kini menampung ratusan ribu pengungsi, sehingga pendidikan reguler sulit dilaksanakan. Namun, di tengah keterbatasan, warga Palestina terus berusaha menjaga harapan pendidikan tetap hidup melalui tenda-tenda belajar darurat dan inisiatif sukarelawan. Ini merupakan simbol keteguhan mereka untuk tetap bertahan dan membangun masa depan di tengah kehancuran.
Sumber: MEMO
![Warga Palestina, termasuk anak-anak, menunggu dengan panci untuk menerima makanan hangat yang didistribusikan oleh lembaga amal, sementara mereka berjuang melawan kelaparan akibat blokade makanan Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Kota Gaza, Gaza pada 21 Oktober 2025. [Moiz Salhi – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251021-39476504-39476501-HOT_MEAL_DISTRIBUTED_TO_PALESTINIANS_STRUGGLING_WITH_HUNGER_IN_GAZA-1-750x375.webp)
![Seorang gadis Palestina yang terusir memegang boneka sambil bermain di luar tenda keluarganya di kamp pengungsian dekat pelabuhan di Kota Gaza, pada 19 Oktober 2025. [Foto oleh Majdi Fathi/NurPhoto via Getty Images]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/GettyImages-2241666942-1-360x180.webp)



![Masyarakat berduka atas tewasnya jurnalis Palestina Ahmed Abu Mutair dalam serangan Israel di Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa di Deir al Balah, Gaza, pada 20 Oktober 2025. [Abdalhkem Abu Riash – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251020-39468001-39467988-ISRAELI_ATTACK_KILLS_PALESTINIAN_JOURNALIST_AHMED_ABU_MUTAIR-120x86.webp)
![Seorang gadis Palestina yang terusir memegang boneka sambil bermain di luar tenda keluarganya di kamp pengungsian dekat pelabuhan di Kota Gaza, pada 19 Oktober 2025. [Foto oleh Majdi Fathi/NurPhoto via Getty Images]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/GettyImages-2241666942-1-75x75.webp)
