Ahad, 11 Agustus 2025, dunia kehilangan Anas Sharif, seorang jurnalis Palestina pemberani yang suaranya dibungkam oleh serangan Israel yang menargetkan seluruh kru Al Jazeera di Gaza. Setelah berbulan-bulan ancaman kejam ditujukan kepadanya, Anas dibunuh secara brutal.
Al-Sharif termasuk di antara tujuh orang yang terbunuh akibat serangan Israel yang menyasar tenda di luar gerbang utama Rumah Sakit al-Shifa Kota Gaza. Korban meninggal termasuk koresponden Al Jazeera Mohammed Qreiqeh dan juru kamera Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, dan Moamen Aliwa.
Israel mengklaim tanpa bukti bahwa bahwa al-Sharif hanya “berpura-pura menjadi jurnalis Al Jazeera” padahal sebenarnya bekerja untuk Hamas. Muhammed Shehada, seorang analis di Euro-Med Human Rights Monitor, mengatakan tidak ada “bukti sama sekali” bahwa al-Sharif terlibat dalam perlawanan apa pun. “Seluruh rutinitas hariannya adalah berdiri di depan kamera dari pagi hingga malam,” ujarnya kepada Al Jazeera.
Setelah berita wafatnya al-Sharif tersebar, surat wasiat terakhirnya dibagikan di berbagai media, sebuah wasiat yang sangat mengharukan, dipenuhi cinta untuk rakyatnya, sebuah permohonan untuk melindungi anak-anak Palestina, dan sebuah seruan untuk melanjutkan perjuangan demi kebebasan dan martabat. Kata-katanya kini bergema lebih keras dari sebelumnya.

“Ini adalah wasiat dan pesan terakhirku.
Jika kata-kata ini sampai kepadamu, ketahuilah bahwa Israel telah berhasil membunuhku dan membungkam suaraku.
Pertama-tama, semoga keselamatan, rahmat, dan berkah Allah senantiasa terlimpah untukmu.
Allah tahu bahwa aku telah mengerahkan segenap upaya dan kekuatan yang kumiliki untuk menjadi pendukung dan suara bagi rakyatku, sejak aku membuka mata terhadap kehidupan di gang-gang dan jalanan Kamp Pengungsi Jabalia. Harapanku, Allah memperpanjang umurku agar aku dapat kembali bersama keluarga dan orang-orang terkasih ke kampung halaman kami di Asqalan (al-Majdal) yang diduduki. Namun, kehendak Allah datang lebih dulu, dan ketetapan-Nya telah berlaku.
Aku telah menjalani kepedihan dalam setiap detailnya. Aku merasakan duka dan kehilangan berkali-kali. Namun, ssehari pun aku tak pernah ragu untuk menyampaikan kebenaran sebagaimana adanya, tanpa pemalsuan atau distorsi. Semoga Allah menjadi saksi bagi mereka yang memilih diam, mereka yang menerima pembunuhan kami, mereka yang mencekik napas kami, dan mereka yang hatinya tak tersentuh oleh jasad anak-anak dan perempuan kami, dan yang tidak melakukan apa pun untuk menghentikan pembantaian yang telah menimpa rakyat kami selama lebih dari satu setengah tahun.
Kepadamu kutitipkan Palestina, permata mahkota umat Islam, dan detak jantung setiap manusia merdeka di dunia ini.
Kepadamu rakyat Palestina kutitipkan; anak-anak kecilnya yang ditindas, yang tidak diberi kesempatan untuk bermimpi atau hidup dengan aman dan damai. Tubuh-tubuh suci mereka hancur oleh ribuan ton bom dan rudal Israel, tubuh mereka terkoyak, dengan serpihan tubuh yang berserakan di sepanjang dinding.
Aku mendesak kalian untuk menolak dibungkam oleh rantai atau dihentikan oleh pembatasan. Jadilah jembatan menuju pembebasan tanah dan rakyat (Palestina), hingga martabat dan kebebasan terbit kembali di atas tanah air kita yang dicuri.
Kepadamu kutitipkan keluargaku:
Sham, cahaya mataku. Putri tercintaku yang tak sempat kulihat tumbuh dewasa seperti yang kuimpikan.
Kutitipkan Shalah, putraku tersayang, yang ingin kudampingi hingga ia tumbuh kuat untuk memikul amanah dan melanjutkan misi.
Kutitipkan ibuku tercinta. Doa-doanya yang penuh berkat telah membawaku hinga ke titik ini. Doa-doanya adalah benteng bagiku, cahaya hatinya adalah penuntunku. Aku memohon kepada Allah untuk menghibur hatinya dan memberinya pahala yang berlimpah.
Kutitipkan pula Bayan (Umm Shalah), istri tercintaku, yang telah terpisah dariku selama berhari-hari dan berbulan-bulan akibat genosida. Namun, ia tetap setia pada janjinya, teguh bagaikan batang pohon zaitun yang tak pernah goyah, sabar dan percaya kepada Allah. Ia memikul tanggung jawab dengan kekuatan dan iman di tengah ketidakhadiranku.
Aku memohon kepada kalian untuk menghibur dan mendukung mereka, juga menjadi penopang bagi mereka setelah Allah Yang Maha Kuasa.
Jika aku mati, maka aku mati dengan keteguhan pada prinsip. Aku bersaksi di hadapan Allah bahwa saya rida dengan ketetapan-Nya. Aku yakin akan bertemu dengan-Nya dan yakin bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan abadi.
Ya Allah, terimalah aku sebagai syuhada. Ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang. Jadikanlah darahku sebagai cahaya yang menerangi jalan kebebasan bagi umat dan keluargaku.
Maafkanlah kesalahanku, dan mohonkan ampun untukku, karena aku telah menepati janji dan tidak pernah mengubahnya atau mengkhianatinya.
Jangan lupakan Gaza…
Dan jangan lupakan aku dalam doa tulusmu untuk pengampunan dan penerimaan.
Anas Jamal Al-Sharif
06.04.2025
Sumber:
https://www.aljazeera.com/news/2025/8/10/al-jazeera-journalist-anas-al-sharif-killed-in-israeli-attack-in-gaza-city
https://qudsnen.co/if-you-receive-my-words-know-israel-has-killed-me-anas-sharifs-final-will/
https://aje.io/v8v2ze?update=3881486





![Warga Palestina berbondong-bondong menuju lokasi di utara Kota Gaza, Gaza, tempat pesawat menjatuhkan bantuan kemanusiaan yang diikatkan pada parasut, 7 Agustus 2025. [Khames Alrefi – Anadolu Agency/Sumber:Reuters]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/08/2-75x75.webp)
