Hujan deras yang membanjiri perkemahan pengungsi Palestina di Jalur Gaza pada hari Senin (25/11) semakin menambah penderitaan musim dingin bagi masyarakat Gaza. Sementara itu, pasukan Israel semakin meningkatkan serangan di wilayah tersebut, demikian laporan Reuters.
Hujan yang turun sepanjang malam membasahi tenda-tenda pengungsi, bahkan di beberapa tempat menghanyutkan tempat berlindung dari plastik dan kain yang digunakan oleh warga Gaza.
Sejumlah orang mencoba melindungi tikar mereka dari air dengan menempatkan ember di tanah, sementara yang lain menggali parit untuk mengalirkan air dari tenda mereka. Banyak tenda yang digunakan sejak awal agresi kini sudah usang dan tidak lagi memberikan perlindungan memadai, sementara harga tenda dan terpal plastik melambung tinggi, tak terjangkau bagi para pengungsi.
Suad Al-Sabea, seorang ibu dari enam anak di Gaza utara, kini tinggal di ruang kelas dengan jendela-jendela yang pecah di sebuah sekolah yang menampung keluarga pengungsi di Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan.
Sabea mencari nafkah dengan menjual roti yang dipanggang di tungku berbahan bakar kayu untuk menghidupi anak-anaknya. Namun, hujan merusak tepung dan tungkunya, mengancam sumber penghasilannya.
“Kami khawatir dengan hujan,” kata Sabea. “Adonan roti saya terendam air, banyak kasur basah kuyup. Hujan menetes di atas kepala saya, namun saya tetap memanggang demi kebutuhan anak-anak saya,” ungkapnya kepada Reuters.
Di perkemahan lain yang lebih dekat ke pantai, banjir merendam tenda-tenda, bahkan beberapa tenda tersapu gelombang tinggi.
“Laut menyeret anak perempuan kecil kami. Syukurlah kami berhasil menyelamatkannya,” kata Mariam Abu Saqer, yang sebelumnya tinggal di tenda di tepi pantai sebelum tendanya dibanjiri air laut.
“Ke mana pun kami pergi, mereka bilang tidak ada tempat untuk kami,” tambahnya.
Layanan Darurat Sipil Palestina melaporkan bahwa ribuan orang terdampak banjir musiman. Layanan tersebut mendesak para donor untuk menyediakan tenda serta karavan baru guna melindungi mereka.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan di platform X (Twitter) bahwa hujan pertama musim dingin ini membawa lebih banyak penderitaan. “Sekitar setengah juta orang berisiko terkena banjir,” tulisnya. “Keadaan akan semakin buruk dengan setiap tetes hujan, setiap bom, dan setiap serangan.”
Kantor Media Pemerintah Gaza (GMO) mengatakan bahwa sekitar 10.000 tenda hanyut atau rusak akibat badai musim dingin. GMO memohon bantuan internasional untuk menyediakan tenda bagi keluarga pengungsi guna melindungi mereka dari banjir hujan.
“Menurut tim penilaian lapangan pemerintah, 81% tenda pengungsi tidak dapat digunakan lagi. Dari 135.000 tenda, 110.000 tenda sudah benar-benar usang dan sangat perlu diganti,” kata GMO dalam sebuah pernyataan.
GMO mengimbau masyarakat internasional, organisasi PBB, dan organisasi kemanusiaan untuk segera turun tangan guna menyediakan bantuan yang diperlukan bagi para pengungsi.
Ia juga mengimbau negara-negara Arab dan Islam, terutama Mesir, untuk memfasilitasi bantuan dan akses tenda ke Jalur Gaza untuk melindungi 2 juta orang yang mengungsi.
Israel Tingkatkan Serangan ke Gaza
Di sisi lain, serangan militer Israel semakin intensif di seluruh wilayah Gaza. Di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, serangan udara Israel membunuh setidaknya empat orang, menurut petugas medis. Sementara itu, di utara Gaza, tank-tank Israel meningkatkan serangan mereka di Beit Hanoun, Beit Lahiya, serta kamp pengungsi terbesar, Jabalia. Petugas medis melaporkan tujuh warga Palestina terbunuh dalam dua serangan udara Israel di wilayah Jabalia.
Pada Senin (25/11), penduduk melaporkan bahwa pesawat Israel menyebarkan selebaran dan peta di Beit Lahiya, memerintahkan penduduk untuk mengungsi ke selatan karena wilayah utara akan diserang. Penduduk menyatakan bahwa pasukan Israel telah menghancurkan ratusan rumah sejak melanjutkan operasi di daerah disebut Israel telah “dibersihkan” dari para pejuang.
Pihak Palestina menuding Israel berupaya mengosongkan daerah itu secara permanen untuk menciptakan zona penyangga di sepanjang tepi utara Gaza. Operasi militer Israel di Gaza telah membunuh lebih dari 44.200 orang dan membuat hampir seluruh penduduk mengungsi setidaknya sekali, menurut pejabat Gaza. Wilayah pesisir yang sempit itu kini sebagian besar berubah menjadi puing-puing.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini



![Tank dan kendaraan militer Israel terlihat dikerahkan bersama beberapa kendaraan militer, helikopter, dan drone yang berpatroli di sepanjang wilayah perbatasan menyusul penerapan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza dan penarikan pasukan Israel di dalam garis kuning di Sderot, Israel pada 14 Oktober 2025. [Mostafa Alkharouf – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251014-39412414-39412391-GAZAISRAEL_BORDER_REGION_FOLLOWING_THE_CEASEFIRE-1-1-120x86.webp)
![Seorang gadis Palestina yang terusir memegang boneka sambil bermain di luar tenda keluarganya di kamp pengungsian dekat pelabuhan di Kota Gaza, pada 19 Oktober 2025. [Foto oleh Majdi Fathi/NurPhoto via Getty Images]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/GettyImages-2241666942-1-120x86.webp)
![Warga Palestina, termasuk anak-anak, menunggu dengan panci untuk menerima makanan hangat yang didistribusikan oleh lembaga amal, sementara mereka berjuang melawan kelaparan akibat blokade makanan Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Kota Gaza, Gaza pada 21 Oktober 2025. [Moiz Salhi – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251021-39476504-39476501-HOT_MEAL_DISTRIBUTED_TO_PALESTINIANS_STRUGGLING_WITH_HUNGER_IN_GAZA-1-120x86.webp)


