Noor Fawaz, seorang perempuan keturunan Palestina-Amerika mengatakan dia ditolak naik penerbangan El Al dari AS ke Israel karena dia dianggap sebagai “ancaman keamanan”.
Dalam sebuah video yang diposting di Twitter, Noor mengatakan bahwa ketika dia pergi untuk menurunkan barang bawaannya saat check-in, dia diberitahu : “karena saya orang Palestina dan saya terbang ke ‘Israel’, saya tidak diizinkan membawa laptop, pengisi daya, bahkan pengisi daya portabel saya di pesawat. Hal tersebut disebabkan mereka khawatir seseorang telah mengemasi tas saya.” “Mereka menyuruh saya mengeluarkannya dan memasukkannya ke dalam box [check in].”
Dia menambahkan: “‘Penanggung jawab’ memberitahu saya bahwa saya tidak diizinkan membawa barang bawaan apa pun di pesawat, bahkan ransel saya pun tidak boleh.” Ini terlepas dari fakta bahwa tiket Noor dengan jelas menunjukkan bahwa dia diizinkan membawa barang bawaan di pesawat.
Noor melanjutkan : “Saya langsung bertanya, ‘Kenapa? Apakah karena [karena] saya orang Palestina?’ Tanpa ragu dia berkata, ‘Ya, dan Anda akan pergi ke tempat-tempat seperti Ramallah,'” katanya di Twitter.
Noor mengatakan, tasnya kemudian ditandai dengan stiker kuning dan dia harus melewati pemeriksaan ekstra sebelum penerbangan. Ini termasuk pemeriksaan dari ujung kepala sampai ujung kaki dan harus melepas beberapa potong pakaian, termasuk kaus kakinya. Staf El Al juga mulai menghapus gambar dari ponselnya setelah mereka melihat dia mendokumentasikan apa yang ia alami, jelas Noor.
Tak hanya itu, Noor kemudian diberitahu bahwa laptopnya telah dikeluarkan dari tasnya dan akan dikirim secara terpisah karena ada “peringatan” yang menurut dia [staf El Al] tas tersebut “berisi bahan peledak.”
Setelah memenuhi tuntutan mereka, Noor mengatakan bahwa bahwa dia juga sempat ditolak untuk naik karena ada “peringatan bahwa sepatunya mengandung bahan peledak.”
Noor akhirnya ditempatkan di penerbangan United Airlines dan dapat membawa tas jinjingnya, termasuk laptopnya, ke dalam pesawat, tetapi sebelumnya tetap harus melalui pemeriksaan keamanan tambahan. “Saat ini, saya telah melalui total LIMA pemeriksaan keamanan dalam rentang waktu 7 jam,” jelasnya.
Setibanya di Tel Aviv, Noor dibawa ke Kontrol Perbatasan, paspornya diambil dan dia disuruh menunggu. “Setelah 2 jam menunggu, seorang petugas memanggil nama saya dan saya dibawa ke kantor.” Noor kemudian ditanyai “pertanyaan umum” termasuk detail tentang keluarganya dan mengapa dia berkunjung. Setelah pemeriksaan, dia akhirnya diberi visa dan diizinkan meninggalkan bandara.
Di rumah keluarganya, ketika membuka kopernya, Noor menemukan bahwa “barang-barang saya benar-benar berantakan. Tampaknya mereka memeriksa setiap barang lalu memasukkan semuanya kembali ke dalam.” Lelah dengan cobaan itu, Noor berkata: “Saya diperlakukan seperti penjahat yang berkeliaran… Saya begitu dikuasai oleh stres dan kelelahan, sejujurnya saya merasa seperti akan pingsan berkali-kali.
Pada akhirnya, dia menambahkan: “Saya orang Palestina dan Anda tidak akan pernah menghancurkan jiwa saya … Saya mampir ke kompleks Al Aqsa tadi malam untuk mengingatkan diri sendiri bahwa itu selalu berharga. Sementara itu, pihak El Al belum membalas permintaan MEMO untuk berkomentar.
Kasus Noor datang ketika Israel menawarkan untuk bergabung dengan Program Pengabaian Visa AS (VWP). Itu merupakan sebuah upaya yang bergantung pada uji coba selama sebulan yang baru akan dimulai. Otoritas Israel akan menawarkan izin masuk tanpa batas kepada warga AS asal Palestina yang merupakan penduduk Tepi Barat, sumber diplomatik mengatakan.
VWP berarti warganya tidak perlu mendapatkan visa sebelum melakukan perjalanan ke Amerika Serikat. Tel Aviv tidak dapat bergabung karena ketentuan VWP berarti harus memperlakukan semua warga negara AS secara setara. Namun, saat ini warga Palestina-Amerika secara teratur ditargetkan untuk pemeriksaan tambahan dan didiskriminasi saat mereka melakukan perjalanan ke bandara Tel Aviv.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini




![Masyarakat berduka atas tewasnya jurnalis Palestina Ahmed Abu Mutair dalam serangan Israel di Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa di Deir al Balah, Gaza, pada 20 Oktober 2025. [Abdalhkem Abu Riash – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251020-39468001-39467988-ISRAELI_ATTACK_KILLS_PALESTINIAN_JOURNALIST_AHMED_ABU_MUTAIR-120x86.webp)
![Tim Palang Merah mengantarkan jenazah 30 warga Palestina, yang ditahan oleh pasukan Israel dari berbagai wilayah Gaza selama perang dan diserahkan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, ke Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Gaza, pada 30 Oktober 2025. [Abdallah Fs Alattar – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251031-39575829-39575827-RED_CROSS_DELIVERS_BODIES_OF_PALESTINIANS_HANDED_OVER_UNDER_CEASEFIRE_DEAL-1-120x86.jpg)

