Pada hari keempat agresi Israel tahun 2021 terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, pengeboman berlangsung dengan intens. Sarah Ali, salah seorang penduduk yang mengalami peristiwa tersebut, berharap dapat mengalihkan perhatian anak-anaknya dari suara tembakan yang terjadi terus-menerus dengan menidurkan anak-anak lebih awal. Namun, Samer, anaknya yang masih berusia tujuh tahun tahu pengeboman sudah terjadi. “Dua jam kemudian, dia bangun dan mendatangi saya sambil menangis,” kata Sarah kepada Middle East Eye. “Dia mengompol.”
Lahir pada 2016, kehidupan singkat Samer dibentuk oleh ingatan akan blokade Israel dan pengeboman berulang kali. Akibatnya, selama dua tahun, dia sering mengompol karena cemas dan takut kehilangan. Pada saat ibunya mengira telah membuat kemajuan dalam membantu anaknya mengatasi kecemasannya, Israel kembali meluncurkan kampanye pengeboman lain pada Mei lalu.
Samer adalah satu dari ratusan ribu anak Palestina di Gaza yang menderita “trauma berkelanjutan”, menurut pejabat kesehatan. Jalur Gaza, yang berada di bawah blokade Israel sejak 2006, adalah rumah bagi lebih dari dua juta orang dengan setengahnya adalah anak-anak. Dalam waktu kurang dari 18 tahun, Israel telah melancarkan sekitar 15 operasi militer di Jalur tersebut dan menewaskan ribuan orang.
Blokade dan pengeboman, selain menghancurkan infrastruktur dan ekonomi, juga menimbulkan “krisis kesehatan mental akut”, yang memengaruhi sebagian besar anak-anak. Hampir 80 persen orang tua di Gaza melaporkan peningkatan mengompol di antara anak-anak mereka, menurut penelitian oleh Save the Children yang diterbitkan pada 2022. Lebih lanjut, 78 persen melaporkan bahwa anak mereka jarang menyelesaikan tugas, dan 59 persen mengatakan anak mereka mengalami kesulitan dalam berbicara, berbahasa, dan berkomunikasi.
LSM tersebut telah mewawancarai 488 anak dan 168 orang tua atau wali anak untuk memperbarui penelitian serupa yang dilakukan pada 2018. Ditemukan bahwa kesehatan mental anak-anak, remaja, dan orang tua atau wali anak telah memburuk secara drastis, dengan jumlah anak yang menderita tekanan emosional meningkat dari 55 persen menjadi 80 persen.
“Apa yang diderita anak-anak di Gaza melebihi PTSD,” kata Ayed Abu Eqtaish, direktur program akuntabilitas di Defense for Children International, kepada MEE, mengacu pada gangguan stres pasca-trauma. Dia menambahkan bahwa Israel telah menghancurkan kenikmatan hidup bagi anak-anak Gaza, yaitu dengan agresi berulang, blokade, dan penumpasan keras terhadap protes damai Pawai Kepulangan Akbar pada 2018. “Hal-hal itu memengaruhi hak mereka atas kesehatan, pendidikan, standar hidup yang layak, dan yang paling penting adalah hak mereka untuk bebas dari rasa takut.”
Selama agresi pada 2021, Israel telah membunuh 256 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak. Di antara warga Palestina yang tewas adalah 11 anak berusia antara 5 hingga 15 tahun yang sebelumnya menerima perawatan trauma dari Dewan Pengungsi Norwegia. Agresi putaran selanjutnya dilancarkan Israel pada Agustus 2022, dengan menewaskan 49 warga Palestina, termasuk 17 anak-anak, yang termuda berusia 4 tahun. Delapan bulan kemudian, serangan lain diluncurkan, menewaskan 33 warga Palestina, termasuk tujuh anak. Selama serangan tahun 2021, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggambarkan kehidupan anak-anak Palestina di Gaza sebagai “neraka di bumi”.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini



![Tank dan kendaraan militer Israel terlihat dikerahkan bersama beberapa kendaraan militer, helikopter, dan drone yang berpatroli di sepanjang wilayah perbatasan menyusul penerapan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza dan penarikan pasukan Israel di dalam garis kuning di Sderot, Israel pada 14 Oktober 2025. [Mostafa Alkharouf – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251014-39412414-39412391-GAZAISRAEL_BORDER_REGION_FOLLOWING_THE_CEASEFIRE-1-1-120x86.webp)
![Seorang gadis Palestina yang terusir memegang boneka sambil bermain di luar tenda keluarganya di kamp pengungsian dekat pelabuhan di Kota Gaza, pada 19 Oktober 2025. [Foto oleh Majdi Fathi/NurPhoto via Getty Images]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/GettyImages-2241666942-1-120x86.webp)
![Warga Palestina, termasuk anak-anak, menunggu dengan panci untuk menerima makanan hangat yang didistribusikan oleh lembaga amal, sementara mereka berjuang melawan kelaparan akibat blokade makanan Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Kota Gaza, Gaza pada 21 Oktober 2025. [Moiz Salhi – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251021-39476504-39476501-HOT_MEAL_DISTRIBUTED_TO_PALESTINIANS_STRUGGLING_WITH_HUNGER_IN_GAZA-1-120x86.webp)


