• Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic
Kamis, November 13, 2025
No Result
View All Result
Donasi Sekarang
Adara Relief International
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
No Result
View All Result
Adara Relief International
No Result
View All Result
Home Artikel

78 Tahun Indonesia Merdeka: Mengingat Kembali Kiprah Founding Fathers Indonesia dalam Menyuarakan Solidaritas terhadap Palestina

by Adara Relief International
Agustus 11, 2024
in Artikel, Sorotan
Reading Time: 9 mins read
0 0
0
78 Tahun Indonesia Merdeka: Mengingat Kembali Kiprah Founding Fathers Indonesia dalam Menyuarakan Solidaritas terhadap Palestina
272
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on Telegram

Indonesia telah berusia 78 tahun hari ini. Banyak peristiwa telah dilalui, ribuan lembar tulisan sejarah telah terukir di memori, meski banyak hal yang masih harus dipelajari. Pada hari kemerdekaan Indonesia ini, ada baiknya kita merefleksi kembali perjalanan Indonesia, guna mengukuhkan jati diri. Tahun demi tahun berlalu, generasi demi generasi bergantian menetap di bumi pertiwi. Barangkali ada yang lupa atau bahkan belum mengetahui, bahwa sesungguhnya apa yang kita capai pada hari ini, tidaklah hanya berasal dari diri sendiri. Di balik kokohnya Indonesia saat ini, ada peran besar sahabat sejati, yang kadang kita luput untuk sadari. Palestina, negeri yang suci, telah membersamai perjalanan kita sejak dulu sekali—meskipun kisahnya seringkali tidak dicantumkan dalam buku-buku sejarah yang diajarkan kepada anak-anak negeri.

Palestina adalah sahabat sejati kita, jejak-jejak sejarah telah membuktikannya. Di balik kesulitan dan keterbatasannya, Palestina tetap mengutamakan kita, negara yang berkilo-kilometer jaraknya dari mereka. Ketika bangsa lain belum berani mengambil sikap, saat Indonesia masih dipandang sebelah mata, Palestina dengan segenap keyakinan memberikan dukungan dan mengakui kemerdekaan Indonesia. Padahal, kondisi Palestina sendiri saat itu alih-alih merdeka, mereka bahkan masih berdarah-darah berjuang melawan penjajahan Zionis yang membuat penduduknya menderita. Lantas apa yang menguatkan mereka untuk mendukung kita, saat negeri mereka sendiri masih jauh dari kata merdeka? Tiada hal lain yang mendasari selain rasa cinta dan persahabatan yang teramat besar, disertai dengan ketulusan hati yang menyatukan Palestina dan Indonesia dalam ikatan saudara.

Peran Palestina dalam Kemerdekaan Indonesia

Pada 6 September 1944, Mufti Besar dan Pemimpin Dewan Tertinggi Palestina, Syekh Amin Al Husaini, mewakili seluruh rakyat Palestina menyampaikan ‘ucapan selamat’ kepada Indonesia melalui Radio Berlin. Dalam siaran tersebut, Syekh Amin menegaskan pengakuan Palestina akan Indonesia dan menjanjikan dukungan hingga Indonesia benar-benar memperoleh kemerdekaan. Ucapan Mufti Besar Palestina tersebut disiarkan selama dua hari berturut-turut, juga disebarkan melalui surat kabar harian Al Ahram. Syekh Amin sendiri saat itu sedang berada di Jerman karena mencari perlindungan dari pasukan kolonial Inggris dan Zionis Israel. Pada masa-masa sulit tersebut, ia tetap mengingat Indonesia sebagaimana ia mengingat tanah airnya sendiri.

Tak hanya mendapat dukungan secara verbal, Indonesia juga banyak mendapat bantuan materi dari Palestina. Sebagai Mufti Agung Yerusalem, Syekh Amin Al Husaini pernah memberikan dana bantuan kepada para pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di Kairo, Damaskus, Beirut, dan Baghdad sebesar dua poundsterling per orang. Atas bantuan diplomasi dari Syekh Amin juga, Mesir membiayai seluruh biaya delegasi Indonesia sebesar US$25.000 untuk membawa kasus Indonesia ke PBB.

Peran yang tidak kalah pentingnya juga dimainkan oleh Muhammad Ali Taher, sahabat Syekh Amin Al Husaini. Muhammad Ali Taher adalah seorang saudagar kaya dari Palestina. Ia telah menerbitkan surat kabar yang dibaca di banyak negara, delapan buku, dan ratusan artikel, serta sangat gigih menentang penjajahan di mana pun itu. Demi membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia, Ali Taher memindahkan sebagian besar kekayaannya di Palestina ke bank-bank Indonesia untuk membantu mendukung perekonomian Indonesia. Sebuah tindakan yang sangat berani, mengingat Ali Taher sebenarnya bisa saja memilih menggunakan hartanya untuk kepentingan bangsanya sendiri. Tapi lagi-lagi, Palestina memilih untuk membantu perjuangan Indonesia, tanpa meminta balas budi.

Bisa jadi masih ada peran dari tokoh-tokoh Palestina lain yang turut menjadi bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia, namun kisahnya luput tertulis atau belum terjamah dalam catatan sejarah. Akan tetapi, peran Syekh Amin dan Ali Taher barangkali sudah lebih dari cukup untuk mewakilkan betapa eratnya hubungan antara Indonesia dengan Palestina sejak dulu kala. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila para pendiri bangsa kita juga menunjukkan dukungan yang sama terhadap Palestina. Sebab, Indonesia pun pernah menjadi bangsa yang terjajah, maka sudah sepantasnya Indonesia juga menentang penjajahan, apalagi yang terjadi pada negara sahabat kita, Palestina.

Tokoh Indonesia yang Aktif Mendukung Palestina

Indonesia dan Palestina adalah saudara dekat. Prof. H. Roeslan Abdulgani mengatakan bahwa founding fathers Indonesia telah aktif menyuarakan rasa solidaritasnya terhadap rakyat Palestina. Nama-nama populer seperti Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Haji Agus Salim, dan banyak tokoh lainnya sangat aktif menyuarakan persoalan Palestina, baik secara lisan maupun tulisan. Persamaan nasib, persamaan dasar dan tujuan perjuangan, serta persamaan pandangan hidup telah membuat hubungan persahabatan antara Indonesia dan Palestina terjalin dengan sangat erat. Indonesia yang saat itu masih berada di era pergerakan kemerdekaan nasibnya tidak jauh berbeda dengan Palestina yang dijajah oleh Zionis. Maka tak mengherankan, jika para pemimpin dari Indonesia juga bersahabat dengan tokoh terkemuka Palestina, bahkan terang-terangan menunjukkan dukungan meski kondisi saat itu sedang sama-sama berjuang. Berikut adalah beberapa tokoh Indonesia yang aktif menyuarakan solidaritas terhadap Palestina:

1.Abdul Kahar Mudzakkir

Abdul Kahar Mudzakkir adalah pemuda Indonesia termuda yang tercatat dalam sejarah ikut berpartisipasi dalam Muktamar Dunia Islam tahun 1931 di Al-Quds (Yerusalem). Usianya masih 24 tahun saat ia turut serta sebagai wakil umat Islam Indonesia (Centraal Committee al Islam Surabaya) di forum internasional di Baitul Maqdis, Al-Quds (Yerusalem), Palestina. Forum itu adalah Muktamar ‘Alam Islami yang pertama, sebuah forum persaudaraan yang diadakan pada 1931 oleh utusan dari berbagai negara Islam atau negara berpenduduk muslim yang tengah menapaki ‘masa perjuangan kemerdekaan’, yaitu berjuang melepaskan diri dari penjajah dan meraih kemerdekaan.

Sejak menuntut ilmu di Kairo, Mesir, Abdul Kahar Mudzakkir memang sudah sering menghadiri konferensi Islam tingkat dunia di berbagai negara Timur Tengah. Ia juga aktif mengirimkan tulisan ke beberapa surat kabar Mesir untuk memberikan informasi tentang Indonesia yang masih berjuang melepaskan diri dari penjajahan. Namanya pun menjadi terkenal di kalangan para aktivis Islam di Mesir, yang kemudian mengantarkannya untuk berkorespondensi dengan Mufti Besar Al-Quds, Syekh Amin Al-Husaini.

Pada 1931, Syekh Amin Al-Husaini memintanya untuk menghadiri Muktamar Islam Internasional di Palestina mewakili Asia Tenggara. Kahar menyanggupinya, kemudian berangkat ke Palestina sebagai peserta termuda. Pada Muktamar tersebut, Kahar mendapatkan kehormatan dengan diangkat menjadi sekretaris (katib), mendampingi Syekh Amin Al-Husaini yang menjadi ketua (rais) dalam muktamar tersebut. Dalam kesempatan tersebut, Kahar juga menyampaikan kondisi Indonesia kepada peserta yang hadir, yang menjadi salah satu awal dari terjalinnya persahabatan dan dukungan besar dari Palestina untuk kemerdekaan Indonesia.

2. Haji Agus Salim

Baca Juga

Penggalian Masjid Al-Aqsa: Upaya Israel untuk Menghapuskan Identitas Islam di Al-Quds (Yerusalem)

Luka yang Tersembunyi: Tentang Panen Zaitun yang Kandas dan Ancaman Aneksasi yang Meluas di Tepi Barat

Haji Agus Salim merupakan nama yang sering disebut-sebut dalam buku-buku sejarah. Mendapat julukan The Grand Old Man, Haji Agus Salim merupakan diplomat ulung yang memperjuangkan Indonesia di berbagai negara. Ia adalah pemimpin organisasi Islam terkemuka, Sarekat Islam, serta cendekiawan Islam yang kritis dalam menanggapi isu-isu umat. Di balik segudang aktivitas dan prestasinya, Haji Agus Salim juga merupakan seorang tokoh yang sangat gigih menentang segala bentuk penjajahan, termasuk di Palestina.

Dalam beberapa artikel di surat kabar Pedoman Masyarakat edisi 10 Juli 1936 yang dikutip dari buku Seratus Tahun Haji Agus Salim, beliau menentang pernyataan dari seorang Jenderal yang memimpin Operasi Jerusalem pada 1 tahun 1917. Jenderal tersebut, Edmund Allenby, mengatakan bahwa penaklukan Al-Quds merupakan akhir dari Perang Salib antara umat Islam dan Kristen. Pernyataan tersebut segera dibantah oleh Haji Agus Salim, yang mengatakan bahwa Perang Salib adalah pertarungan antara dua pihak Bangsa Barat sendiri, tidak ada kaitannya dengan agama tertentu.

Masih bersumber dari buku Seratus Tahun Haji Agus Salim, dalam sebuah artikel dari surat kabar Pandji Islam edisi 9 Januari 1939 yang berjudul “Soal Yahudi di Palestina”, Agus Salim menjelaskan persekutuan yang dilakukan antara Inggris dan Yahudi didasari pada kepentingan politik negara-negara Barat. Inggris yang saat itu mengalami kesulitan dalam Perang Dunia 1 meminta bantuan kepada Zionis, dengan syarat Inggris harus memberikan tanah Palestina kepada mereka. Sejak saat itulah, kelompok Yahudi berdatangan memenuhi tanah Palestina, mengusir penduduk asli. Oleh karena itu, sekali lagi Haji Agus Salim menekankan, masalah Palestina bukanlah persoalan agama semata.

3. Buya Hamka

Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau lebih dikenal dengan sebutan Buya Hamka, merupakan nama yang tidak asing di kalangan masyarakat Indonesia, bahkan kisahnya baru-baru ini diangkat ke layar lebar. Beliau adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, yang juga dikenal sebagai tokoh Masyumi dan ulama Muhammadiyah, juga merupakan sastrawan yang karyanya dikenal di negara-negara Melayu. Sebagai seorang ulama, Buya Hamka turut memberikan perhatian khusus terhadap masalah Palestina, yang dapat dilihat dari penafsiran beliau terhadap ayat-ayat yang berhubungan dengan Baitul Maqdis di dalam Tafsir Al-Azhar.

Salah satunya, ketika dikatakan bahwa orang Yahudi itu cerdas, sehingga dapat mengalahkan pasukan Arab dalam perang Arab-Israel, maka Buya Hamka meluruskan pemahaman tersebut. Beliau merespon dengan menuliskan bahwa yang menjadi persoalan utama umat Islam saat itu adalah lemahnya iman. Mereka rela menukar ideologi Islam dengan ideologi-ideologi lainnya sehingga lepaslah kekuatan sejati mereka, yaitu kekuatan iman. Umat Islam hanya mementingkan ideologi dan negara mereka sendiri, ketimbang mementingkan keberlangsungan dakwah Islam di muka bumi.

Buya Hamka juga menceritakan pertemuannya dengan Syekh Amin Al-Husaini ketika menuliskan tafsir surah Al-Maidah ayat 54. Di dalam tafsirnya, Buya Hamka mengutip pernyataan Mufti Agung Palestina tersebut. “Tentang kerugian dan keuntungan ini, teringat pula penulis Tafsir ini akan perkataan Mufti Palestina yang terkenal, Sayid Haj Amin al-Husainy seketika penulis bersama teman penulis, Saudara Asad Bafagih, pada bulan Oktober 1950. Dengan penuh semangat di antara lain beliau berkata: ‘Kita telah rugi besar karena Palestina direbut Yahudi dan lebih dari satu juta orang Arab kehilangan tanah air. Tetapi Tuhan telah mengganti kerugian kita dengan laba yang lebih besar, dengan bangsa pemeluk Islam yang umumnya berjuta-juta mencapai kemerdekaannya, yaitu Indonesia dan Pakistan.”

4. Mohammad Natsir

Mohammad Natsir adalah tokoh nasional yang dikenal sebagai birokrat, politisi, dan juga seorang pendakwah. Natsir aktif berorganisasi di ranah politik dan pernah menjadi Ketua Partai Masyumi. Ia juga sempat ditunjuk sebagai Menteri Penerangan Indonesia pertama (1946–1949), juga diangkat sebagai Perdana Menteri pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Selain aktif di ranah politik, Natsir juga dikenal sebagai ulama yang gigih memperjuangkan hak-hak bangsa melalui pemikirannya, termasuk mengenai masalah Palestina.

Dalam buku Masalah Palestina yang terbit pada 1970, Natsir menjabarkan pemikiran-pemikirannya tentang Palestina. Naskah pidato Natsir yang dimuat dalam buku tersebut dan disampaikan dalam Kongres Pertama Organisasi Islam Afrika Asia tanggal 6–11 Oktober 1970 di Bandung, menjelaskan awal mula kaum Yahudi menduduki Palestina, peperangan yang terjadi di Palestina, sejarah gerakan Zionis, hingga harapannya untuk Palestina ke depan.

Natsir menegaskan bahwa masalah Palestina pada intinya adalah perampasan hak dan tanah air rakyat Palestina oleh kaum Zionis internasional yang mendirikan negaranya di tengah-tengah wilayah bangsa Arab. Ia juga menekankan bahwa negara-negara besar dan PBB pada umumnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencari penyelesaian yang adil dan terhormat terhadap permasalahan Palestina.

5. Soeharto

Presiden H. M. Soeharto adalah presiden kedua yang memimpin pemerintahan di Republik Indonesia. Kementerian Luar Negeri RI mencatat bahwa pada 1984, Presiden Soeharto menerima kedatangan Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Yasser Arafat, di Istana Negara pada 26 Juli 1984.

Dalam buku berjudul Tragedi Palestina karya M. Alhadar, terdapat kutipan pidato pertanggungjawaban Presiden Soeharto pada Sidang MPR tanggal 1 Maret 1983 yang berjudul “Indonesia Mendukung Perjuangan Rakyat Palestina”. Dalam pidato tersebut, Presiden Soeharto menegaskan bahwa Indonesia harus berpijak pada asas kemerdekaan dan keadilan. Berikut isi dari pidato tersebut:

“Terhadap masalah Timur Tengah sikap kita sangat realistis dan berpijak pada asas kemerdekaan dan keadilan. Secara terus menerus dan konsekuen kita mendukung perjuangan bangsa-bangsa Arab untuk memperoleh kembali wilayahnya yang diduduki Israel.

Kita juga mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk memperoleh kemerdekaan di tanah airnya sendiri yang merupakan kunci penyelesaian kemelut Timur Tengah. Kita juga mendukung penuh dipulihkannya kedudukan kota suci Yerusalem, sementara masalah Palestina belum terselesaikan.”

6. Soekarno

Ir. Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia, juga merupakan salah satu tokoh yang sejak lama menyuarakan keadilan dan kemerdekaan untuk Palestina. Enam puluh tiga tahun yang lalu, markas besar PBB di New York digemakan oleh suara Bung Karno. Pidatonya yang berjudul To Build The World a New ditetapkan sebagai Memory of The World (MoW) oleh UNESCO pada 10–24 Mei 2023 dan menjadi pidato terbaik yang pernah disampaikan di forum PBB.

To Build the World a New atau ‘Membangun Dunia Baru’ merupakan akumulasi pemikiran dan gagasan Soekarno sejak sebelum Indonesia merdeka. Di dalam pidatonya, Presiden Soekarno menyampaikan gagasan-gagasan mengenai situasi perpolitikan dunia saat itu, terutama ketika banyak negara di Asia-Afrika yang ingin melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Soekarno menegaskan, PBB seharusnya tidak hanya menjadi forum perdebatan, tapi juga harus bisa memecahkan berbagai permasalahan yang terjadi di dunia.

To Build the World a New memberikan fondasi bagi perkembangan prinsip-prinsip kemanusiaan di tingkat global yang mendukung kemerdekaan dan menentang segala bentuk penindasan yang ada di semua negara, tanpa terkecuali, termasuk Palestina. Jika kita lihat realita sekarang, kolonialisme yang terjadi di dunia masih dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina, baik berupa penyerangan, pengusiran, maupun yahudinisasi yang tidak kunjung usai.

Dalam pidato lainnya pada 1962, Presiden Soekarno juga menegaskan bahwa selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka sepanjang itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajah Israel. Pidato tersebut menegaskan bahwa Indonesia akan selalu menentang segala bentuk penjajahan di atas muka bumi, sesuai dengan prinsip yang tercantum dalam pembukaan UUD tahun 1845.

Kemerdekaan adalah Hak Segala Bangsa

Catatan sejarah telah membuktikan, bahwa sejak puluhan tahun yang lalu, founding fathers bangsa kita telah menunjukkan kepeduliannya terhadap Palestina. Tidak mengherankan, sebab sejak lama Palestina pun telah menunjukkan rasa cinta dan persahabatannya terhadap Indonesia. Bertahun-tahun lalu, jauh sebelum Indonesia merdeka, Palestina telah mengakui adanya negara Indonesia dan mengerahkan seluruh upaya agar Indonesia mencapai kemerdekaannya. Hari ini, saat Palestina sedang berjuang mendapatkan kemerdekaan, tidakkah kita malu jika kita justru menutup mata, atau bahkan terang-terangan menolak untuk membantu Palestina, negara yang telah menjadi sahabat kita sejak lama?

 

Salsabila Safitri, S.Hum.

Penulis merupakan Relawan Departemen Penelitian dan Pengembangan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan sarjana jurusan Sastra Arab, FIB UI.

Sumber:

https://adararelief.com/menegaskan-kembali-sikap-soekarno-terhadap-palestina/

https://adararelief.com/abdul-kahar-mudzakkir-jejak-pemuda-indonesia-dalam-muktamar-dunia-islam-1931-di-al-quds/

https://adararelief.com/melihat-penjajahan-palestina-dari-perspektif-haji-agus-salim/

https://adararelief.com/buya-hamka-berbicara-tentang-baitul-maqdis/

https://adararelief.com/buya-hamka-berbicara-tentang-baitul-maqdis-bagian-ii/

https://adararelief.com/buya-hamka-berbicara-tentang-baitul-maqdis-bagian-iii/

https://adararelief.com/mohammad-natsir-dan-pandangannya-tentang-masalah-palestina/

https://adararelief.com/pidato-presiden-ri-ke-2-soeharto-tentang-dukungan-untuk-palestina/

https://adararelief.com/to-build-the-world-a-new-sebuah-memori-kolektif-dunia-dari-soekarno-untuk-semangat-kemerdekaan-palestina-dan-perdamaian-dunia/

***

Kunjungi situs resmi Adara Relief International

Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.

Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini

Baca juga artikel terbaru, klik di sini

#Palestine_is_my_compass
#Palestina_arah_perjuanganku
#Together_in_solidarity
#فلسطين_بوصلتي
#معا_ننصرها

Tags: ArtikelHubungan Indonesia - PalestinaIndonesiaNasionalPalestina
ShareTweetSendShare
Previous Post

Merana, Perempuan Palestina di Bawah Umur Dalam Kondisi Menyedihkan di Penjara Israel

Next Post

Menlu Denmark Minta Maaf kepada Umat Muslim dan Siapkan RUU Pelarangan Pembakaran Al-Qur’an

Adara Relief International

Related Posts

Peresmian terowongan di “Kota David”, dekat lingkungan Masjid Al-Aqsa (MEE)
Sorotan

Penggalian Masjid Al-Aqsa: Upaya Israel untuk Menghapuskan Identitas Islam di Al-Quds (Yerusalem)

by Adara Relief International
November 11, 2025
0
33

Pada pertengahan September lalu, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, meresmikan situs wisata arkeologi kontroversial yang dipimpin oleh kelompok pemukim...

Read moreDetails
Tentara Israel melindungi pemukim ilegal yang membawa senjata di Hebron, Tepi Barat (Al Jazeera)

Luka yang Tersembunyi: Tentang Panen Zaitun yang Kandas dan Ancaman Aneksasi yang Meluas di Tepi Barat

November 5, 2025
24
Tawanan yang dibebaskan di Tepi Barat membuat simbol kebebasan dengan jarinya (The Guardian)

Tawanan Palestina: Perpindahan dari Balik Jeruji Besi Menuju Penjara Terbesar di Dunia

Oktober 30, 2025
41
Penduduk Gaza berjalan di puing-puing kehancuran akibat Genosida (MEE)

Empat Gencatan Senjata dalam Dua Tahun Genosida Gaza: Upaya Perdamaian Atau Bagian dari Episode Genosida Berikutnya?

Oktober 21, 2025
40
Seorang perempuan menangis di samping jasad anak-anak yang menjadi korban serangan Israel (MEE)

Perang Psikologis di Gaza dan Siklus Duka yang Tidak Pernah Menemukan Akhir

Oktober 14, 2025
1.9k
Aktivis memasang bendera Palestina pada kapal yang berpartisipasi dalam Global Sumud Flotilla (MEE)

Global Sumud Flotilla: Misi Maritim Terbesar untuk Mengakhiri Blokade Gaza dan Memecah Keheningan Dunia

Oktober 6, 2025
1k
Next Post
Menlu Denmark Minta Maaf kepada Umat Muslim dan Siapkan RUU Pelarangan Pembakaran Al-Qur’an

Menlu Denmark Minta Maaf kepada Umat Muslim dan Siapkan RUU Pelarangan Pembakaran Al-Qur’an

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TRENDING PEKAN INI

  • Perjuangan Anak-Anak Palestina di Tengah Penjajahan: Mulia dengan Al-Qur’an, Terhormat dengan Ilmu Pengetahuan

    Perjuangan Anak-Anak Palestina di Tengah Penjajahan: Mulia dengan Al-Qur’an, Terhormat dengan Ilmu Pengetahuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perang Psikologis di Gaza dan Siklus Duka yang Tidak Pernah Menemukan Akhir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 1,5 Juta Warga Palestina Kehilangan Tempat Tinggal, 60 Juta Ton Puing Menutupi Gaza

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Eskalasi dan Agresi; Dalih Israel untuk Mengambil Alih Kendali Masjid Al-Aqsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gencatan Senjata, Momen untuk Membangun Kembali Harapan Anak Yatim Gaza di Tengah Luka yang Terkoyak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing

Edcoustic - Mengetuk Cinta Ilahi

Edcoustic - Mengetuk Cinta Ilahi

00:04:42

Sahabat Palestinaku | Lagu Palestina Anak-Anak

00:02:11

Masjidku | Lagu Palestina Anak-Anak

00:03:32

Palestinaku Sayang | Lagu Palestina Anak-Anak

00:03:59

Perjalanan Delegasi Indonesia—Global March to Gaza 2025

00:03:07

Company Profile Adara Relief International

00:03:31

Qurbanmu telah sampai di Pengungsian Palestina!

00:02:21

Bagi-Bagi Qurban Untuk Pedalaman Indonesia

00:04:17

Pasang Wallpaper untuk Tanamkan Semangat Kepedulian Al-Aqsa | Landing Page Satu Rumah Satu Aqsa

00:01:16

FROM THE SHADOW OF NAKBA: BREAKING THE SILENCE, END THE ONGOING GENOCIDE

00:02:18

Mari Hidupkan Semangat Perjuangan untuk Al-Aqsa di Rumah Kita | Satu Rumah Satu Aqsa

00:02:23

Palestine Festival

00:03:56

Adara Desak Pemerintah Indonesia Kirim Pasukan Perdamaian ke Gaza

00:07:09

Gerai Adara Merchandise Palestina Cantik #lokalpride

00:01:06
  • Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic

© 2024 Yayasan Adara Relief Internasional Alamat: Jl. Moh. Kahfi 1, RT.6/RW.1, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Jakarta 12630

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
Donasi Sekarang

© 2024 Yayasan Adara Relief Internasional Alamat: Jl. Moh. Kahfi 1, RT.6/RW.1, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Jakarta 12630