Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil di Jalur Gaza memperingatkan adanya ancaman besar terhadap nyawa lebih dari 50.000 warga di daerah Al-Baraksat, barat Rafah, setelah mereka dikepung oleh pasukan pendudukan Israel.
Pihak Pertahanan Sipil juga mengkhawatirkan nasib tim penyelamat mereka yang terjebak di wilayah tersebut sejak Ahad pagi setelah berupaya mengevakuasi kru Bulan Sabit Merah. Kontak dengan kru medis itu hilang, dan beberapa di antaranya mengalami luka akibat serangan udara Israel yang terus berlangsung. Pertahanan Sipil mendesak Komite Palang Merah Internasional serta organisasi internasional lainnya untuk segera mengambil tindakan guna melindungi warga dan tim penyelamat yang terperangkap.
Di saat yang sama, ratusan warga kembali mengungsi dari lingkungan Al-Sultan, barat Kota Rafah, di Jalur Gaza selatan. Mereka berjalan kaki menempuh jarak yang jauh di bawah gempuran bom Israel setelah pesawat tempur Israel menjatuhkan selebaran yang memerintahkan mereka meninggalkan wilayah tersebut dengan dalih sebagai “zona pertempuran berbahaya.”
Pemerintah Kota Rafah menyampaikan bahwa mereka terus menerima panggilan darurat dari warga yang terjebak di rumah-rumah mereka di tengah eskalasi militer yang semakin parah. Warga mengalami kesulitan akibat serangan yang intens, sementara tim medis dan pertahanan sipil terhalang untuk mencapai para korban yang terluka, sehingga upaya evakuasi dan pemberian bantuan menjadi mustahil.
Dalam pernyataannya pada Ahad, Pemerintah Kota Rafah menekankan bahwa situasi kemanusiaan di kota tersebut terus memburuk dengan cepat. Pasukan pendudukan memaksa ribuan keluarga untuk mengungsi dengan berjalan kaki selama bulan suci Ramadan, meninggalkan harta benda mereka demi menyelamatkan nyawa.
Sejak dimulainya kembali agresi genosida Israel terhadap Gaza pada 18 Maret, lebih dari 670 warga Palestina telah terbunuh dan 1.132 lainnya terluka, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengumumkan bahwa dalam 24 jam terakhir, rumah sakit di wilayah tersebut menerima 41 jenazah syuhada dan 61 korban luka. Dua di antara para syuhada ditemukan di bawah reruntuhan rumah yang hancur.
Secara keseluruhan, jumlah korban sejak awal agresi pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 50.000 lebih jiwa dan 113.274 korban luka. Selain itu, sebanyak 233 syuhada ditambahkan ke dalam data resmi setelah diverifikasi oleh komite yudisial yang menangani laporan orang hilang.
Kementerian Kesehatan juga mengimbau keluarga para syuhada dan orang hilang akibat perang di Gaza untuk melengkapi data mereka di catatan kementerian. Mereka menegaskan bahwa masih banyak korban yang terkubur di bawah reruntuhan dan tergeletak di jalanan, tidak dapat dijangkau oleh tim penyelamat akibat serangan yang terus berlangsung.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini








